Oleh Messie Nike
Feranita
Peneliti di Lab. FMIPA
Universitas Negeri Semarang
Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Pusat sudah melakukan eksekusi. Dengan tidak lolosnya Partai SRI dalam
verifikasi administrasi KPU, maka kans Sri Mulyani pun otomatis tertutup. Ini
merupakan gambaran gugurnya peluang perempuan untuk berperan nyata dan mewarnai
dinamika politik di Pemilihan Umum 2014.
Memang masih ada
sedikit harapan untuk dipinang parpol lainnya, namun hal itu sepertinya sulit
terwujud untuk Pemilu dan Pilpres 2014, karena dalam internal parpol papan atas
dan menengah saja antarkader partai saling jegal untuk menampilkan jagonya. Tak
terpikir buat mereka merekrut jagoan dari non-kader, kecuali Nasdem yang sudah
sejak lama mengincar dan menggadang-gadang Jusuf Kalla sebagai Capres 2014. Tak
pelak lagi, verifikasi parpol menjadi alat untuk menjegal Sri Mulyani.
Jegal Capres
Kalau Sri Mulyani
harus terganjal di verifikasi administrasi KPU Pusat, sejumlah tokoh lain yang namanya
disebut-sebut bakal maju dalam Pilpres 2014 juga menerima nasib hampir sama,
terjegal atau makin redup, tapi caranya berbeda-beda.
Katakan saja Jusuf
Kalla. Meskipun namanya paling menonjol dalam berbagai survei independen, tetap
saja internal DPP Partai Golkar enggan mencalonkan mantan Cawapres yang dikenal
merakyat dan tegas dalam mengambil keputusan. Sepertinya pencapresan Aburizal
Bakrie sudah100 persen final. Sebab, jauh sebelumnya mereka sudah memutuskan
nama sang Ketua Umum DPP sebagai Capres. Dan Aburizal dipersilakan mencari
sendiri siapa calon wakil presidennya.
Nasib yang menimpa JK
tak beda jauh dengan perjalanan politik Akbar Tandjung empat tahun lalu.
Meskipun nama Akbar sangat popular dalam internal Golkar namun keputusan DPP
mengusung ketua umumnya JK. Artinya, siapa pun yang menjabat orang nomor satu
di partai dialah yang paling berhak, kecuali saat Akbar Tandjung menjabat ketua
umum tahun 1998-2004, tokoh Golkar asal Sumut itu malah melepas peluang dengan
membuat konvensi sehingga muncul Wiranto menjadi Capres Golkar. Sedangkan JK
yang tak terakomodir ”membelot” mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono yang kala
itu popularitas SBY luar biasa tinggi sehingga dengan mudah meraih kemenangan.
Lantas, siapa lagi
yang peluang Capresnya meredup alias bakal berguguran? Tentunya mereka yang
terlibat dalam kasus-kasus korupsi, seperti Century dan Hambalang. Nama Andi
Mallarangeng yang awalnya tidak tercantum dalam audit BPK akhirnya masuk
menjadi orang yang harus bertanggung jawab dalam proyek megakorupsi Hambalang
bersama Menkeu. Walau nama Anas Urbaningrum tidak tercantum, namun dari
pernyataan Nazaruddin dan keterangan banyak saksi maupun terdakwa mantan kader
Partai Demokrat bisa saja Anas pun bernasib sama.
Tergantung dari sikap
KPK yang terkesan sangat lamban dalam menindaklanjuti kasus Century dan
Hambalang. Padahal, tidak sulit mencari dua bahan bukti untuk meningkatkan
status terdakwa dari puluhan nama keren di panggung politik yang sudah
dipanggil KPK selama ini.
Dengan tersingkirnya
Sri Mulyani, Jusuf Kalla, Andi Mallarangeng dan rendahnya tingkat elektabilitas
Anas Urbaningrum, maka peluang terbesar yang bakal bersaing dengan Aburizal
Bakrie dalam Pilpres 2014 adalah Megawati (PDIP) atau putrinya Puan Maharani
yang banyak diincar parpol besar menjadi Cawapres.
Kita mencatat, bukan
saja Aburizal Bakrie yang berminat menggandeng Puan sebagai Cawapres tapi juga
Prabowo sangat berharap putri Megawati itu bersedia maju dengan dukungan partai
berlambang banteng hidung putih itu. Buat Prabowo mustahil mau dijadikan
Cawapres lagi karena popularitas dan elektabilitasnya saat ini teratas dan
bakal bisa meningkat lagi. Tapi, bagi Megawati sangat tidak mungkin mengalah
turun kelas walaupun sudah beberapa kali gagal dalam Pilpres.
Tokoh lain yang
tampaknya bakal terganjal adalah Dahlan Iskan. Namanya melambung setelah
menduduki Dirut PLN dan Meneg BUMN karena acapkali menolak aturan protokoler.
Dahlan sering melakukan sidak dan tidak segan-segan mengepel lantai Bandara
Soekarno-Hatta yang kotor, menginap di rumah penduduk saat bertugas ke luar
kota, menggratiskan jalan tol yang macet. Pencitraan Dahlan bisa berhenti jika
DPR serius memanggilnya terkait pemborosan puluhan triliun saat menjabat Dirut
PLN untuk menghidupkan listrik di Jakarta dan Jawa.
Tentunya Dahlan tidak
sendirian. Dia bahkan punya kartu trup dengan banyaknya anggota DPR yang
meminta upeti kepada jajaran BUMN. Bahlan, belasan inisial nama anggota DPR RI
sudah dipublikasikan. Tinggal selangkah lagi dan kita berharap Dahlan membuka
semua nama anggota DPR yang selama ini rajin meminta-minta upeti agar BUMN
tidak lagi menjadi sapi perah oknum dewan.
Gugur
Data di sejumlah
survei secara umum memunculkan Prabowo sebagai Capres yang paling berpeluang
menduduki kursi RI-1, menyusul Megawati, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla,
sedangkan tokoh-tokoh lain tercecer jauh di belakang mereka.
Andainya Prabowo
berduet dengan Megawati dalam Pilpres 2014 hampir dapat dipastikan bakal mudah
memenangkan suksesi kepemimpinan nasional karena SBY tidak bisa lagi mencalonkan
diri sesuai perundangan. Sedangkan Capres dari Demokrat hingga kini belum
kelihatan yang menonjol.Tapi, menduetkan Prabo dengan Mega untuk Pilpres
mendatang jelas tidak mudah. Masalahnya tidak mungkin Megawati mau menjadi
wakilnya Prabowo, sementara Prabowo pun dengan ratingnya yang tengah mencuat
tentu menolak menjadi wakilnya Megawati. Lagi pula di mata pengamat politik,
tingkat elektabilitas Megawati sepertinya sulit ditingkatkan.
Justru itu, banyak
pihak merasa yakin Prabowo berpasangan dengan Puan atau Aburizal Bakrie yang
menggandeng putri Megawati itu. Namun yang namanya politik selalu berubah di
detik-detik terakhir sehingga memungkinkan terjadi kejutan walau sejumlah nama
sudah mulai berguguran korban permainan politik dan seleksi KPU.
Tulisan ini dimuat di
Koran Pagi Wawasan, Kamis 22/11/2012
0 komentar:
Post a Comment