Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 23 May 2014

Contoh Jawaban Mid Semester Psikolinguistik


SOAL UJIAN MID SEMESTER
MATAKULIAH PSIKOLINGUISTIK
Pengampu: Dr. Subyantoro, M.Hum.

PETUNJUK:
Pengerjaan dilakukan dengan kurun waktu panjang, jawaban dikumpulkan pada hari Selasa, 29 April 2014 pukul 13.00 wib
Jawaban diketik dengan spasi 1.5, kertas HVS kuarto
Berikan sumber pustaka dari jawaban Anda.
Toleransi jawaban yang sama antarmahasiswa hanya satu paragraf, lebih dari itu jawaban tidak diakui.


SOAL
Jelaskanlah mekanisme proses mempersepsi ujaran dan bagaimanakan upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan kompetensi tersebut?
Bagaimanakah ujaran diproses dan dihasilkan oleh manusia dan bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan kompetensi tersebut?
Jelaskanlah mekanisme kerja otak belahan kanan dan kiri dalam memproduksi dan mempersepsi ujaran manusia!
Bagaimanakah tahapan pemerolehan bahasa pada anak sampai usia 5 tahun serta bagaimanakah upaya yang dilakukan orang dewasa untuk memaksimalkan potensi bahasa pada anak-anak tersebut?
Bagaimanakah memanfaatkan memori yang dimiliki anak-anak untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran mereka?
Bagimanakah upaya yang pada dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kualitas kompetensi membaca permulaan pada anak SD kelas rendah?
-- selamat mengerjakan –

JAWABAN
1. Darjowidjojo (2005: 49) menjelaskan proses pengujaran adalah sebuah perwujudan dari proses artikulasi dan kemudian terkonsep dalam otak manusia secara sempurna. Selanjutnya hal tersebut diwujudkan dalam bentuk bunyi yang akan dimengerti oleh interlokutor tertentu. Persepsi ujaran adalah peristiwa ketika telinga menangkap sebuah bunyi yang dapat berupa bunyi lepas, kata, atau kalimat  (Su’udi, 2011:19).
Glasen (1998:108) berpendapat proses mempersepsi ujaran merupakan proses di mana sebuah ujaran ditafsirkan. Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang meliputi, pendengaran, penafsiran dan pemahaman terhadap semua suara yang dihasilkan oleh penutur.

Ada beberapa teori dan pendapat tentang upaya memaksimalkan proses mempersepsi ujaran. Salah satunya Clark  & Clark dalam bukunya Dardjowidjojo (2011:49-52) menjelaskan pada dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi, yaitu tahap auditori, fonetik, dan fonologis. Kompetensi tersebut bisa dilakukan dengan cara latihan. Misalnya, pada tahap auditori, manusia mendapat ujaran sepotong-sepotong, maka guru bisa mengasah anak untuk meningkatkan kompetensi ini agar tidak menjadi sepotong-sepotong sehingga menjadi sempurna.

Di sisi lain, sebenarnya hal itu bisa dilakukan dengan mengembangkan dan mangasah sumber bunyi. Seperti kita ketahui bahwa sumber bunyi adalah dari paru-paru. Alat pernafasan kita berkembang dan berkempis untuk menyedot dan mengeluarkan udara. Udara ini kemudian lewat lorong yang dinamakan faring (pharynx).

Dari faring itu ada dua jalan yang pertama melalui hidung dan yang kedua melalui rongga mulut. Semua yang dibuat dengan udara melalui hidung disebut bunyi nasal. Sementara itu bunyi yang udaranya keluar melalui mulut dinamakan bunyi oral. Pada mulut terdapat dua bagian-bagian atas dan bagian bawah mulut. Dalam hal ini, anak bisa diasah kemampuannya agar proses mempersepsi ujarannya berkembang baik.

2. Menurut Clark & Clark dalam Dardjowidjojo (2011: 49-52) ada tiga tahapan pemrosesan persepsi, yaitu
Tahap auditori. Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong. Ujaran ini kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya. Konsep-konsep seperti titik, artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtf, dan VOT sangat bermanfaat karena ihwal seperti ini yang memisahkan satu bunyi dengan yang lain. Bunyi-bunyi itu tersimpan dalam auditori manusia.

Tahap fonetik. Bunyi-bunyi itu kita idenifikasi. Dalam proses mental misalnya apakah bunyi tersebut (+consonantal), (+vois), (+nasal), dan lain sebagainya. Begitu poula lingkungan bunyi tersebut apakah diikuti oleh vocal atau oleh konsonan. Misal ujaran itu adalah buah nangka, maka mental kita menganalisis bunyi /b/ terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa yang kita dengar itu dengan memperhatikan hal-hal seperti titik artikulasi, cara artikulasi, dan fitur distingtifnya.

Tahap fonologis, pada tahap ini mentap menerapkan aturan fonologis pada deretan bunyi yang kita dengar untuk menentukan apakah bunyi-bunyi tadi sudah mengikuti aturan fonotaktik yang pada bahasa kita.  Orang Indonesia yang mendengar deretan bunyi /m/ dan /b/ tidak mustahil akan mempersepsikannya sebagai /mb/ karena fonotaktik dalam bahasa kita memungkinkan urutan seperti ini pada kata mbak dan mbok meskipun kedua-duanya pinjaman dari bahasa Jawa. Sementara orang Inggris akan memisahkan kedua bunyi ini ke dalam dua suku kata yang berbeda. Kombinasi bunyi yang tidak dimungkinkan oleh aturan fonotaktik bahasa tersebut pastilah akan ditolak.

3. DePorter (2004:36) mengungkapkan bahwa proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Otak kiri berdasarkan realitas mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikir sesuai untuk tugas-tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi audiotorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Untuk belahan otak kanan cara berpikirnya bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika, sedangkan Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua otak itu saling menyatu dan juga saling membangun.

Sebagai contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan memerikan, menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan belahan otak kanan. Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang mengkomunikasikannya secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu banyak berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang adalah musim kemarau”. Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahasa dan mengutarakan konsep-konsep yang ada dalam persepsi seseorang. Namun, semua merupakan hasil dari penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan. (Restak, 2004:97)

4.Menurut Mackey (dalam Iskandarwassid, 2011: 85) tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
Umur 3 bulan
Anak mulai mengenal suara manusia ingatan yang sederhana mungkin sudah ada, tetapi belum tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang dilihatnya; koordinasi antara pengertian dan apa yang diucapkannya belum jelas. Anak mulai tersenyum dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur
Umur 6 bulan
Anak sudah mulai bisa membedakan antara nada yang halus dan nada yang kasar. Dia mulai membuat vocal seperti “aEE.aE..aEEaEE”
Umur 9 bulan
Anak mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-macam suara dan tidak jarang kita bisa mendengar kombinasi suara yang menurut orang dewasa suara yang aneh.
Umur 12 bulan
Anak mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan bisa diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan sesuatu.
Umur 18 bulan
Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mencapai sekitar dua puluhan. Dalam tahap ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak. Kalimat dengan satu kata  sudah digantinya dengan kalimat dengan dua kata.
Umur 2-3 tahun
Anak sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosa katanya (baik yang pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana.
Umur 4-5 tahun
Pemahaman anak makin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosakata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumit mulai digunakannya.


5. Ingatan (memori) diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat-ingat sejarah termasuk di dalamnya penanggalan), mengenali wajah dan hakikat dari suatu benda, memahami pengetahuan, dan memahami bentuk-bentuk yang beraneka ragam. Memori yang sering latih akan membuat otak semakin aktif dan mendukung pembelajaran di sekolah.

Menurut  Muhammad as-Saqa ‘Ied (2008: 77), salah satu cara mengaktifkan otak  adalah dengan melatihnya, sama seperti ketika seseorang melakukan latihan fisik di klub-klub olahraga. Cara terbaik untuk untuk melatih daya ingat adalah dengan membentuk sebuah ingatan yang kemudian diperkuat dengan cara mengaitkannya dengan semua indra tubuh. Misalnya, untuk mengingat nama seseorang, jangan hanya dihubungkan dengan sosok pemilik nama tersebut, tetapi juga dengan melafalkan nama tersebut beberapa kali dengan suara keras, mengingat perasaan yang terjadi saat berjabat tangan, dan meresapi nada suaranya.

6.Menurut Tarigan (2008: 18) pada tahap 1 pelajar haruslah dibimbing untuk mengembangkan/meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terdapat gambaran-gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan. Mereka harus disadarkan benar-benar serta memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau menggambarkan bunyi.

Guru menyuruh para pelajar mengucapkan/menceritakan bahwa yang telah dikenal/diketahui itu tanpa melihatnya. Kemudian guru membaca bahan itu dengan suara nyaring pada saat para pelajar melihat bahan bacaan itu. Setelah itu mereka dapat membacanya bersama-sama mengikuti guru. Lalu, kelompok atau perorangan dapat disuruh membacanya berganti-ganti.

Referensi

As-Saqa ‘Ied, Muhammad. 2008. Kaifa Tuqwi adz-Dzakirah wa Tataghal labu ‘ala an-Nisyan? (Melejitkan Daya Ingat Mengasah Memori Mempertajam Ingatan). Jakarta: As’as Publishing.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik, Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gleason, Jean. Berko dan Nan Bernstein Rartner, eds. 1998. Edisi Kedua. Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace College Publishers.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
KridaLaksana, Hari Murti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Su’udi, Astini.2011. Pengantar Psikolinguistik bagi Pembelajar Bahasa Perancis. Semarang:Widya Karya.
Tarigan, Henry, G. 2008. Menulis sebagai Suatu ketrampilan Berbahasa.  Bandung: Angkasa Bandung.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

1 komentar:

Item Reviewed: Contoh Jawaban Mid Semester Psikolinguistik Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda