PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CARD
SORT PADA MATA PELAJARAN
AKIDAH AKHLAK MATERI POKOK IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH DI
KELAS IV SEMESTER 2 MI HIMMATUL
MUTA’ALLIMIN DUKUHSETI PATI TAHUN
PELAJARAN 2011-2012
HAMIDULLOH IBDA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Walisongo Semarang
ABSTRAK
Penelitian
ini berawal dengan adanya permasalahan di kelas IV MI Himmatul Muta’allimin
Dukuhseti Pati, yaitu rendahnya nilai rata-rata peserta didik pada materi Iman
kepada rasul-rasul Allah dikarenakan sulitnya peserta didik untuk memahami
secara langsung apa yang dipelajari dan keabstrakkan peserta didik pada materi
tersebut. Karena pada dasarnya pembelajaran Akidah Akhlak dibutuhkan pemahaman materi secara mendalam. Selain itu
berdasarkan pengamatan juga diperoleh fakta bahwa rendahnya nilai belajar
peserta didik dikarenakan kurangnya aktifitas peserta didik pada pelajaran
Akidah Akhlak, kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, peserta didik
yang tidak memahami materi tersebut tidak mau bertanya. Diharapkan pembelajaran
melalui model Card Sort akan
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi iman kepada rasul-rasul
Allah.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran card sort dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah
Akhlak materi pokok Iman kepada rasul-rasul Allah di Kelas IV Semester 2
MI Himmatul Muta’allimin Dukuhseti Pati?
Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas IV MI Himmatul Muta’allimin Dukuhseti
Pati tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 7 peserta didik.Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas.Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua)
siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sedangkan teknik pengambilan data ada 4 metode yaitu
(1) Dokumentasi, (2) Wawancara, (3) Tes, dan (4) Observasi.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Card Sort, Akidah
Akhlak
Pendahuluan
Model pembejalaran dalam pendidikan harus terus
dikembangkan. Hal itu agar pembelajaran menjadi aktif, jika pembelajaran aktif,
maka hasil belajar siswa akan meningkat. Jika meningkat, maka bisa menjadi
faktor meningkatnya kualitas pendidikan di negeri ini.
Proses belajar yang terjadi pada seorang atas
diri anak untuk mencerna berbagai bentuk
pengetahuan sangat rumit. Proses ini tidak terjadi sekaligus, melainkan
secara bertahap dan berkembang terus-menerus selangkah demi selangkah.
Waktu, kematangan, kesiapan mental peserta didik, lingkungan belajar, dan
tingat kesulitan materi sangat berpengaruh pada proses belajar dan
penguasaanya. Yang tidak kalah berpengaruhnya adalah metode atau cara
melakukanya.[1]
Kegiatan mengajar merupakan suatu keterampilan yang dengan
sendirinya dapat dipelajari, sebagai suatu ilmu juga suatu seni. Kita
perhatikan seorang guru harus bersifat sebagai artis. Sebagai seorang artis,
guru harus dapat berperan di muka kelas, sebagaimana seorang artis berperan di
atas panggung. Hanya bedanya guru harus menumpahkan seluruh kebiasaanya sebagai
guru, yang harus ditiru tidak memiliki cela di masyarakat.[2]
Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak,
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Pada setiap
kegiatan pendidikan formal, pelajaran Akidah Akhlak selalu diajarkan, hal ini
menunjukkan bahwa Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang sangat penting. Karena memiliki fungsi dan tujuan yang sangat bermanfaat
bagi peserta didik, sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan
pembelajaran, sejalan dengan kurang
maksimalnya guru mengelola kelas. Indikator dari
kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar
atau batas ukuran yang telah ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan
kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka
keberhasilan proses belajar dan mengajar.
Pendidikan Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana
dalam meyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku. Akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk
dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan akidah di
satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut
agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
Akidah Akhlak merupakan salah satu pelajaran yang menekankan
pada perubahan sikap atau afektif. Karena di dalam materi Akidah Akhak
diajarkan bagaimana cara menjadi manusia yang mampu memposisikan sebagai
manusia. Dengan arti lain adalah “memanusiakan manusia”. Hal ini pararel dan
seirama dengan harapan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu penanaman
pendidikan karater pada anak usia dini atau di bangku sekolah dasar.
Madrasah Ibtidaiyah Himmatul Muta’allimin Dukuhseti Pati
merupakan lembaga pendidikan di kabupaten Pati yang belum menerapkan model
pembelajaran Card Sort. Dengan tujuan agar mata pelajaran Akidah
Akhlak sebenarnya sudah cukup efektif. Tapi bila seorang guru harus ceramah
terus maka siswa cenderung pasif apalagi jika dalam satu kelas terdiri lebih
dari dua puluh empat siswa maka metode ceramah dirasa menjadi kurang efektif.
Belum lagi jika seorang guru mempunyai suara yang kurang keras maka bagi siswa
yang duduk di belakang mungkin tidak mendengar apa yang telah dijelaskan oleh
guru.
Selain itu dalam hal pengelolaan kelas
akan mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut seorang guru dapat
menggunakan metode potongan-potongan kertas Card Sort yang berisi materi
kemudian siswa disuruh mengurutkan sehingga menjadi sebuah konsep yang tepat.
Sehingga guru lebih mudah untuk mengelola kelas. Selain itu juga metode ini
dapat dikatakan menjadi efisien karena materi pelajaran akan menjadi lebih
cepat untuk dapat diselesaikan. Apalagi materi Akidah Akhlak tentang materi
pokok iman kepada rasul-rasul Allah yang sering dihafalkan siswa-siswa
setiap hari.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau
pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.[3] Metode
mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta
didik.
Oleh karenanya, guru sebagai pendidik berperan penting dalam
proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berdampak
positif pada hasil belajar peserta didik. Karena sukses atau tidaknya
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh peran guru. Guru diibaratkan “dhalang”
dalam sebuah miniatur pembelajaran. Jadi, baik
buruknya siswa, sukses dan tidaknya adalah dipengaruhi besar oleh peran
guru dalam pembelajaran. Model pembelajaran merupakan pedoman berupa program
atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.Dari uraian di atas, timbul ketertarikan
peneliti untuk melakukan penelitian tentang: “UPAYA PENINGKATAN KEAKTIDAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN CARD SORT PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MATERI POKOK
IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH DI KELAS IV SEMESTER 2 MI HIMMATUL
MUTA’ALLIMIN DUKUHSETI PATI TAHUN PELAJARAN 2011-2012.
Metode
Teknik pengambilan data ada 4 metode yaitu (1) Dokumentasi,
(2) Wawancara, (3) Tes, dan (4) Observasi.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas ini menerapkan model pembelajaran Card sort pada pelajaran
Akidah Akhlak pada materi pokok iman kepada rapsul-rasul Allah yang
dilaksanakan dalam 3 tahap siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
Pembelajaran ceramah dirasakan kurang efektif, terbukti
ketika peneliti melakukan observasi di kelas IV MI Himmatul Muta’allimin
Dukuhseti suasana pembelajaran masih bersifat satu arah, guru menerangkan dan peserta
didik hanya menjadi pendengar sehingga peserta didik mudah bosan. Menurut
analisa peneliti pembelajaran konvensional cenderung membatasi kebebasan dan
kreatifitas peserta didik untuk tumbuh kembang sesuai dengan tingkat daya pikir
yang mereka miliki, selain itu pola pembelajaran konvensional tidak melibatkan
peserta didik secara utuh untuk melakukan pembelajaran, sehingga berdampak pada
perolehan hasil belajar peserta didik, ketika guru mengadakan tes formatif
terdapat beberapa murid yang belum memenuhi KKM.[4] Maka
dari itu guru dan peneliti sepakat untuk mengadakan pengkajian ulang berkaitan
dengan metode pembelajaran yang perlu diperbaiki yaitu dengan mengganti metode
agar peserta didik tidak mudah bosan. Untuk itu peneliti menawarkan model
pembelajaran card sort.
Di samping itu, peneliti memilih model pembelajaran card sort karena metode ini mempunyai
banyak kelebihan diantaranya adalah: Pertama,
peserta didik lebih semangat untuk belajar dengan menggunakan metode
pembelajaran yang baru. Kedua,
siswa mempunyai kebebasan untuk belajar dan mengungkapakan idenya dengan
menggunakan media kartu. Ketiga,
dapat membantu siswa untuk tanggap pada orang lain dan menyadari keterbatasannya
serta menerima segala perbedaan. Keempat,
dapat mengembangkan kemampuan siswa dan meningkatakan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosialnya.
Ketika peneliti masuk IV MI Himmatul Muta’allimin Dukuhseti
untuk melaksanakan siklus I menggunakan model pembelajaran card sort,
terlihat beberapa peserta didik belum begitu aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung pada
siklus I. Secara keseluruhan aktivitas peserta didik dalam
menerapkan pembelajaran card sort belum berlangsung optimal dan
diketahui bahwa proses-proses belajar belum terlaksana dengan baik. Aktivitas
yang diamati belum sesuai, seperti yang diharapkan masih ada kategori nilai
cukup untuk beberapa aktivitas yakni keaktifan peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok (75%),
keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan metode card sort (67,86%), keaktifan peserta
didik dalam menjawab pertanyaan dari guru (42,86%).
No
|
Aktivitas yang diamati
|
Prosentase
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Keaktifan peserta didik dalam memperhatikan penjelasan guru
|
75%
|
85.71%
|
2
|
Keaktifan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran dengan metode card sort
|
67,86%
|
89,28%
|
3
|
Keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan dari
guru
|
42,86%
|
78,57%
|
|
Rata-rata Prosentase
|
61,91%
|
84,52%
|
Hal Ini menunjukkan
bahwa keaktifan peserta didik dalam belajar masih rendah. salah satu penyebabnya adalah bahwa guru belum maksimal dalam
menjelaskan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model card
sort dan mendampingi dalam pembelajaran
terlihat pada observasi peneliti terhadap guru saat proses pembelajaran berlangsung, keaktifan
yang didapatkan guru dalam siklus I adalah 66,67%, sedangkan untuk hasil
belajar yang diperoleh peserta didik pada siklus I sudah mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus yaitu dari rata-rata
kelas 48,14 meningkat menjadi 69,57, ketuntasan klasikal dari 14,28% meningkat
menjadi 42,86%.[5] Pada siklus I diperoleh 4 peserta didik yang belum memenuhi KKM jadi perlu perbaikan dan dilanjutkan pada siklus II agar seluruh peserta didik
dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan yakni 75.
Pelaksanaan siklus II mengacu refleksi
siklus I sehingga pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat berjalan dengan
baik, disamping itu peserta didik juga sudah mengetahui tentang proses,
tatacara dan tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran dan peserta
didik pada pembelajaran siklus II ini sudah
tidak ada perasaan canggung dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Keberhasilan pada siklus II juga tidak
luput dari peran guru yang dapat mengkondisikan kelas, mengelola waktu,
melakukan pendampingan saat pembelajaran dan memberikan stimulus untuk
melakukan evaluasi bersama sehingga peserta didik bisa lebih jelas dalam
memahami materi. Optimalnya peran guru ditunjukkan pada meningkatnya
kualitas melakukan pembelajaran yang mencapai 85,42% dibandingkan pada siklus I
yaitu 66,67%. Data keaktifan peserta
didik siklus II mengalami peningkatan dari siklus I terlihat pada hasil
observasi keaktifan peserta didik yang mencapai 84,52%.
Peningkatan keaktifan peserta didik sangat berpengaruh pada
peningkatan hasil belajar terbukti setelah diadakan tes evaluasi siklus II
nilai rata-rata peserta didik mencapai 83,57 dan ketuntasan klasikal mencapai
100 %, dari siklus I terdapat 4 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II
semua siswa mengalami ketuntas.
No
|
Variabel yang diamati
|
Jumlah/Persentase
|
||
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Nilai rata-rata peserta didik
|
48,14
|
69,57
|
83,57
|
2
|
Jumlah peserta didik yang berhasil
|
1
|
3
|
7
|
3
|
Jumlah peserta didik yang belum berhasil
|
6
|
4
|
0
|
4
|
Persentase peserta didik yang berhasil
|
14,28%
|
42,86%
|
100%
|
5
|
Persentase peserta didik yang belum berhasil
|
85,71%
|
57,14%
|
0%
|
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran card
sort pada materi iman kepada rasul-rasul Allah menunjukkan bahwa
pengelolaan pembelajaran Akidah dilaksanakan sudah baik dan termasuk kategori
berhasil karena setiap diadakan evaluasi akhir pertemuan hasil belajar yang
dibarengi dengan aktivitas selalu menunjukkan kenaikan nilai. Berikut dapat
dilihat keberhasilan pembelajaran tiap siklusnya yang ditandai dengan
meningkatnya ketuntasan belajar.[6]
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dan siklus II,
maka dapat diketahui bahwa keaktifan peserta didik pada pembelajaran mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Hasil Observasi Keaktifan Peserta didik Siklus
I dan Siklus II
Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II, maka dapat
diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Kesimpulan dan Saran
Dari deskripsi dan analisis penelitian tindakan kelas yang
telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Card Sort yang diterapkan pada mata pelajaran
Akidah Akhlak materi pokok Iman kepada Rasul-rasul Allah di kelas IV MI
Himmatul Muta’allimin Dukuhseti dilaksanakan selama 2 siklus. Pada siklus I proses pembelajaran menggunakan
model card sort dengan membagikan
kertas yang berisi materi, masing-masing
siswa diberi satu kertas dan mengurutkan sesuai dengan materinya. Namun,
pada pelaksanaan siklus I ini belum maksimal karena peserta didik belum
terbiasa dengan model tersebut.
Pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan aktivitas
pembelajaran, peserta didik sudah bisa menyesuaikan pembelajaran dengan
menggunakan model tersebut, dan lebih semangat dalam pembelajaran. Peserta
didik yang biasanya menerima materi pelajaran dengan metode ceramah, sekarang
sudah bisa menggunakan model pembelajaran yang baru yaitu Card Sort yang
lebih sesuai untuk pembelajaran, di mana peserta didik dapat menemukan inti
dari pembelajaran itu sendiri berdasarkan hasil dari temuannya secara kelompok.
Jadi dengan model pembelajaran ini peserta didik akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran sehingga keaktifan dan hasil belajar peserta didik dapat
meningkat.
Model pembelajaran kooperatif tipe Card Sort dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok iman
kepada Rasul-rasul Allah kelas IV MI Himmatul Muta’allimin Dukuhsati Pati tahun
pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar
dari pra siklus yaitu dengan nilai rata-rata 48,14 dan ketuntasan belajar
klasikal 14,28% meningkat pada siklus I menjadi 69,57 dengan ketuntasan belajar
klasikal 42,86% dan pada siklus II rata-rata kelas V meningkat menjadi 83,57
dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%.
Rata-rata hasil belajar pra siklus dan siklus I meningkat
sebesar 21,43 poin dan dari siklus I dan siklus II meningkat menjadi 14 poin
sedangkan ketuntasan klasikal dari pra siklus dan siklus I meningkat sebesar
28,58% dan dari siklus I dan siklus II meningkat sebesar 57,14%. Begitu juga
dengan keaktifan peserta didik mengalami peningkatan dengan prosentase
keaktifan sebesar 61,91% pada
siklus I, meningkat menjadi 84,52% pada
siklus II.
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian
tindakan kelas maka peneliti mengajukan saran-saran. Pertama, penerapan model
pembelajaran card sort sebaiknya dikembangkan pada
pokok bahasan yang lain untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran Akidah Akhlak. Dalam hal ini, sekolah dan guru harus terus mengembangkan
kualitas pembelajaran dengan cara menggali lebih dalam lagi tentang
metode-metode dalam pembelajaran. Tanpa hal itu, pembelajaran pasti hanya
monoton dan tidak bisa membuat siswa menjadi aktif dan tertarik.
Kedua, penerapan model pembelajaran card sort dapat
diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak. Dan sebenarnya masih banyak lagi model pembelajaran lain yang
bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal itu, guru
harus lebih kreatif dalam menyampaikan materi dan membawakan metode
pembelajaran.
Ketiga, dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak, sebaiknya
guru mengajar dengan pembelajaran kooperatif, yang dapat menumbuhkan hasil
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan hasil
belajar Akidah Akhlak peserta didik dapat meningkat. Pada penelitian ini, yang
perlu dikembangkan adalah cara menyampaikan materi dengan model pembelajaran card
sort. Maka dari itu guru harus lebih tajam lagi dalam menyampakan materinya.
Keempat, guru hendaknya senantiasa untuk menciptakan atau
membuat model pembelajaran yang inovatif dan mengimplementasikannya dalam
kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Jangan
sampai guru hanya menerapkan model pembelajaran yang sudah ada.
Kelima, sebaiknya kampus, sekolah, harus bersinergi untuk
mengembangkan dan perlu bekerja sama dalam rangka meningkat kualitas
pendidikan. Karena biasanya kegiatan penelitian, skripsi, hanya menjadi ritual
tahunan belaka. Maka dari itu, ke depan IAIN Walisongo harus semakin dekat
dengan sekolahan agar ada follow up yang jelas dalam pembenahan model pembejaran
di sekolah terutama yang terpencil.
Ucapan Terima Kasih
Karya ilmiah ini merupakan kulminasi-formal akademik, selain
untuk memenuhi kewajiban akademik juga sebagai wahana pengembangan ilmu
pengetahuan, dan solusi dunia kependidikan.
Penulis mencurahkan segala kemampuan menyelesaikan karya
tulis ini, penulis juga memiliki rasa keingintahuan yang besar karena
dianugerahi akal oleh sang Maha Pencipta. Penulis sadar sebagai Insan biasa
tentu memiliki banyak kekurangan dan kelemahan dan jauh dari kesempurnaan
keterbatasan kemampuan dalam diri penulis.
|
Pada akhirnya
penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
itu saran dan pendapat yang konstruktif demi perbaikan dan penyempurnaan
skripsi ini, hanya kepada Allah penulis berdoa, bermanfaat adanya dan
mendapatkan ridho dari Nya, amin yarobbal alamin.
Sumber Rujukan
Alma Bukhori,
M.Pd, dkk, Guru Profesional, Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2009
Aliyah Mualifatul, Upaya
Meningkatkan Penguasaan Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Zakat Melalui
Metode Card Sort (Penelitian Tindakan Kelas XA MA Tajul Ulum Brabo Tanggungharjo Grobogan. Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010
Arikunto,
Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1989
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1989
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Baharudin, dkk, Teori
Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010
Hanafi, M, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI), Pembelajara Seah Kebudayaan
Islam, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009
Kunandar, Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2010
Mutadi, Pendekatan Efektif
dalam Pembelajaran Matematika, Semarang: Balai Diklat Keagamaan, 2007
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976
Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta, 2009
Safaatun, Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Index
Card Match pada Mata Pelajaran PAI Standar Kompetensi Mengenal
Rasul-Rasul Allah SWT dan Menceritakan Kisah Sahabat Nabi (Studi Tindakan pada
Siswa Kelas V, SD Tambakaji 04 Ngaliyan Semarang, Semester Genap Tahun Ajaran
2009-2010). Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2010
Simanjuhtak, Lisnawati, Metode
Mengajar Matematika I, Jakarta : Rineka Cipta, 2001
Slameto, Belajar dan Factor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1987
Soejadi, R, Kiat-kiat Pendidikan
Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1990
SM Ismail, Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan),
(Semarang: RaSAIL Media Group, 2008
Sudjana, Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito, 2002
Sugiyono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: ALFABETA, 2005
Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cet. 6, 2008
Sujatmiko, Ponco, Matematika Kreatif Konsep dan Terapannya, Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2005
Soenerjo, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta:
Departemen Agama, 1971
Suranto, Metodologi Penelitian dalam Pendidikan
dengan Program SPSS, Semarang: Ghyyas Putra, 2009
Taufikurokhman dan Edy Siswanto, Moch, Aqidah Akhlaq Madrasah Aliyah, Kanwil
Departemen Agama Propinsi Jawa Timur, 2005
Trianto, Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007
Utomo, Tjipto dan Kees Ruijhter, Peningkatan dan
Pengembangan Pendidikan . Jakarta: Gramedia, 1985
Widodo. Amd. Dkk. Kamus
Ilmiah Populer. Jogjakarta: Absolut
[1] M. Hanafi, Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:Departemen Agama
RI,
2009). Hlm. 195
[2] Bukhori Alma, dkk, Guru Profesional, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2009). Hlm. 3
[3] Bukhori Alma, dkk, Guru Profesional. Hlm. 83
[4]Keterangan hasil tes pra siklus
[5]Diperoleh berdasarkan data hasil belajar pada siklus
I
[6]Hasil observasi dan hasil tes hasil belajar
pada tiap siklus
0 komentar:
Post a Comment