Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Tuesday, 17 September 2013

Menyikapi Bahasa Vicky



Oleh Hamidulloh Ibda
Direktur Eksekutif Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah,
Mahasiswa Pendidikan Dasar konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unnes
Dimuat KoranWawasan, 17 September 2013




Mari belajar bahasa dengan baik dan benar! Demikian ungkapan yang tepat untuk menanggapi fenomena Hendrianto bin Hermanto alias Vicky Prasetyo (VP) naik daun lantaran bahasa anehnya. Budayawan Goenawan Mohamad membuat istilah ”Vickinisasi” dan memandangnya sebagai puncak gunung es dari gejala kemalasan berbahasa, baik menelaah maupun menerjemahkan kata asing.
Dengan gaya bahasa “intelektual” pada saat jumpa pers pernikahannya dengan pedangdut Zaskia Gotik, Vicky mampu menyedot perhatian publik dan meramaikan media massa. Vicky yang juga bekas tunangan pedangdut Zaskia Gotik ini marak di sosial media dengan berbagai tanggapan, ada yang positif dan negatif. Namun, sebagai manusia Indonesia yang beriman pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), kita harus menyikapinya dengan bijaksana dan mengambil hikmahnya.
Bahasa Vicky berefek pada semua kalangan, mereka ikut-ikutan menggunakan bahasa “sok intelektual” tersebut. Padahal, bahasa yang dilontarkan Vicky adalah gaya berbahasa “gado-gado”, karena mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Selain itu, bahasa itu tidak dipergunakan dengan kaidah baku, sehingga terkesan “sok pintar”. Pada saat yang sama, ia tidak mengerti dengan apa yang dia omongkan. Inilah kejanggalan pada diri Vicky.
Ironisnya, gaya bahasa Vicky banyak ditiru di Twitter dalam konteks candaan. Melalui akun @marischkaprue, bloger wisata Marischka Prudence pun berkicau, ”Statusisasi perut lapar jam segini itu pasti karna konspirasi kemakmuran indomie deh..”. ”Saya senang cara bicara Vicky dicemooh ramai-ramai. Supaya orang tak lagi omong asal bunyi dan menulis tanpa berpikir,” ujarnya melalui akun @gm_gm. Penyair Sitok Srengenge melalui akun @1srengenge juga menulis, ”Akhirnya saya sempat lihat wawancara Vicky. Hehe bahasanya tak jauh beda dg banyak pejabat yg sok intelek tp amburadul.” (Kompas, 13/9/2013).
Namun, menurut sutradara Iman Brotoseno menyebut gaya bahasa seperti Vicky sudah lama diterapkan di dunia politik. Misalnya, ada “reinstall” Indonesia” atau “restorasi Indonesia.” Sebelum mengolok-olok gaya bahasa Vicky, ada baiknya kita berkaca bahwa gaya berbahasa seperti itu kerap dijumpai dalam diri pejabat publik kita. Barangkali merekalah pengikut sindrom ”vickinisasi” itu. Lalu, bahasa Vicky itu apakah atau benar?
Sisi Positif dan Negatif
Sebenarnya, ada sisi positif dan negatif dari bahasa Vicky. Mengapa? Dalam hal ini ada beberapa kata tidak tepat dan asal “ngomong” tanpa memperhatikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Padahal, menurut penulis, berbahasa Indonesia dengan baik, benar, dan santun adalah kewajiban setiap warga negara. Baik berupa bahasa lisan, tulisan, dan sebagainya. Tidak pandang dia seorang akademisi, politisi, artis, ataupun manusia biasa, harus tunduk dan patuh pada kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam kaca mata linguistik, bahasa itu merupakan produk budaya, hasil kesepakatan, dan kebiasaan masyarakat di suatu daerah tertentu. Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa yang “ndakik-ndakik” agar kelihatan “keren” dan “intelek”. Tak ada masalah jika bahasa yang digunakan itu baik, benar, memahamkan dan mencerahkan pembaca/pendengar. Tapi jika menyesatkan, maka cara berbahasa seperti itu harus dihentikan. Lalu, bagaimana dengan bahasa yang digunakan Vicky?
Bahasa yang digunakan Vicky memang keren, gaul, dan terkesan intelek. Di antara bahasa itu meliputi “twenty nine my age, kontroversi hati, konspirasi kemakmuran, harmonisisasi, kudeta, mempertakut, mempersuram, statusisasi, labil ekonomi,” dan sebagainya.
Menyikapi
Ada beberapa analisis bahasa Vicky. Pertama, sekilas, bahasa Vicky di atas memang keren dan intelek. Namun, hemat penulis, bahasa tersebut tidak tepat penggunaannya. Mengapa? Karena tidak cocok jika bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa Inggris. Seperti contoh, kata “twenty nine my age” terkesan memaksakan menggunakan bahasa Inggris, padahal sebenarnya salah kaprah. Ketika Vicky ingin menyebutkan usia, seharusnya dia cukup mengucapkan “I am twenty nine” atau “I am twenty nine years old”.
Kedua, bahasa Vikcy sangat berlebihan dan terkesan dipaksakan. Mengapa? Karena bahasanya tidak sesuai konteks dan acara pada saat dia ngomong. Padahal, pada saat itu dia bukan pembicara seminar atau mengisi kuliah, hanya diwawancari wartawan/reporter. Bahkan, pembicara seminar nasional ataupun dosen di Indonesia jarang dan tak seformal bahasa Vicky. Jadi, sangat berlebihan jika Vicky menggunakan bahasa-bahasa di atas.
Ketiga, ada beberapa kata yang imbuhannya salah. Seperti statusisasi, kontroversi hati, konspirasi kemakmuran, dan harmonisisasi. Ini merupakan kesalahan fatal bahasa yang digunakan Vicky. Jika hal ini salah dan ditiru masyarakat, maka akan menjadi ancaman bagi eksisten bahasa Indonesia.
Selain itu, ada sisi positif yang ditelurkan dari bahasa Vicky. Pertama, dengan lahirnya bahasa Vicky, masyarakat bisa lebih tahu dan mencari tahu bahasa-bahasa yang jarang terdengar di telinga. Dengan seperti itu, maka spirit belajar bahasa naik tinggi dan melahirkan spirit berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Kedua, lahirnya kehati-hatian bagi masyarakat, khususnya bagi artis, figur, dan tokoh masyarakat. Pasalnya, cara berbahasa menjadi indikator pandai dan bodohnya seseorang. Mengapa? Belum tentu dengan berbahasa intelek manusia dikatakan pandai. Jadi, semua orang harus tahu dengan siapa lawan bicara, serta menggunakan bahasa yang baik benar.
Ketiga, fenomena bahasa Vicky menjadi hikmah bagi semua kalangan, baik bagi ahli bahasa, dosen bahasa, serta pengamat bahasa untuk selalu menjaga khazanah bahasa Indonesia agar tidak rusak dengan gelombang globalisasi seperti saat ini. Lalu, apakah anda tetap akan melestarikan bahasa Vicky? Anda punya pilihan.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Menyikapi Bahasa Vicky Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda