Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Saturday, 9 February 2013

Menanti Langkah Progresif Roy

Akhirnya teka-teki seputar siapa Menpora baru terjawab sudah. Jumat (11/1) lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengumumkan penunjukan Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang baru, menggantikan Andi Alifian Mallarangeng. Roy sebelumnya adalah anggota Komisi I DPR dari Fraksi Demokrat.

Banyak pihak terhenyak. Selama ini publik mengenal Roy sebagai pengamat telematika. Aktivitasnya lebih sering dikaitkan dengan pernak-pernik teknologi informatika. Mulai dari pembacaan atas fakta-fakta digital hingga jadi narasumber dalam kasus-kasus yang melibatkan penggunaan piranti komunikasi mutakhir itu.
Banyak pihak meragukan kemampuannya memimpin kemenertian yang sedang dibelit kasus besar korupsi, dihantui perpecahan kepengurusan sepakbola nasional dan diselimuti minimnya prestai berbagai cabang olahraga. Dalam benak publik, bagaimana mungkin seoang pakar telematika memimpin kementerian yang notabene bukan bidangnya.
Kado Kursi Demokrat
Publik pun menganggap penunjukan Roy itu tak lebih dari pameran kekuatan politik dari partai dominan di pemerintahan. Atau dengan kata lain, penunjukan itu tak lebih dari sekadar kado kursi bagi kader partai dominan. Sebagian lagi menilai itu pilihan terakhir. Presiden melihat tidak ada lagi sosok pantas untuk merampungkan tugas Kemenpora sampai 2014.
Selain namanya tak disebut-sebut dalam bursa calon pengganti sepeninggal Andi Mallarangeng, Roy juga selalu menepis sepekulasi ke arah itu. Bahkan dalam kicauannya di twitter, Roy secara tegas mengatakan, jika pun presiden menunjuknya jadi Menpora dia akan menolaknya karena sadar betul dirinya tidak berkompeten, tak punya latar belakang olahraga maupun organisasi kepemudaan.
Karena itu, amatlah wajar jika publik meragukan kemampuannya. Wajar pula jika publik seakan dibuat harap-harap cemas setelah ditunjuknya Roy sebagai Menpora. Harap-harap karena publik selama ini mengenal Roy sebagai sosok kredibel, punya kapabilitas dan berintegritas. Namun juga cemas karena publik tahu kepemudaan dan keolahragaan bukanlah kompetensi yang sebenarnya bagi Roy.
Namun terlepas dari itu, Roy mengatakan dapat memahami kesangsian publik terhadapnya. Kesangsian tersebut akan dijadikannya sebagai lonceng pengingat untuk mendengar sebanyak mungkin masukan. Dia memahanmi bahwa dirinya bukan orang dengan kompetensi yang sebenarnya. Namun, karena ini tugas berat, dia mengajak segenap masyarakat untuk membangun pemuda dan olahraga Indonesia.
Pada saat mengumumkan keputusannya, presiden sebenarnya sudah menyampaikan pandangannya mengenai Roy, sehingga publik tidak perlu sangsi dan khawatir. Presiden mengatakan bahwa yang bersangkutan cakap dalam mengemban tugas sebagai Menpora. Dia pun sudah mempertimbangkan integritas dan kapasitasnya (fit and proper test).
Presiden juga menginstruksikan agar melanjutkan hasil dan prestasi yang diraih Menpora sebelumnya. Selain itu, presiden meminta Roy melakukan konsolidasi di kementeriannya, terutama setelah digoyang ‘puting beliung’ korupsi Hambalang, agar dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Yang tak kalah penting, menteri pengganti itu juga diminta untuk segera memfasilitasi penyelesaian konflik di tubuh sepakbola Indonesia.
Carut Marut Olahraga
Beberapa tahun terakhir, memang tidak banyak yang bisa dibanggakan dari sepakbola Indonesia. Carut marut sepakbola dalam beberapa tahun terakhir ini menyebabkan menurunnya prestasi sepakbola nasional. Konflik berkepanjangan antara PSSI dan KPSI juga turut menggerogoti kekuatan sepakbola Indonesia. Lihat saja prestasi Timnas kita saat ini merosot tajam ke peringkat 168 FIFA.
Tahun 2012 lalu boleh dikatakan sebagai titik nadir sepak bola Indonesia. Yang tak terlupakan adalah kekalahan 0-10 dari Bahrain dalam laga penyisihan Piala Dunia 2014, 29 Ferbruari 2012 lalu. Ini merupakan kekalahan terburuk sepanjang laga sepakbola Indonesia.
Tak jauh beda dengan itu, prestasi Indonesia di cabang olahraga bulutangkis juga sangat memperihatinkan. Putra-putri kebanggaan Tanah Air seakan kesulitan meraih prestasi di ajang internasional. Prestasi Indonesia di cabang olahraga bulutangkis ini berbanding terbalik dengan Cina. Negeri Tirai Bambu itu hampir selalu menguasai di semua turnamen internasional.
Di tahun 2012 misalnya, Indonesia gagal mempertahankan tradisi medali di ajang Olimpiade. Padahal, Indonesia selalu sukses menyumbang medali sejak Olimpiade Barcelona 1992. Kala itu, medali emas disumbangkan Susi Susanti dan Alan Budikusuma. Sekian lama Indonesia bisa berbangga hati karena bulutangkis selalu menyumbang medali di Olimpiade. Namun, kini kebanggaan itu seakan sirna. Merah Putih gagal berkibar di Olimpiade London 2012.
Cabang-cabang olahraga lainnya pun sama, kian miris dan memperihatinkan. Semakin hari bukannya semakin membanggakan, prestasi di cabang-cabang olahraga lain juga terjungkal dalam keterpurukan. Sempurna sudah carut marut olahraga nasional, tak ada lagi yang bisa dibanggakan.
Gerakan
Sebagai menteri baru, Roy tentu harus bergerak cepat dan berpacu dengan masa jabatan yang hanya tinggal satu setengah tahun. Begitu banyak persoalan kepemudaan dan keolahrgaan yang menuntut Roy untuk segera memperbaikinya. Terutama kisruh dualisme sepakbola nasional yang hingga kini belum terselesaikan. Ini memang bukan tugas mudah, tapi harus dilaksanakan oleh Roy.
Roy harus segera membuktikan dirinya mampu mengurus kementeriannya, untuk memenuhi kepercayaan presiden. Hal itu sekaligus menjawab publik yang menyangsikannya. Masa kerja yang sangat singkat, sementara masalah yang dihadapinya demikian besar dan ruwet. Semua itu memerlukan kerja yang tangkas, kemampuan manajemen, resolusi dan penguasaan atas masalah-masalah olahraga.
Jika dia tidak segera memperlihatkan kinerja yang baik, masyarakat akan bertanya-tanya kenapa Presiden memilihnya. Bahkan, bukan tidak mungkin, kondisi itu akan semakin memperburuk citra Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Kini, mari kita tunggu langkah cepat dan tangkas Roy untuk memperbaiki prestasi olahraga nasional. (NW)
Tulisan dimuat di Koran Pagi Wawasan. Jumat 8 Februari 2013
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Menanti Langkah Progresif Roy Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda