Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Tuesday, 12 March 2013

Menakar Peluang Capres Non Parpol



Menakar Peluang Capres Nonparpol

Oleh Hamidulloh Ibda
Wartawan Citanews.com, Pengikrar Kaum Muda Antikorupsi di HI Study Centre IAIN Walisongo Semarang

Selama ini, Prof Mahfud MD belum mau menerima tawaran dari berbagai pihak apalagi mendeklarasikan kesediaannya sebagai Capres.  Mengapa? Sebab, dia masih aktif sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Lagi pula tawaran dari pengurus parpol menurutnya belum serius, karena hal serupa juga ditawarkan kepada tokoh-tokoh lainnya. 

Hingga saat ini, Mahfud menyatakan belum percaya diri untuk maju sebagai calon RI-1. Meski sudah ada desakan dari sejumlah tokoh Islam dalam pertemuan di kediaman Amien Rais, beberapa waktu lalu. Tapi, tak lama ini media massa ramai membuat pernyataan Mahfud belum juga menyalakan lampu hijau ketegasannya, namun sudah menyatakan sikapnya dengan membuat statement. “Kalau calon-calon (Capres) yang maju nanti tidak hebat-hebat amat, saya (Mahfud) bersedia dicalonkan sebagai Capres”. Mahfud juga menyatakan, sesudah 31 Maret 2013, setelah pensiun dari Mahkamah Konstitusi, baru akan tegas mengatakan iya atau tidak (Kompas, 20/2/2013).
Dalam beberapa survei, Mahfud yang nonparpol mengumpulkan suara cukup tinggi, bahkan melebihi tokoh-tokoh partai yang selama ini selalu menghiasi bursa Capres. Namun, umumnya masih di bawah peringkat Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla. Keempatnya tergolong tokoh tua dari dalam internal partainya masing-masing.
Sedangkan tokoh nonpartai masih belum banyak dibicarakan masyarakat walau sudah mulai muncul di sejumlah survei. Saya mencatat beberapa orang saja, seperti Mahfud, Anies Baswedan dan Rhoma Irama namanya sering disebut-sebut media dari kalangan sipil, dan Pramono Edhie Wibowo (Kepala Staf TNI Angkatan Darat) dari kalangan militer aktif. Sama seperti Mahfud, penyanyi dangdut Rhoma Irama dan Anies Baswedan pun menyatakan tidak punya obsesi menjadi Capres, namun Rhoma menyebut dorongan dari masyarakat, khususnya kalangan umat Islam yang memintanya menjadi Capres pada 2014
Peluang Capres Parpol
Jika politisi senior PDI Perjuangan, yang juga Ketua MPR RI Taufik Kiemas merestui tawaran Partai Gerindra agar Puan Maharani, putrinya untuk mendampingi Prabowo Subianto dalam pertarungan Pilpres 2014, lagi-lagi hal itu hanya sebuah wacana dari pribadi sang Ketua MPR. Sebab, yang menentukan di dalam internal PDIP adalah Megawati. Hitam putihnya PDIP ditentukan satu orang (Megawati).
Hampir pasti Megawati untuk ketiga kalinya maju kembali dalam Pilpres langsung. Sebab, inilah kesempatan terakhirnya walaupun banyak orang bilang usia Mega –nama lengkapnya Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri, lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947 (66 tahun) sudah terlalu tua untuk bertarung di Pilpres 2014. Lagi pula, Pilpres 2014 merupakan peluang emas setelah SBY tak bisa mencalonkan diri setelah dua periode menjadi RI-1.
Wajar kalau Taufik Kiemas melarang istrinya untuk maju lagi. Mungkin takut kalah lagi sehingga Taufik menginginkan Capres yang dimajukan PDIP dari kalangan muda saja. Dan tidak sulit merekanya. Jika tidak Puan Maharani ya Pramono Anung. Kalaupun belum saatnya maju sebagai Capres setidaknya keduanya dapat mendampingi Capres dari parpol lain sebagai wakilnya.
Tapi, PDIP memiliki kartu As yang tidak dimiliki parpol lainnya, yaitu ketokohan Jokowi yang merakyat mampu menjungkirbalikkan prediksi survei dan pakar politik dengan memenangkan Pilgub DKI Jakarta, mengalahkan incumbent Fauzi Bowo tahun lalu. Jokowi merupakan kandidat yang banyak diharapkan masyarakat luas maju dalam Pilpres sehingga kalau saja Megawati mengikuti larangan suaminya untuk tidak maju, maka peluang Jokowi sangat terbuka sebagai Capresnya PDIP. Peluangnya dipastikan semakin besar jika dalam survei di 2013 ini angkanya semakin meningkat signifikan, apalagi kalau kinerjanya mengatasi banjir dan kemacetan lalulintas di Jakarta dinilai sukses dalam waktu setahun.
Seperti diketahui hasil survei sejumlah lembaga menempatkan figur Megawati dalam posisi dua besar, setelah Prabowo teratas. Naiknya elektabilitas mantan Pangkostrad ini menunjukkan masyarakat menginginkan pemimpin tegas dan berani. Tahu posisinya teratas, Prabowo semakin rajin mengunjungi tokoh parpol, seperti dilakukannya ke rumah Hatta Rajasa, ketua umum PAN. Buat Prabowo Pilpres 2014 merupakan kesempatan terbaik yang diyakini tidak akan dilepasnya begitu saja. Jika perolehan suara Gerindra meningkat drastis bakal banyak parpol yang mendukung Prabowo sebagai Capres menggantikan SBY.
Setelah Gerindra dan PDIP, tentu saja Capres dari Golkar pantas diperhitungkan. Apalagi dalam survei menuju Pemilu 2014 Golkar selalu menduduki posisi teratas. Golkar sendiri sudah memastikan calonnya, yaitu ketua umum Aburizal Bakrie. Walaupun banyak pihak termasuk dari internal Golkar menginginkan calon alternatif, seperti Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung namun suatu kewajaran jika orang nomor satunya yang ditampilkan.
Yang masih tanda tanya besar tentu saja Demokrat. Setelah posisi Anas Urbaningrum semakin dipojokkan, kekuasaannya dilucuti, peluang Anas bisa disebut sirna. Karena itu, Demokrat wajib mencari siapa pengganti Anas untuk Capres mendatang.
Sejumlah nama sudah muncul ke permukaan, seperti Ani Yudhoyono dan Pramono Edhie Wibowo. Keduanya masih keluarga besar Presiden SBY. Namun SBY sudah menegaskan istri dan anak-anaknya tidak akan maju dalam Pilpres 2014 sehingga tersisa Pramono Edhie Wibowo yang juga adik ipar SBY karena jenderal bintang empat aktif itu merupakan adik kandung istri SBY, Kristiani Herawati.
Sayang, elektabilitas Pramono Edhie Wibowo belum begitu menonjol. Sama halnya dengan Marzuki Alie yang menempati posisi Ketua DPR dan Djoko Suyanto. Memang Partai Demokrat tampaknya menyiapkan Menkopolhukam menjadi Capres 2014 pasca “kegagalan” Anas. Sayang elektabilitasnya juga rendah.
Untuk Capres lain dari kalangan parpol seperti Hatta Rajasa (PAN), Endriarto Sutarto (mantan Panglima TNI dari NasDem), Hidayat Nur Wahid (PKS), Wiranto (Hanura), sepertinya masih jauh untuk Pilpres 2014. Kalaupun mungkin hanya untuk posisi Cawapres, termasuk Surya Paloh, ketua umum DPP NasDem mengingat perpecahannya dengan Harry Tanoe dkk.
Peluang Nonparpol Kecil
Terus terang, peluang Capres dari kalangan nonparpol relatif kecil. Untuk kalangan senior dengan elektabilitas tertinggi ya Mahfud MD, menyusul nama-nama seperti mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani (mantan Menko Perekonomian), Dahlan Iskan (Menteri BUMN), Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah), Agus Martowardojo (Menteri Keuangan), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan), Din Syamsuddin dari Muhammadiyah dan sejumlah tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Kalaupun peringkat Mahfud MD dkk cukup tinggi tetap saja mereka harus berjuang keras mendapatkan perahu. Sebab, untuk bisa maju sebagai Capres dan Cawapres hanya lewat pintu parpol. Belum dibuka kran Capres/Cawapres independen seperti dalam Pilkada gubernur, bupati dan walikota.
Justru itu, penulis menilai peluang Capres dan Cawapres dari nonparpol relatif kecil. Jangan terlalu berharaplah. Bagaimanapun juga parpol akan mengutamakan kadernya. Paling pas kalau ketua umumnya, atau diserahkan pada kader lainnya yang menonjol, tapi tidak buat tokoh-tokoh di luar kader. Masalahnya, para kader dan tokoh parpol sudah berjuang habis-habisan membesarkan partainya sehingga sangat tidak etis kalau sampai orang luar (nonparpol) tiba-tiba dimajukan dalam Pilpres 2014.
Trik Meraih Kemenangan
Memang tidak ada yang tidak mungkin dalam percaturan politik praktis, selalu ada trik untuk meraih kemenangan dengan menggunakan segala cara oleh semua parpol dan tokoh-tokohyang berasal dari parpol maupun nonparpol. Walau peluang Capres dari kalangan nonparpol sangat kecil, dan biasanya kalau popularitas dan integritas figurnya luar biasa mungkin saja parpol berusaha meminangnya untuk masuk menjadi kader partai tertentu. Dan peluang besar ada di tangan Pramono Edhie Wibowo dan Mahfud MD yang sebentar lagi memasuki masa pensiun.
Kedua tokoh ini bisa didaulat menggantikan posisi Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat dalam Munas atau KLB untuk menyatukan kembali kubu-kubuan di partai berlambang bintang mercy itu. Kedua tokoh nonpartai itulah yang akan bertarung dengan Capres Prabowo, Megawati, Aburizal Bakrie dari parpol papan atas untuk 2014. Wallahu a’lam.
Dimuat Koran Pagi Wawasan, 5 Maret 2013
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Menakar Peluang Capres Non Parpol Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda