Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 9 August 2013

Spirit Perbaikan Idul Fitri


Oleh Hamidulloh Ibda
Tulisan ini dimuat di Koran Barometer, 7 Agustus 2013


Idul Fitri selalu datang bersama tibanya 1 Syawal dalam penanggalan hijriah. Setelah satu bulan umat Islam berpuasa, telah sempurnalah puasa tersebut dengan hadirnya Idul Fitri. Bagi masyarakat Indonesia yang beragama Islam, ketibaan Idul Fitri menjadi istimewa. Inilah hari raya ketika sukacita diekspresikan dan nestapa disembunyikan. Di hari raya ini, tak boleh seorang pun umat muslim kelaparan. Bagi kaum muslim di Saudi Arabia, Persia, dan beberapa kawasan Timur Tengah, Idul Fitri berlangsung biasa-biasa saja, berbeda dengan Idul Adha 10 Zulhijjah, yang disebut sebagai Idul Akbar. 

Lepas dari tradisi umat Islam, Idul Fitri merupakan momen penting seluruh mukmin bercermin, menempa, dan memperbaiki kualitas diri. Intensif mengevaluasi neraca keimanan dan ibadah, kemudian memperbaikinya menjadi lebih baik secara berkelanjutan. Hal itu sesuai dengan hakikat Ramadan sebagai sahrut tharbiyah, bulan diklat. Ramadan adalah bulan bagi Allah, menuntut hak-Nya atas insan beriman (mukmin-mukminat). Pemenuhan atas hak-Nya, itu sebagai momentum eksaminasi agar setiap mukmin beroleh reward tertinggi: maghfirah, ampunan Allah atas segala noda dosa.
Empat Dimensi Keimanan
Karenanya, selama sebulan penuh, umumnya berlangsung 29 hari, para mukminin dan mukminat, membuktikan empat dimensi komitmen keimanannya. Pertama, membuktikan komitmen proklamasi imani; “Asyhadu alla ilaaha illallaah, Muhammadan Rasulullah." Deklarasi penegasan keimanan; hanya Allah saja, Maha Pencipta dan Maha Pemelihara, Tuhan  dengan “T” besar  dan tak ada sesuatu yang lain, yang boleh dituhankan.
Hanya Allah saja puncak idealistika dan kegandrungan tertinggi manusia yang Maha Absolut, Distinct, dan Unique. Sekaligus, kesaksian kongkret; Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalamadalah nabi dan rasul-Nya (the Prophet and the Messanger).
Kedua, komitmen kepatuhan, berupa penegakan salat sepanjang masa, sehingga tiba akhir hayat sebagai jalan utama manusia mencapai kualifikasi diri sebagai mukhlisin, insan yang ikhlas, dan terbebas dari perbuatan fasik dan munkar. Ketiga, komitmen kesetiaan, berupa ibadah puasa di bulan Ramadan. Ibadah khas bagi para mukminin dan mukminat, memberikan hak Allah, tanpa kompromi. Sungguh menempatkan Allah sebagai “Sumber dari segala sumber kehidupan,” sebagai al khaliq, yang pasti pemeliharaan-Nya atas manusia dan seluruh alam semesta. Di penghujungnya, Allah memberi great reward, kualifikasi insaniah sebagai muttaqiin, insan yang bertaqwa.
Keempat, komitmen pengabdian, yaitu komitmen pembebasan manusia oleh sesamanya, dari kemiskinan, kefakiran yang dapat membawa mereka ke lembah kekafiran, penginkaran atas eksistensi Allah, sebagai Rabb yang Maha Rahman dan maha Rahim. Untuk itu, para mukminin dan mukminat berperang melawan “musuh” paling besar, yakni dirinya sendiri, yang mudah dikendalikan oleh hawa nafsu. Wujudnya; zakat, infaq, shadaqah, untuk selalu menyadari, di dalam rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita, terdapat hak orang lain. Kelak, selepas beroleh grade muttaqiin pada Idul Fitri, berlangsung pemungkasan, penyempurnaan ibadah yang dilandasi komitmen pengorbanan, melalui ibadah pamungkas: haji, serta qurban.
Spirit Perbaikan
Perjuangan selama Ramadan semacam itu, akan beroleh apresiasi luar biasa, berupa great reward; kemaafan dan ampunan Allah SWT. Insan mukmin, yang sungguh menang atas dirinya sendiri, berhasil menekuk hawa nafsunya, akan naik derajat sebagai muttaqiin. Great reward itulah yang memungkinkan setiap mukminin dan mukminat kembali ke keadaan fitri, suci, seperti ketika dilahirkan. Kullu mauludin yulaadu ‘alal fithr. Jika Lebaran tiba, sangat penting bagi umat Islam untuk melakukan perbaikan.
Untuk itulah pula di paruh kedua bulan Ramadan, Allah SWT menurunkan Alqur‘an kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai master plan kehidupan, yang tiada keraguan di dalamnya. Cahaya penunjuk jalan yang membawa manusia bergerak dari kehidupan gulita dunia ke kehidupan bersimbah cahaya di akhirat kelak. Bila satu Ramadan disebut garis mula going to zero, maka satu Syawal dipahami sebagai sebagai garis mula starting from zero, berangkat dari nol bagi perjuangan panjang selama 335 hari ke depan. Ditandai dengan penguatan kualitas sabar (consistency dan optimism), taqwa (capacity dan professionality), dan syukur (integrity dan competency).
Mengukuh silaturahim dalam harmoni hubungan Ilahi dan insani adalah substansi Lebaran. Semoga Allah menerima ibadah dan puasa kita, dalam keyakinan dan kebaikan kita sepanjang masa, seraya diberi kesempatan berjumpa lagi dengan Ramadan tahun depan. Taqabalallaahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, qullu aamin wa antum bil khayr. Mudah-mudahan momentum Lebaran tahun ini menjadi modal memperbaiki diri, masyarakat, dan bangsa.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Spirit Perbaikan Idul Fitri Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda