Benarkah Puasa Menyehatkan?
Dimuat di Koran Wawasan, Selasa 24 Juli 2012
Puasa
Ramadan telah berjalan. Ritual puasa ini bukan semata mengajarkan untuk menahan
godaan hawa nafsu, lapar, dan dahaga. Namun, di balik puasa ada manfaat kebaikan
untuk kesehatan dan jiwa. Menurut pencetus metode pengobatan ala Barat,
Philippus Paracelsus, pernah mengatakan, “Puasa merupakan obat paling mujarab,
bahkan bagi seorang ahli pengobatan.” Sebelumnya, seorang filsuf Yunani kuno
yang terkenal, Plato, mempercayai manfaat dari puasa dan membuktikannya sendiri
dengan melakukannya akan memperkuat kinerja stamina fisik dan mentalnya.
Pernyataan
dua individu dari masa lalu itu pun dibenarkan oleh penemuan fakta terbaru
tentang manfaat puasa yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari diberbagai
belahan dunia. Salah satunya dilakukan oleh mendiang dr. Allan Cott, penulis
buku best seller berjudul “Fasting:
The Ultimate Diet dari Amerika Serikat.” Cott menghimpun hasil pengamatan dan penelitian
dari para ilmuwan berbagai negara tentang manfaat puasa, dan menyimpulkan bahwa
ada korelasi antara puasa dengan perbaikan kualitas fisik dan mental.
Puasa
terbukti akan memperlambat proses penuaan, mampu membersihkan tubuh
(detoksifikasi) dan merangsang proses pemulihan diri sendiri, menurunkan
tekanan darah dan kadar kolesterol, menambah kemampuan kontrol diri,
mengendorkan stress, mempertajam kemampuan indrawi, meningkatkan kualitas
seksual, bahkan mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh terhadap berbagai
penyakit.
Pemulihan Fisik
Sebuah
institusi bernama Fasting Center International dari Amerika Serikat yang
dipimpin oleh Dennis Paulson, selama 35 tahun ini telah menanggani sejumlah
pasien dari 220 negara. Institusi ini justru tak hanya merekomendasikan puasa
dalam program penurunan berat badan, karena manfaatnya juga terbukti dapat
mengeluarkan toksin, memperbaiki stamina, juga memperbaiki kesehatan mental dan
fisik tubuh kita, serta yang paling penting yaitu untuk meningkatkan kualitas
hidup.
Inti
dari metode puasa bagi penyembuhan pemulihan tubuh dijelaskan melalui proses
detoksifikasi. Detoksifikasi merupakan proses kemampuan tubuh untuk
menetralisasi atau mengeliminasi zat-zat racun dalam tubuh. Proses
detoksifikasi lazimnya terjadi pada organ usus besar, hati, ginjal, paru, kelenjar
getah bening, dan kulit.
Ketika
kita berpuasa, akan ada penurunan asupan makanan atau energi. Oleh karenanya,
tubuh manusia akan bereaksi dengan mengunakan cadangan energi untuk
menggantikan penurunan energi itu. Tubuh manusia akan mengurai cadangan lemak,
kemudian diubah menjadi energi. Proses ini itu sebagai otolisis. Semakin
kurangnya asupan energi, maka semakin meningkat pula proses otolisi.
Dalam
proses otolisis juga ini sekaligus terjadi pelepasan timbunan senyawa kimia
berbahaya yang terikat dalam cadangan lemak tubuh yang kemudian akan dibuang
oleh organ yang bertugas untuk melakukan detoksifikasi.
Kesehatan Jiwa
Salah
satu pencetus timbulnya penyakit yang banyak dialami manusia yaitu diakibatkan
stress/depresi. Teori tentang penyebab penyakit ini beragam, diantaranya faktor
genetik, faktor psikososial, faktor kepribadian, dan faktor biogenikamin
(serotonin dianggap sebagai neurotransmiter yang paling bertanggung jawab
masalah depresi).
Nah,
dari segi medis maka faktor biogenikamin inilah yang membuktikan bahwa puasa
mampu membuat jiwa kita menjadi lebih tenang. Hal ini bisa terjadi karena saat
tubuh kita berpuasa terjadi peningkatan serotonin dalam tubuh yang cukup
signifikan. Ini akan menjadikan tubuh kita lebih tenang, lebih mampu
mengendalikan mood, dan menekan jika stimulan depresi datang.
Korelasi
antara manfaat puasa dengan kesehatan tubuh dijabarkan oleh analisa seperti
berikut. Terkait manfaat puasa yang dapat melaksanakan fungsi detoksifikasi, menurut
ahli spesialis gizi dari Hang Lekiu Medical Center, dr Inayah Budiasti MS.SpGK,
definisi detoksifikasi di sini adalah proses pembuangan toksin tubuh dengan
cara terbaik melalui pemberian nutrisi yang sesuai untuk sel-sel tubuh.
Terdapatnya
toksin dalam tubuh manusia sebenarnya terjadi secara alami seperti yang berasal
dari udara, kimia seperti pestisida, zat atau makanan aditif, logam berat pada
air, kimia industri, residu obat-obat farmasi dan sebagainya. Toksin ini bisa
juga berasal dari ampas makanan dan makanan-makanan yang tidak tercerna. Bahkan,
pikiran dan emosi negatif juga merupakan racun bagi sel sel tubuh kita. Semua
ampas atau zat yang tidak diperlukan oleh tubuh akan diperlakukan sebagai
racun.
Puasa
sangat baik dilakukan, tidak hanya untuk orang yang ingin menurunkan berat
badan. Orang sehat dengan berat badan ideal pun sangat baik menjalani puasa
secara periodik, agar racun yang masuk dalam tubuh tidak menumpuk dan menjadi
penyakit yang parah. Puasa untuk detoksifikasi bisa dilakukan dengan berbagai
cara. Tetapi prinsipnya satu yakni, tidak memasukkan makanan berlebihan
terutama yang tidak sehat, dan mengurangi pemborosan energi hingga energi yang
dihasilkan tubuh betul-betul digunakan untuk merontokkan semua. Maka, marilah
kita berpuasa dengan niat yang tulus dan suci. Wallahu a’lam bisshawab.
0 komentar:
Post a Comment