PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup
manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan problem regenerasi
bagi keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
Pemahaman terhadap berbagai aliran pendidikan memiliki
arti yang sangat penting ketika seorang pendidik hendak menangkap hakikat dari
setiap dinamika perkembangan pemikiran tentang pendidikan yang tengah terjadi.
Bagaimanapun juga aliran-aliran pendidikan pada dasarnya merupakan gagasan dari
para pemikir yang cukup berpengaruh secara luas pada zamannya, sehingga tidak
dapat diabaikan.
Disadari bahwa keterlambatan dalam menangani kekeliruan
sekecil apapun didalam praktek pendidikan akan berdampak sangat luas dan dalam
tempo yang relatif panjang bagi perkembangan peradaban generasi manusia
selanjutnya.
Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang
berbeda dalam memandang perkembangan manusia. Untuk memberikan gambaran yang
lebih utuh mengenai hal itu, maka berikut ini hendak disajikan berbagai aliran
klasik dan gerakan-gerakan baru dalam pendidikan.
PEMBAHASAN
Aliran Klasik
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran empirisme,
nativisme, naturalism, dan konvergensi merupakan benang merah yang
menghubungkan pemikiran pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang
akan dating. Aliran itu mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan,
mulai dari yang paling pesimis sampai dengan yang paling optimis. Aliran yang
paling pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan mungkin
merusak bakat yang telah dimiliki anak. Sedangkan sebaliknya, aliran optimis memandang
anak seakan-akan tanah liat yang dapat di bentuk sesuka hati. Banyak pemikiran
yang berada diantara kedua kutubtersebut, yang dapat di pandang sebagai variasi
gagasan dan pemikiran dalam pendidikan.
Aliran Empiris
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan
bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan “tabula
rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak terdapat tulisan apapun
didalamnya. Sehubungan dengan hal itu bahwa pendidikan adalah “maha kuasa”
artinya seolah-olah pendidikan memiliki kekuasaan dalam menentukan nasib anak.
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Pengalaman adalah
sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong (a blank sheet of paper), sehingga
pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran
ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang
diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.
Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk
faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan
tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran
nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari
pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan
menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme.
Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu
dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan
tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak
baik.
Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran
naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam
keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia
(masyarakat). Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan
kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan
kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam
agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.
Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan
mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi
lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.
Aliran
Konvergensi
Aliran
Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk
perkembangan anak itu. Dalam proses perkembangan anak, baik factor pembawaan
maupun factor lingkungan sama-sama mempunyai factor yang sangat penting
Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan
potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawan dan
lingkungannya. Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar
pendidikan.
Gerakan-gerakan Baru dalam Pendidikan
Pembelajaran alam sekitar
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman,
apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar
sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta
didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia
nyata. Menjadi penjelajahan alam, maka peserta didik akan menghayati secara
langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu
dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.
Pengajaran pusat perhatian (Centres D’interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut
pusat perhatian anak. Pengajaran ini merupakan gerakan yang telah mendorong
berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi
sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran Dalam pengajaran ini
anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
Sekolah kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia,
bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar
pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena
itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan
tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat
tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan. Gerakan ini juga
meluas sampai ke Indonesia, yang dikenal dengan istilah sekolah kejuruan.
Pengajaran proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan
pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut
Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak
para peserta didik tidak dapat terlaksana. Pengajaran proyek biasa pula
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan
nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara komprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut
makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia
itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan
INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran
tentang pendidikan di Indonesia.
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan
Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di
Yogyakarta.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
Taman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal
dengan “Asas 1922”, yakni:
Setia orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum.
Pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah yang
dalam arti lahri dan batin dapat memerdekakan diri.
Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
Pengajaran harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh
masyarakat.
Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan
kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat.
Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan
batin dengan mengorbankan segala kepentingan pribadi demi kebahagiaan
anak-anak.
Dalam perkembangannya, Taman Siswa melengkapi “Asas 1922”
dengan “Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. Asas-asas tersebut
antara lain : asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas
kebangsaan, dan asas kemanusiaan. Dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca
Dharma, yaitu:
Kemanusiaan : Cinta
kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
Kodrat hidup : Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup
sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
Kebangsaan : Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri,
tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
Kebudayaan :
Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
Kemerdekaan/kebebasan : Apabila anak tidak diberikan
kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada
pendidik yaitu:
* Ing ngarsa sung tuladha : Memberikan teladan kepada
peserta didik ketika berada di depan.
*Ing madya mangun karsa : Membangun semangat kepada
peserta didik ketika berada di tengah.
* Tut wuri handayani : Mengarahkan peserta didik agar
tidak salah bertindak ketika berada di belakang.
Adapun tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara
lain:
1.Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai.
2.Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah
air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
1. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam
bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
2.Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar
Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang kegiatan Taman Siswa.
3. Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman
Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang
dicita-citakan.
c. Hasil-Hasil yang Dicapai
Taman Siswa telah mencapai berbagai hal seperti :
gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari
Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan
banyak yang menjadi tokoh nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, Ki
Mangunsarkoro, dan Ki Suratman.
B. Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School)
didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam
(padang panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode
sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei
berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan
di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya
dengan jalan menghafal saja di sekolah.
Asas Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS
mempunyai asas-asas sebagai berikut
a. Berpikir logis dan rasional
b. Keaktifan atau kegiatan
c. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup
berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin
dicapai, dan sebagainya.
Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam
adalah:
Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab.
Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
Upaya-upaya
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS
Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan
tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta
mencetak buku-buku pelajaran.
Hasil-hasil
yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan
gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan
keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan
sejumlah alumni.
0 komentar:
Post a Comment