Menakar Peluang
Capres Nonparpol
Oleh Hamidulloh
Ibda
Wartawan
Citanews.com, Pengikrar Kaum Muda Antikorupsi di HI Study Centre IAIN Walisongo
Semarang
Selama
ini, Prof Mahfud MD belum mau menerima tawaran dari berbagai pihak apalagi
mendeklarasikan kesediaannya sebagai Capres. Mengapa? Sebab, dia masih aktif sebagai Ketua
Mahkamah Konstitusi (MK). Lagi pula tawaran dari pengurus parpol menurutnya
belum serius, karena hal serupa juga ditawarkan kepada tokoh-tokoh lainnya.
Hingga
saat ini, Mahfud menyatakan belum percaya diri untuk maju sebagai calon RI-1.
Meski sudah ada desakan dari sejumlah tokoh Islam dalam pertemuan di kediaman
Amien Rais, beberapa waktu lalu. Tapi, tak lama ini media massa ramai membuat
pernyataan Mahfud belum juga menyalakan lampu hijau ketegasannya, namun sudah
menyatakan sikapnya dengan membuat statement. “Kalau calon-calon (Capres) yang
maju nanti tidak hebat-hebat amat, saya (Mahfud) bersedia dicalonkan sebagai
Capres”. Mahfud juga menyatakan, sesudah 31 Maret 2013, setelah pensiun dari
Mahkamah Konstitusi, baru akan tegas mengatakan iya atau tidak (Kompas,
20/2/2013).
Dalam
beberapa survei, Mahfud yang nonparpol mengumpulkan suara cukup tinggi, bahkan
melebihi tokoh-tokoh partai yang selama ini selalu menghiasi bursa Capres.
Namun, umumnya masih di bawah peringkat Prabowo Subianto, Megawati
Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla. Keempatnya tergolong tokoh tua
dari dalam internal partainya masing-masing.
Sedangkan
tokoh nonpartai masih belum banyak dibicarakan masyarakat walau sudah mulai
muncul di sejumlah survei. Saya mencatat beberapa orang saja, seperti Mahfud,
Anies Baswedan dan Rhoma Irama namanya sering disebut-sebut media dari kalangan
sipil, dan Pramono Edhie Wibowo (Kepala Staf TNI Angkatan Darat) dari kalangan
militer aktif. Sama seperti Mahfud, penyanyi dangdut Rhoma Irama dan Anies
Baswedan pun menyatakan tidak punya obsesi menjadi Capres, namun Rhoma menyebut
dorongan dari masyarakat, khususnya kalangan umat Islam yang memintanya menjadi
Capres pada 2014
Peluang
Capres Parpol
Jika
politisi senior PDI Perjuangan, yang juga Ketua MPR RI Taufik Kiemas merestui
tawaran Partai Gerindra agar Puan Maharani, putrinya untuk mendampingi Prabowo
Subianto dalam pertarungan Pilpres 2014, lagi-lagi hal itu hanya sebuah wacana
dari pribadi sang Ketua MPR. Sebab, yang menentukan di dalam internal PDIP
adalah Megawati. Hitam putihnya PDIP ditentukan satu orang (Megawati).
Hampir
pasti Megawati untuk ketiga kalinya maju kembali dalam Pilpres langsung. Sebab,
inilah kesempatan terakhirnya walaupun banyak orang bilang usia Mega –nama
lengkapnya Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri, lahir di Yogyakarta,
23 Januari 1947 (66 tahun) sudah terlalu tua untuk bertarung di Pilpres 2014.
Lagi pula, Pilpres 2014 merupakan peluang emas setelah SBY tak bisa mencalonkan
diri setelah dua periode menjadi RI-1.
Wajar
kalau Taufik Kiemas melarang istrinya untuk maju lagi. Mungkin takut kalah lagi
sehingga Taufik menginginkan Capres yang dimajukan PDIP dari kalangan muda
saja. Dan tidak sulit merekanya. Jika tidak Puan Maharani ya Pramono Anung.
Kalaupun belum saatnya maju sebagai Capres setidaknya keduanya dapat
mendampingi Capres dari parpol lain sebagai wakilnya.
Tapi,
PDIP memiliki kartu As yang tidak dimiliki parpol lainnya, yaitu ketokohan
Jokowi yang merakyat mampu menjungkirbalikkan prediksi survei dan pakar politik
dengan memenangkan Pilgub DKI Jakarta, mengalahkan incumbent Fauzi Bowo tahun
lalu. Jokowi merupakan kandidat yang banyak diharapkan masyarakat luas maju
dalam Pilpres sehingga kalau saja Megawati mengikuti larangan suaminya untuk
tidak maju, maka peluang Jokowi sangat terbuka sebagai Capresnya PDIP.
Peluangnya dipastikan semakin besar jika dalam survei di 2013 ini angkanya
semakin meningkat signifikan, apalagi kalau kinerjanya mengatasi banjir dan
kemacetan lalulintas di Jakarta dinilai sukses dalam waktu setahun.
Seperti
diketahui hasil survei sejumlah lembaga menempatkan figur Megawati dalam posisi
dua besar, setelah Prabowo teratas. Naiknya elektabilitas mantan Pangkostrad
ini menunjukkan masyarakat menginginkan pemimpin tegas dan berani. Tahu
posisinya teratas, Prabowo semakin rajin mengunjungi tokoh parpol, seperti
dilakukannya ke rumah Hatta Rajasa, ketua umum PAN. Buat Prabowo Pilpres 2014
merupakan kesempatan terbaik yang diyakini tidak akan dilepasnya begitu saja.
Jika perolehan suara Gerindra meningkat drastis bakal banyak parpol yang
mendukung Prabowo sebagai Capres menggantikan SBY.
Setelah
Gerindra dan PDIP, tentu saja Capres dari Golkar pantas diperhitungkan. Apalagi
dalam survei menuju Pemilu 2014 Golkar selalu menduduki posisi teratas. Golkar
sendiri sudah memastikan calonnya, yaitu ketua umum Aburizal Bakrie. Walaupun
banyak pihak termasuk dari internal Golkar menginginkan calon alternatif,
seperti Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung namun suatu kewajaran jika orang nomor
satunya yang ditampilkan.
Yang
masih tanda tanya besar tentu saja Demokrat. Setelah posisi Anas Urbaningrum
semakin dipojokkan, kekuasaannya dilucuti, peluang Anas bisa disebut sirna.
Karena itu, Demokrat wajib mencari siapa pengganti Anas untuk Capres mendatang.
Sejumlah
nama sudah muncul ke permukaan, seperti Ani Yudhoyono dan Pramono Edhie Wibowo.
Keduanya masih keluarga besar Presiden SBY. Namun SBY sudah menegaskan istri
dan anak-anaknya tidak akan maju dalam Pilpres 2014 sehingga tersisa Pramono
Edhie Wibowo yang juga adik ipar SBY karena jenderal bintang empat aktif itu
merupakan adik kandung istri SBY, Kristiani Herawati.
Sayang,
elektabilitas Pramono Edhie Wibowo belum begitu menonjol. Sama halnya dengan
Marzuki Alie yang menempati posisi Ketua DPR dan Djoko Suyanto. Memang Partai
Demokrat tampaknya menyiapkan Menkopolhukam menjadi Capres 2014 pasca “kegagalan”
Anas. Sayang elektabilitasnya juga rendah.
Untuk
Capres lain dari kalangan parpol seperti Hatta Rajasa (PAN), Endriarto Sutarto
(mantan Panglima TNI dari NasDem), Hidayat Nur Wahid (PKS), Wiranto (Hanura),
sepertinya masih jauh untuk Pilpres 2014. Kalaupun mungkin hanya untuk posisi
Cawapres, termasuk Surya Paloh, ketua umum DPP NasDem mengingat perpecahannya
dengan Harry Tanoe dkk.
Peluang
Nonparpol Kecil
Terus
terang, peluang Capres dari kalangan nonparpol relatif kecil. Untuk kalangan
senior dengan elektabilitas tertinggi ya Mahfud MD, menyusul nama-nama seperti
mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani (mantan Menko Perekonomian), Dahlan Iskan
(Menteri BUMN), Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah), Agus Martowardojo
(Menteri Keuangan), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan), Din Syamsuddin dari
Muhammadiyah dan sejumlah tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Kalaupun
peringkat Mahfud MD dkk cukup tinggi tetap saja mereka harus berjuang keras
mendapatkan perahu. Sebab, untuk bisa maju sebagai Capres dan Cawapres hanya
lewat pintu parpol. Belum dibuka kran Capres/Cawapres independen seperti dalam
Pilkada gubernur, bupati dan walikota.
Justru
itu, penulis menilai peluang Capres dan Cawapres dari nonparpol relatif kecil.
Jangan terlalu berharaplah. Bagaimanapun juga parpol akan mengutamakan
kadernya. Paling pas kalau ketua umumnya, atau diserahkan pada kader lainnya
yang menonjol, tapi tidak buat tokoh-tokoh di luar kader. Masalahnya, para
kader dan tokoh parpol sudah berjuang habis-habisan membesarkan partainya
sehingga sangat tidak etis kalau sampai orang luar (nonparpol) tiba-tiba dimajukan
dalam Pilpres 2014.
Trik Meraih Kemenangan
Memang
tidak ada yang tidak mungkin dalam percaturan politik praktis, selalu ada trik
untuk meraih kemenangan dengan menggunakan segala cara oleh semua parpol dan
tokoh-tokohyang berasal dari parpol maupun nonparpol. Walau peluang Capres dari
kalangan nonparpol sangat kecil, dan biasanya kalau popularitas dan integritas
figurnya luar biasa mungkin saja parpol berusaha meminangnya untuk masuk menjadi
kader partai tertentu. Dan peluang besar ada di tangan Pramono Edhie Wibowo dan
Mahfud MD yang sebentar lagi memasuki masa pensiun.
Kedua
tokoh ini bisa didaulat menggantikan posisi Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum
DPP Partai Demokrat dalam Munas atau KLB untuk menyatukan kembali kubu-kubuan
di partai berlambang bintang mercy itu. Kedua tokoh nonpartai itulah yang akan
bertarung dengan Capres Prabowo, Megawati, Aburizal Bakrie dari parpol papan
atas untuk 2014. Wallahu a’lam.
Dimuat
Koran Pagi Wawasan, 5 Maret 2013
0 komentar:
Post a Comment