Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Monday, 13 August 2012

Kampanye “Kesalehan Internet”


Kampanye “Kesalehan Internet”

Ketua Umum Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Pati,
Peneliti di Centre for Democracy and Islamic Studies IAIN Walisongo Semarang
Dimuat di Radar Lampung, edisi Selasa 14 Agustus 2012

            Gagalnya pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) baru-baru ini, memang membawa noda hitam dunia pendidikan. Selain sistem bobrok, “kegaptekan guru” juga memicu gagalnya UKG. Apalagi, hampir 60 % guru di Indonesia belum “melek internet”. Karena itu, hal ini menarik dikaji dan dicari solusinya. Pasalnya, jika guru tak bisa mengikuti peradaban, maka pendidikan di Indonesia pasti mengalami kemunduran.
Maka, sejak dini mahasiswa khususnya di fakultas pendidikan harus berbenah diri. Sebagai calon guru, mereka harus membekali diri dan belajar internet secara mendalam. Jika saat ini mereka “gaptek” dan buta internet, maka dipastikan generasi guru masa depan akan “katrok” dalam mengikuti peradaban. Akhirnya, pelajar yang terkena getahnya.
            Membekali Diri
Rencana Kemdikbud yang akan menggelar “Diklat Online” pada pertengahan tahun 2013 harus kita beri apresiasi (Kompas, 8/8/2012). Pasalnya, diklat ini akan memberikan pencerahan masyarakat pendidikan untuk mengenal internet lebih dalam. Meskipun internet di daerah pelosok belum terakses maksimal, namun hal ini harus dimaksimalkan masyarakat pendidikan pada umumnya.
Selain itu, seharusnya sekolah dan kampus mengajarkan secara mendalam dunia informasi dan teknologi (IT). Pasalnya, selama ini pengenalan internet di lembaga pendidikan hanya sebatas “teori” lewat pelajaran teknologi informasi komputer (TIK). Bahkan, TIK hanya menjadi pelajaran tambahan, bukan inti. Padahal, untuk mengoperasikan internet harus sering “praktrek” dan berselancar di dunia maya.
Sejak dini mahasiswa harus dibekali pengetahun tentang internet dan literasi informasi. Apalagi, saat ini banyak sekali pelajar menyalahgunakan internet untuk kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti membuka facebook, twitter, situs porno, dan sebagainya. Karena itu, seharusnya Kemdikbud harus menghimbau kepada seluruh sekolah untuk mengajarkan “kesalehan internet”, baik lewat pelajaran maupun pelatihan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, Kemdikbud harus merumuskan sistem pendidikan internet untuk lingkup sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Jika perlu, pendidikan internet harus dikurikulumkan. Pasalnya, selama ini pelajaran TIK belum maksimal. Kedua, Kemdikbud harus menyediakan komputer dan memperbaiki jaringan akses internet agar berjalan lancar. Apalagi, saat ini masih banyak sekolah dan kampus yang “miskin komputer.” Akhirnya, internetisasi terhambat dan bahkan gagal total. Ketiga, mengajarkan kepada pelajar tentang tata cara, etika, dan literasi informasi, agar penggunaan internet tak semrawut.
Jika perlu, Kemdikbud harus bekerja sama dengan Dewan Pers untuk merumuskan “kesalehan internet” di dunia pendidikan. Selain harus melek internet, masyarakat pendidikan harus memiliki kesalehan internet, karena selama ini banyak kejahatan intelektual terjadi. Yang paling penting bukan sekadar tahu cara berinternet, namun meraka juga harus tahu cara memperlakukan internet dengan baik dan benar.
Kesalehan Internet
Seiring berputarnya roda globalisasi, internet dan informasi menjadi kebutuhan penting dalam pendidikan. Hartono (1990) menjelaskan bahwa informasi ibarat darah mengalir di dalam tubuh organisasi, jika suatu sistem kurang mendapatkan informasi, maka akan menjadi luruh, kerdil, dan akhirnya mati. Tak hanya di lingkup pemerintahan, dunia pendidikan juga sangat bergantung pada internet. Bahkan, saat ini UKG juga menerapkan sistem online meskipun belum maksmimal. Karena itu, pendidikan dan kesalehan internet menjadi sangat penting.
Saat ini, banyak kampus menyediakan hot spot area, namun kampus luput mengajarkan kesalehan internet kepada mahasiswa. Kita sering melihat, penjiplakan massal di dunia kampus, karya ilmiah aspal di mana-mana, serta “pemerkosaan internet” juga terjadi di dunia pendidikan. Maka, mereka perlu mendapat suntikan ilmu dan kesalehan internet.
Setidaknya, mahasiswa harus mengenal literasi informasi. Ini merupakan serangkaian keterampilan mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, menyusun, menciptakan, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang lain untuk menyelesaikan suatu masalah.  Jadi, jangan sampai mahasiswa hanya sekadar copy and paste data dari internet, tanpa mengindahkan etika jurnalistik. Jika menjiplak, berarti mahasiswa telah melakukan kejahatan intelektual yang dosanya sangat besar.
Penerapan literasi informasi akan dapat dilakukan dengan mudah jika mahasiswa memiliki keterampilan khusus, dari mengenal kebutuhan informasi, membangun strategi pencarian informasi, menemukan dan mengakses informasi, membandingkan dan mengevaluasi informasi, mengorganisasikan, mengaplikasi, dan mengkomunikasikan informasi, mensintesis dan menciptakan informasi, dan sebagainya. Yang paling penting bukan sekadar bisa berinternet, namun “kesalehan internet” harus dipraktekkan sejak dini. Wallahu a’lam bisshawab.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Kampanye “Kesalehan Internet” Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda