Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Tuesday, 17 September 2013

Format Baru Ospek



Oleh Hamidulloh Ibda
Lulusan Pertama Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang,
Mahasiswa Program Pascasarjana Unnes Semarang

Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) sudah berjalan di beberapa perguruan tinggi. Berbagai macam persiapan sudah diagendakan panitia kampus. Namun, apakah format Ospek saat ini masih seperti dulu, ataukah sudah ada perubahan? Tentu ini menjadi hal menarik dikaji. Apalagi, kemungkinan Ospek tahun ini dilaksanakan pada musim kemarau yang panas. Maka, agar efektif dan mendidik, perlu adanya format baru yang harus ditegaskan kembali.

Ospek merupakan momen untuk mengenalkan mahasiswa baru tentang dunia kampus. Namun, dewasa ini banyak sekali penyimpangan terjadi, dari “perpeloncoan”, penyiksaan, anarkisme, pembodohan intelektual, dan sebagainya. Padahal, Ospek merupakan awal mahasiswa baru memasuki pintu kampus. Jika Ospek dihiasi dengan pembodohan dan anarkisme, maka citra kampus akan buruk, begitu pula sebaliknya.
Hapus Perpeloncoan
Diakui atau tidak, perpeloncoan yang terjadi pada waktu Ospek sangat merugikan mahasiswa dan pihak kampus. Kegiatan itu hanya dijadikan ajang “balas dendam” antara mahasiswa angkatan sebelumnya yang menjadi panitia dengan mahasiswa baru. Selama ini banyak terjadi kejadian ironis dan memberikan getah hitam dunia kampus dan mahasiswa. Ospek yang didedikasikan mengader mahasiswa baru menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi yang religius justru menjadi ajang pencetak koruptor intelektual.
Selain itu, panitia juga sering memperlakukan peserta Ospek dengan seenaknya, tanpa hati, dan menyiksa peserta. Bahkan, dalam pengalaman penulis ketika Ospek tahun 2008, banyak kasus panitia yang melukai/mencederai peserta. Maka dari itu, perpeloncoan atas nama apa pun harus dihapus sekarang juga. Hukumnya wajib. Karena, siapa saja pasti lebih suka Ospek yang mendidik, humanis, dan mengalirkan “darah intelektual” bukan “darah jahiliyah”.
Banyak kaum akademis berpendapat bahwa logika perpeloncoan didasarkan untuk membina mental mahasiswa baru. Namun, apakah harus dengan kekerasan dan membodohi mahasiswa? Hal ini salah besar dan sesat. Pembinaan mental tidak bisa dicapai secara instan dan dengan pembodohan, tapi berkala dan dengan cara-cara edukatif dan humanis. Untuk itu, diperlukan waktu yang tidak singkat, karena harus melalui proses penggodokan matang agar hasilnya maksimal. Maka dari itu, Ospek harus diformat dengan memasukkan unsur kreativitas dan mendidik.
Sebetulnya, Ospek di kampus mana saja menjadi pintu gerbang mahasiswa baru memasuki dunia kemahasiswaa. Di sana, mereka dikenalkan dengan dunia akademik, intelektual, serta dunia aktivis. Jika Ospek terjadi perpeloncoan, maka hal itu justru merugikan mahasiswa baru. Ibarat kertas, mereka adalah kertas putih dan suci. Jika dicat dengan tinta bagus, maka hasilnya menjadi bagus, begitu pula sebaliknya. Maka, dengan spirit pembaharuan, Ospek harus sehat, edukatif, dan humanis.
Format Baru
Sebelum perpeloncoan mewarnai Ospek dan memakan korban, maka harus dicari format baru yang efektif. Pertama, menyeleksi panitia Ospek agar tidak salah orang. Karena, panitia Ospek menjadi kunci suksesnya agenda sakral tersebut. Kedua, waktu pelaksanaan Ospek harus efektif dan tidak terlalu lama. Selama ini, banyak waktu terbuang dengan diisi agenda yang kurang bermanfaat.
Ketiga, mengutamakan orientasi akademik, pengenalan struktural kepemimpinan kampus, pengenalan mekanisme/regulasi kampus, bukan malah diisi kegiatan tidak bermanfaat dan terkesan mendidik mahasiswa menjadi buruh dan bermental budak. Keempat, meningkatkan orientasi keagamaan, kepustakaan, dan pengenalan/memotivasi mahasiswa untuk aktif di kampus organisasi mahasiswa.
Selanjutnya, melibatkan pihak dosen sebagai pengawas/pembimbing dalam Ospek. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Sehingga, seluruh kegiatan bisa terarah dengan baik, dan bebas dari perpeloncoan. Semoga dengan format itu, Ospek berjalan tanpa kekerasan. Ospek yang baik adalah yang bebas perpeloncoan, pembodohan, anarkisme serta penyesatan intelektual.
Jika ingin membenahi pendidikan kita, maka harus dimulai sejak dini dan dari hal terkecil, salah satunya adalah menformat Ospek menjadi ajang pendidikan mahasiswa, bukan perpeloncoan. Kalau tidak dimulai sekarang, lalu kapan lagi?
Tulisan ini dimuat di Koran Barometer, 3 September 2013
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Format Baru Ospek Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda