Berkah Ramadhan
Oleh Hamidulloh Ibda
Dimuat di Suara Karya, Rabu, 17 Juli 2013
Semarak
bulan Ramadhan menjadi berkah bagi semua umat. Baik umat muslim, dan non-muslim
semua mendapatkan kesempatan untuk mengais rejeki dari bulan puasa. Banyak
muncul usaha musiman memanfaatkan potensi pasar pada bulan ini.
Banyak
peluang bisnis menjelang puasa, saat puasa dan saat lebaran tiba. Tidak kurang
dari 15 abad yang lalu, Rasulullah SAW bersabda, "Ramadhan adalah bulan
sabar, dan sabar balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan dan
Ramadhan adalah bulan di mana kaum muslimin ditambahkan rezekinya, (HR Ibn
Huzaimah). Melalui hadis ini menurut dia seolah Rasulullah memprediksi bahwa
kaum muslim akan mengalami suatu pertumbuhan ekonomi dalam setiap bulan
Ramadhan melebihi rata-rata bulan lainnya.
Benarkah
prediksi ini? Dari sisi pendapatan setiap karyawan di Indonesia baik muslim
maupun non-muslim, swasta maupun pemerintah pasti akan bertambah menjadi 200
persen lebih banyak dari pendapatan bulan-bulan biasa. Pertambahan 100 persen
ini dimungkinkan dengan adanya tunjangan hari raya (THR) yang sudah menjadi
kewajiban perusahaan dan instansi serta hak karyawan. Berbagai bonus pun
seringkali diberikan pada bulan suci ini.
Bahkan,
dari segi ekonomi peluang bisnis di bulan puasa sangat besar dan tumbuh dua
kali lipat dari bulan lainnya. Berbagai bentuk usaha dilakukan hanya untuk
meraup rezeki musiman ini. Tidak hanya untuk umat muslim, umat non-muslim
lainnya pun turut merasakan berkah Ramadhan ini. Adapun berbagai macam usaha
yang menjadi berkah bagi masyarakat di bulan puasa antara lain, penjual kue
kering musiman. Meski musiman, usaha ini cukup menjanjikan. Banyak yang
menjalankan bisnis ini murni untuk mencari keuntungan di balik momen idul fitri
atau hanya mencari kesibukan selama Ramadhan.
Fenomena
Ramadhan ini berdampak pada meningkatnya roda perdagangan dan bertambahnya
jumlah barang dan jasa yang dibeli umat. Peningkatan ini terjadi di hampir
semua sektor seperti angkutan, elektronika, pakaian dan busana, kue kering dan
biskuit, sirup dan minuman, kendaraan roda dua dan empat, dan barang kebutuhan
rumah tangga lainnya. Sehingga, tak jarang tingkat inflasi pun mencapai titik
tertinggi pada bulan suci ini.
Meskipun
berpuasa adalah ritual keagamaan, namun implementasinya berefek sangat
fenomenal, baik dari sisi psikologis, kultural, ekonomi, perilaku masyarakat
dan aspek lainnya. Kehadiran Ramadhan telah menciptakan dampak berlipatganda.
Media massa pun telah mendorong umat Islam untuk berlomba menggandakan efek
itu. Karena terjadi perubahan jadwal aktivitas secara radikal dan massive
(besar-besaran), maka media massa cetak dan elektronik, utamanya televisi,
secara setia dan cerdas ikut mendampingi dan mengambil berkahnya secara
ekonomi. Berbagai perusahaan pun membelanjakan iklan cukup besar dalam
Ramadhan, untuk mendukung berbagai acara menjelang berbuka puasa dan malam
waktu sahur. Di situ bertemu kegiatan bisnis, acara hiburan dan mimbar
keagamaan. Meski, misalnya porsi agenda bisnis dan hiburan lebih banyak, mimbar
keagamaan tetap saja besar jika dibanding dengan jadwal acara selain bulan
Ramadhan.
Memanfaatkan
Keberkahan
Ramadhan
mubarakah adalah sebuah fakta bukan mitos. Sejarah membuktikan bahwa
sesungguhnya sejarah Islam tidak lain adalah sejarah prestasi Ramadhan. Hampir
semua peristiwa-peristiwa monumental dalam sejarah Islam terjadi di dalam bulan
suci Ramadhan. Bukan saja sejarah Islam di Timur Tengah tetapi juga sejarah
Islam di atas hamparan bumi ini, dari Merauke sampai Maroko.
Ada
apa yang menarik di dalam bulan Ramadhan? Ingat peristiwa-peristiwa monumental
Ramadhan. Pertama kali Al Qur'an diturunkan dan sekaligus menandai pelantikan
Muhammad SAW sebagai Nabi. Kedua, Kemenangan besar pasukan Rasulullah di dalam
Perang Badr yang bersejarah itu, bertepatan dengan tanggal 17 Maret 624M/17
Ramadhan tahun ke-7 Hijriah. Ketiga, Perebutan kembali kota Mekah (fathu
Makkah), Ramadhan 8 H, perjanjian Tsaqif yang monumental itu terjadi dalam
bulan Ramadan, 9 H.
Selain
itu, Diplomasi Qadasiayah yang membawa keuntungan besar bagi umat Islam,
terjadi dalam Ramadhan 15 H, Penaklukan Rodesia pada bulan Ramadhan 53 H,
Perang Andalusia Spanyol terjadi pada Ramadhan 91 H, Penaklukan kota Spanyol
pada Ramadhan 92 H, Runtuhnya Daulat Bani Umayyah yang dinilai sudah korup
digantikan rezim baru Bani Abbasiah, terjadi pada Ramadhan 132 H, Pemisahan
diri Mesir dari Dinasti Abbasiah pada Ramadhan 253 H. Pendirian Universitas
Al-Azhar, Kairo-Mesir, Universitas tertua di dunia, didirikan pada bulan
Ramadhan 361 Hijriah oleh Dinasti Fatimiyah (Syi'ah).
Terlepas
dari itu, berkah di bulan suci harus dimanfaatkan dengan baik. Artinya, seluruh
umat harus mengambil esensi di bulan ini sebagai wahana untuk membersihkan diri
dan sarana mendekatkan diri pada sang Pencipta. Bukan justru hanya memanfaatkan
untuk mendapatkan "recahan" yang justru menodai esensi Ramadhan.
Spirit,
keputihan, kejernihan, keikhlasan, dan kesucian jiwa menjadi faktor yang amat
penting untuk selalu dihisab dan diperhitungkan. Betapa tidak, sulit
membayangkan begitu banyak peristiwa monumental yang terjadi di dalam bulan
Ramadhan. Karena itu, jangan sampai kesucian di bulan ini ternodai oleh
"nafsu" duniawai yang fana. Sudah saatnya di bulan Ramadhan umat
Islam harus meluruskan niat dan menata ibadah sebagai bekal untuk menghadap
sang pencipta.
Tujuan
perintah dan larangan dalam Islam bukan untuk Tuhan. Tanpa disembah pun Allah
SWT tidak akan berubah posisi-Nya sebagai Tuhan. Seandainya semua orang mogok
menyembah maka Tuhan tidak akan pernah menurun derajat ketuhanan-Nya.
Sebaliknya, seandainya seluruh makhluk-Nya semuanya taat menyembah-Nya, juga
tidak akan menambah posisi ketuhanan-Nya. ***
Penulis
adalah peneliti senior Centre for Democracy and Islamic Studies IAIN Walisongo
Semarang
0 komentar:
Post a Comment