Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 23 May 2014

DAMPAK GLOBALISASI DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrohmaanirrohiim, puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami selaku penyusun diberi kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini, kami susun dengan judul “Dampak Globalisasi dalam Pendidikan di Indonesia


Atas berkat rahmat Allah Swt dan bantuan dari berbagai pihak, kami secara bertahap dan berangsur-angsur dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada :
Prof. Joko Sutarto dan Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd., selaku Dosen pengampu mata kuliah Landasan Kependidikan yang telah membimbing dan mengarahkan
Orang tua,yang selalu memberikan motivasi dan doa
Teman-teman, yang telah memberikan banyak motivasi

Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan imbalan pahala dari Allah Swt. Amin.

Walaupun demikian, kami mengakui “tidak ada gading yang tak retak” sehingga kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian.

Semarang, 5 Nopember 2013
Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi yang terjadi di berbagai negara telah merubah berbagai aspek kehidupan manusia dalam segala bidang, misalnya dalam hal komunikasi, perdagangan, sosial budaya, transportasi, dan lain-lain. Kemajuan globalisasi ini terutama dipicu salah satunya oleh teknologi informasi yang berkembang dengan sangat pesat yang memungkinkan akses informasi tanpa batas ruang dan waktu. 

Kemajuan teknologi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi ternyata juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan Indonesia. Home schooling, virtual learning (pendidikan maya) dan program-program pendidikan import lainnya yang mulai diterapkan di Indonesia sebagai akibat dari cepatnya akses internet.

Globalisasilah yang telah memberikan insipirasi-inspirasi baru tersebut untuk mengadopsi program-program pendidikan dari luar Indonesia. Belum lagi musim internasional yang kemarin melanda Indonesia, yaitu pengadaan sekolah-sekolah bertaraf internasional yang sempat membuat heboh masyarakat kita. Les bahasa Inggris, Mandarin, komputer semua tersedia di sekolah. Fenomena tersebut tak lain adalah akibat dari globalisasi. 

Globalisasi memunculkan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dipecahkan. Bangsa Indonesia harus bisa menghadapi tantangan tersebut untuk mempertahankan jati diri, tradisi kearifan lokal dan kemajuan bangsa demi mewujudkan cita-cita luhur bangsa ini. Tentu untuk menghadapi tantangan tersebut harus memiliki persenjataan yang kuat. Kunci persenjataan yang dimaksudkan disini adalah “pendidikan”. Karena dengan pendidikan bangsa ini akan memiliki karakter/budi pekerti yang kuat dan unggul sehingga menjadi bangsa yang maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain disaat kuatnya arus globalisasi menyirami bangsa ini. 

Perubahan kurikulum pendidikan yang berkali-kali juga merupakan dampak dari pesatnya arus globalisasi. Pesatnya arus globalisasi menyebabkan pemerintah harus bergerak cepat mengubah kurikulum pendidikan yang lama yang dianggap ketinggalan jaman dengan kurikulum yang baru yang dianggap sesuai dan mampu menjawab tantangan global. Hal ini, dikarenakan dunia pendidikan adalah salah satu sektor penting dalam suatu negara, yang menopang berdirinya suatu negara. Kehancuran dunia pendidikan merupakan langkah awal kehancuran suatu negara. Kegagalan bangsa Indonesia di masa lampau mempertahankan kedaulatan negaranya, dikarenakan pendidikan rakyatnya yang lemah. 
           
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan globalisasi?
Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat ini?
Apa saja dampak globalisasi dalam pendidikan di Indonesia?
Apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi tantangan globalisasi di bidang pendidikan?
Bagaimana keterkaitan antara globalisasi dengan pendidikan karakter di Indonesia?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Globalisasi
Globalisasi telah menjadi sebuah kata yang memiliki makna tersendiri yang seringkali dibaca dan didengar. Banyak pengguna istilah globalisasi memahaminya berbeda dari makna yang sesungguhnya. Realitas semacam ini bisa diterima mengingat tidak ada definisi yang tunggal terhadap globalisasi. R. Robertson (1992:8) misalnya, merumuskan globalisasi sebagai:"... the compression of the world and the intensification of consciousness of the world as a whole." P. Kotter (1995:42) mendeskripsikan globalisasi sebagai, "...the product of many forces, some of which are political (no major was since 1945), some of which are technological (faster and cheaper transportation and communication), and some of which are economic (mature firms seeking growth outside their national boundaries)."

Tetapi, dalam tulisan ini kita cenderung mengutip pendapat J.A. Scholte (2002:15-17) yang menyimpulkan bahwa setidaknya ada lima kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur. Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas.

Globalisasi sebagai internasionalisasi
Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar `sebuah kata sifat (adjective) untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara'. Dengan kata lain, semakin besar volume perdagangan dan investasi modal, maka ekonomi antar-negara semakin terintegrasi menuju ekonomi global di mana `ekonomi nasional yang distingtif dilesap dan diartikulasikan kembali ke dalam suatu sistem melalui proses dan kesepakatan internasional'.

Globalisasi sebagai liberalisasi
Dalam pengertian ini, “globalisasi” merujuk pada sebuah proses penghapusan hambatan-­hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang terbuka dan tanpa-batas. Mereka yang berpendapat pentingnya menghapus hambatan-hambatan perdagangan dan kontrol modal biasanya berlindung di balik mantel globalisasi.
Globalisasi sebagai universalisasi

Dalam konsep ini, kata global digunakan dengan pemahaman bahwa proses mendunia dan globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai objek dan pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll.

Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi
Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self-determination rakyat setempat.

Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial (atau sebagai persebaran supra-teritorialitas)
Globalisasi mendorong rekonfigurasi geografis, sehingga ruang sosial tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-batas teritorial. Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami sebagai sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi dalam spatial organisation dari hubungan sosial dan transaksi-ditinjau dari segi ekstensitas, intensitas, kecepatan dan dampaknya yang memutar mobilitas antar-benua atau antar-regional serta jaringan aktivitas.

Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampir melingkupi semua hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dll.

Kondisi Pendidikan di Indonesia
Seperti dilansir oleh Kompas.com tanggal 28 Oktober 2009 menyebutkan bahwa tiga hasil studi internasional menyatakan, kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang yang diukur secara signifikan, Indonesia berada dibawah rata-rata skor internasional yang sebesar 500. Jika dibandingkan dengan siswa internasional, Indonesia hanya mampu menjawab soal dengan kategori rendah dan sangat sedikit, atau bahkan tidak ada yang mampu menjawab soal dengan kategori pemikiran tingkat tinggi.

Untuk Indonesia, pendidikan tak terjangkau oleh rakyat kecil, karena mahalnya biaya pendidikan itu sendiri. Lembaga pendidikan di Indonesia seolah telah dijadikan ladang bisnis dan dikomersialkan. Kebijakan ini memang sangat disayangkan, karena dapat mengubur impian masyarakat kelas sosial kebawah untuk menikmati pendidikan setinggi-tingginya. Salah satu implikasinya adalah,  kualitas mahasiswa pun jadi dipertanyakan. Bukan tidak mungkin uang yang berbicara, siapa yang lebih banyak ia yang akan menang. Bisa jadi mereka memiliki kemampuan intelektual yang pas-pasan. Sementara mereka yang memiliki kemampuan lebih tidak bisa mengenyam perguruan tinggi karena terkendala oleh faktor finansial yang tidak mencukupi.

Meskipun saat ini banyak bantuan-bantuan dari pemerintah dalam hal pendidikan seperti BOS, dan lainnya, namun banyak penyelewengan-penyelewengan anggaran pendidikan yang dilakukan oleh aparat dinas pendidikan baik di daerah maupun sekolah. Penyelewengan dana pendidikan itu terutama dalam alokasi untuk rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Akibatnya adalah dana BOS yang dapat dinikmati oleh siswa jumlahnya berkurang atau bahkan tidak sampai ke tangan mereka.  Seperti yang telah dipaparkan oleh Febri Hendri, Peneliti Senior Indonesia Corruption Watch (ICW) saat menyoal Evaluasi Kinerja Departemen Pendidikan Nasional Periode 2004 – 2009 di Jakarta, Rabu (9/9). Menurut Febri, selama kurun waktu 2004-2009, sedikitnya terungkap 142 kasus korupsi di sektor pendidikan. Kerugian negara mencapai Rp 243,3 miliar. (Kompas.com tanggal 9 September 2009).

Akibat dari mahalnya pendidikan yang hanya bisa dinikmati oleh kelas sosial atas adalah ketidak merataan pendidikan di Indonesia, dimana mereka yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi dan seharusnya dibina di sekolah, justru tidak dapat bersekolah dikarenakan mahalnya biaya pendidikan. Bagi Indonesia sendiri adalah menurunnya kualitas SDM dan pendidikan bangsa, sehingga bangsa Indonesia akan mengalami kemunduran. Diketahui bahwa pendidikan adalah pilar utama terselenggaranya negara yang maju dan berkualitas. Jika dalam dunia pendidikan saja banyak masalah-masalah seperti sulitnya mendapatkan pendidikan yang layak karena faktor lemahnya finansial, maka akas sulit  bagi Indonesia untuk dapat bersanding dengan negara-negara lain.

Dampak Globalisasi dalam Pendidikan di Indonesia
Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya sangat berdampak bagi keberadaan aspek kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, baik itu berupa dampak positif atau negatif. Hal ini terlihat dengan adanya sekolah-sekolah yang membuka kelas bilingual, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran wajib. Selain itu sekolah-sekolah menengah hingga perguruan tinggi sudah banyak yang membuka kelas Internasional. Untuk Indonesia hal ini tidak lain dimaksudkan agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di dunia internasional dan menjawab berbagai tantangan globalisasi.

Dengan dimilikinya tenaga-tenaga kerja yang berkualitas, tentunya akan membawa dampak positif tersendiri bagi Indonesia. Indonesia mampu memperbaiki kualitas ekonomi, sehingga mampu masuk jajaran raksasa ekonomi dunia. Namun hal ini tentu sangat membutuhkan perpaduan antara kemampuan otak yang mumpuni dan keterampilan dasar yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah dengan globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia khususnya dengan sumber daya manusianya.

Beberapa dampak positif globalisasi:
Semakin mudahnya akses informasi.
Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi telah mempermudah pekerjaan manusia, khususnya dalam hal akses informasi. Internet kini sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Dengan internet, masyarakat dapat mengakses informasi  dalam waktu yang sangat singkat. Informasi yang diakses tidak terbatas dalam negeri, melainkan dari seluruh dunia dapat diperoleh melalu internet. Bagi siswa tentu ini sangat memudahkan bagi mereka untuk memperoleh sumber belajar lain, disamping dari buku dan penjelasan guru.

Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang profesional dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah pendidik. Apabila pendidikan dilakukan dilaksanakan secara berkualitas dan mengikuti perkembangan arus globalisasi maka akan menghasilkan lulusan yang siap kerja seuai dengan keahliannya, termasuk dihasilkannya tenaga pendidik yang pofesional dan berstandar internasional. Hal ini tentunya akan membawa perkembangan positif bagi peserta didik yang diajarnya kelak, yaitu dihasilkannya lulusan yang berkualitas.
Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.

Globalisasi  pendidikan terjadi secara mengglobal atau mendunia, segala perubahan-perubahan aspek pendidikan terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Apabila perkembangan globalisasi dapat diikuti dan disesuaikan dengan tepat, maka akan membuat kualitas pendidikan Indonesia memiliki standar yang sama atau lebih bagus dari negara-negara lain. Sehingga pendidikan di Indonesia dapat disejajarkan atau mampu bersaing dengan negara-negara lain.

Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, apabila pendidikan dilaksanakan secara berkualitas dan mengikuti kebutuhan dan perkembangan globalisasi, maka akan menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap bersaing di dunia Internasional.
Adanya perubahan struktur dan sistem pendidikan yang meningkatkan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Demi terselenggarakannya pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas, tidak mungkin mempertahankan struktur dan metode pendidikan yang sudah ada. Semua harus menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan saat ini. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi berupa media pembelajaran berbasis komputer, internet atau sejenisnya. Selain itu diperlukan juga evaluasi terhadap kurikulum yang sudah ada sehingga dapat dilakukan pembenahan pada rancangan kurikulum selanjutnya.  Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer dan internet, telah membawa perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan dan sudah menjadi pemandangan biasa dalam praktik pembelajaran di sekolah di Indonesia. Selain itu akibat kemajuan teknologi, pola pengajaran pada dunia pendidikan pun juga turut berubah. Apabila dulu, guru hanya menulis dengan sebatang kapur untuk menulis, menggambar sederhana serta menggunakan media-media elajar sederhana, kini dengan komputer, tulisan, gambar, suara, film dan lain-lain dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi materi belajar.

Selain dampak negatif, globalisasi juga memiliki dampak negatif tehadap pendidikan di Indonsia, berikut diantaranya :
Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh pemilik modal.
Artinya, sekolah-sekolah dapat dijadikan objek komersil seiring dengan berkembangan neoliberalisme yang melanda dunia. Globalisasi bisa memaksa lliberalisasi menjadi sektor yang dulunya non-komersil menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya sekolah-sekolah yang masih memungut anggaran dari orang tua murid dengan label uang komite atau uang sumbangan pembangunan. Maka rakyat dari kelas-kelas menengah keatas dan mampu membayar lah yang dapat menikmati bangku pendidikan, meskipun pemerintah sudah menyediakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) namun persebarannya belum merata. Belum lagi BOS yang tidak sampai ke tempat karena dikorupsi. Selain itu tak sedikit kampus-kampus yang menawarkan pembelian Gelar dengan murah tanpa harus kuliah.

Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang berdampak munculnya “tardisi serba instan”.
Dengan memanfaatkan internet sebagai media pencari informasi, bisa didapat banyak keuntungan diantaranya adalah mendapatkan informasi yang lengkap dan dalam waktu singkat. Namun hal ini justru memicu dampak negatif tersendiri bagi penggunanya terutama bagi pelajar. Terlalu bergantung pada internet cenderung membuat mereka menjadi semakin malas karena tinggal akses internet mereka mendapat informasi yang mereka mau, tanpa perlu bersusah payah observasi secara langsung.

Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan seharusnya harus dilaksanakan selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Masih banyak dijumpai masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Sehingga untuk menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik memerlukan dana yan cukup besar. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas internasional di perguruan terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta, jauh lebih mahal jika dibandingkan denngan kelas biasa atau reguler. Dengan demikian hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang dan dapat menyeret mereka ke dalam kemiskinan.

Masyarakat kelas atas menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah mewah sementara saat masyarakat dari golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang dapat mengakibatkan konflok sosial.
Akan semakin terkikisnya kebudayaan bangsa akibat masuknya budaya dari luar.

Globalisasi dapat menyebabkan masuknya budaya atau percampuran budaya asing (akulturasi kebudayaan) dengan budaya asli Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak siap menerima perubahan globalisasi, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan cenderung mengarah ke memudarnya nilai-nilai kelestarian budaya. Salah satunya pemanfaatan dari internet yang membawa dampak negatif, salah satunya adalah situs pornografi yang dapat diakses oleh semua orang termasuk para siswa. Hal itulah merupakan awal dari pergeseran budaya yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang condong ke adat ke-timuran yang menjunjung nilai-nilai moral dan kesopanan.

Upaya-upaya Menghadapi Tantangan Globalisasi di Bidang Pendidikan
Dalam kompetisi menghadapi era globalisasi, sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Jika mereka tidak siap, maka akan tergilas oleh arus globalisasi, sebaliknya jika mereka siap maka akan menjadi pemenang. Telah diketahui bersama bahwa globalisasi mempunyai dampak positif yang bisa membawa perubahan yang lebih baik, dan dampak negatif yang dapat menjadi bomerang khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Di dalam pendidikan seperti yang telah dibahas, maka tidak akan pernah luput dari komponen-komponen yang saling memiliki keterkaitan yaitu pendidik (guru), peserta didik (murid), orang tua (keluarga), dan lingkungan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua komponen tersebut dalam menghadapi globalisasi di dunia pendidikan menurut Anggara (2011).
Pendidik (Guru)

Menurut undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah ditegaskan bahwa yang dimaksud Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam hal globalisasi, posisi guru disini adalah sebagai tenaga pendidik profesional, yang mampu meningkatkan martabat, mampu melaksanakan dan mewujudkan pendidikan nasional. Tujuan akhirnya tidak lain adalah mengembangkanpotensi peserta didik agar tidak hanya menjadi individu yang terampil dan cerdas, namun juga beriman dn bertakwa.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar dan kemerosotannya. Oleh karena itu tugas guru tidak terbatas pada kegiatan mengajar, tapi yang terpenting adalah mencetak karakter murid. Selain itu dengan berkembangnya bidang teknologi informasi, guru harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin gunan menunjang aktifitas mengajarnya di kelas.

Peserta didik (siswa)
Tugas utama seorang siswa adalah belajar. Selain itu, dalam era globalisasi seperti ini, siswa harus mampu memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Terlebih lagi mereka yang dalam masa-masa labil, masa-masa dimana selalu ingin tahu dan mencoba hal-hal baru. Disinilah siswa harus benar-benar memilih pilihan yang tepat. Akses internet memang sangat bermanfaat jika digunakan untuk keperluan yang bermanfaat misalnya untuk bahan belajar, namun jika internet digunakan untuk hal-hal negatif seperti akses video porno, hal ini justru akan berdampak buruk bagi perkembangan siswa.

Orang Tua (Keluarga)
Orang tua atau keluarga sebagai tempat pendidikan awal bagi anak sebelum mereka dikenalkan denga dunia luar harus  memberikan dasar-dasar pendidikan kepada anak yang nantinya akan menentukan pertumbuhan serta perkembangan anak di masa mendatang. Selain itu orang tua juga wajib melakukan kontrol terhadap kegiatan anak, karena apabila tidak diawasi akan mengarahkan anak menjadi suatu pribadi dan perilaku yang tak terkontrol.. Mencari kegiatan anak tidak harus mlakukan pengawasan setiap detik, namun dapat dilakukan dengan menanyakan siapa teman bermai, menanyakan keadaan anak pada guru di sekolah dan lain sebagainya.

Lingkungan
Lingkungan dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan kepribadian seseorang, karena disinilah segala pengaruh timbul, baik dari teman sebaya ataupun orang lain. Untuk itu pemilihan lingkungan sangat penting dalam mengahadapi arus globalisasi yang akan berdampak pada dunia pendidikan.

Karena kewajiban terpenting kita adalah berinteraksi dengannya.
Di samping komponen-komponen pendidikan, pemerintah sebagai pengatur aktifitas negara termasuk pendidikan juga harus segera mencari pemecahan dari permasalahan yang dapat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang mahal masih menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai hendaknya pemerintah menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan. Memang di berbagai daerah sudah banyak sekolah unggulan yang berkualitas dan bebas biaya. Namun hal tersebut baru merupakan kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Untuk mewujudkannya, yang pertama dilakukan adalah pembenahan dalam sektor birokrasinya. Korupsi harus segera diberantas, karena korupsilah aliran dana yang seharusnya digunakan untuk pembenahan dunia pendidikan jadi tersendat atau tidak sampai ditempat.

Keterkaitan antara Globalisasi dengan Pendidikan Karakter di Indonesia
Globalisasi dan Pendidikan Karakter
Globalisasi yang sejalan dengan perkembangan teknologi dan media menyebabkan berbagai informasi mudah diperoleh baik dikalangan tua maupun muda. Sayangnya, informasi yang diperoleh tidak semuanya positif bahkan dominan informasi yang negative. Di era sekarang, karakter bangsa Indonesia telah berubah. Kaum tua yang berada di kursi legislative melakukan tindakan tidak terpuji seperti melakukan korupsi, pertengkaran di sidang DPR dapat dengan mudah di jumpai di media televise hingga internet. Hal itu juga diperlihatkan pada film-film Indonesia yang masih memperlihatkan kekerasan, ketidaksopanan terhadap orang tua, artis-artis yang menggunakan baju-baju tidak layak pakai dapat diakses dengan mudah di televise dan internet. Padahal kedua media tersebut adalah media yang sering dimanfaatkan anak-anak dan remaja. Alhasil, banyak tingkah laku anak-anak dibawah umur yang tidak pantas seperti turut berpakaian mini, pacaran di usia dini, membentak orang tua dll.

Padahal karakter bangsa Indonesia menurut Prof. Winarno Surakhmat dalam harian Kompas (10 Oktober 2011) adalah nerimo, penurut serta ramah tamah. Namun, dengan era globalisasi ini, karakter bangsa Indonesia saat ini mulai pupus. Maka dari itu, menurut Menteri Pendidikan, Muhammad Nur, pendidikan karakter sangat diperlukan. Hal itu juga diamini oleh M. Hatta Rajasa. Berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter di Indonesia, M. Hatta Rajasa mengatakan karakter suatu bangsa berperan besar dalam mempertahankan eksistensi dan kemerdekaannya. Cukup banyak contoh empiris yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan atau progress pembangunan. Sejalan dengan hal itu, maka kemandirian dan martabat suatu bangsa di era globalisasi akan sangat ditentukan oleh kapasitas bangsa tersebut dalam membina dan mengembangkan suatu pranata ekonomi dan sosial-politik yang menunjang peningkatan daya saing secara terus menerus. Bangsa yang berhasil di era milenium ini adalah bangsa dengan kapasitas daya saing tinggi, yang rakyatnya memiliki kapasitas berpikir yang cerdas, kemampuan imajinasi dan kreasi yang tak terbatas dan mental yang tahan banting.

Pendidikan Karakter
The great hope of society is individual character (Lord Channing). Suatu bangsa akan berkembang dengan baik terlihat dari kualitas karakter masing-masing individu. Hal inilah yang menjadikan pendidikan karakter di perlukan di Indonesia. Pendidikan Indonesia yang lebih mengarah pada perkembangan aspek kognitifnya melahirkan generasi muda yang maju secara ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Tanpa adanya karakter yang baik, generasi muda ini akan terpengaruh sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga menciptakan generasi muda yang cerdas tapi tidak bermoral. Hal itu telah dikatakan sebelumnya oleh Theodore Roosevelt, to educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society. Pendidikan karakter akan membekas jika dimulai dari usia dini. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama antara pihak pengajar dan orang tua dalam membentuk generasi berkarakter. Anak-anak merupakan kunci pembangun bangsa. Selain itu, usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Kegagalan penanaman karakter pada usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya.

Menurut Ratna Megawangi (dalam Fatimah, 2012), karakter yang baik pada suatu individu memperlihatkan keberhasilan akademik yang meningkat serta kesehatan fisik. Hal inilah yang dibutuhkan untuk menjadi benteng pertahanan terhadap arus globalisasi.

Pendidikan karakter yang mulai dikembangkan dalam lingkup keluarga. Keluarga dalam istilah sosiologi merupakan unit terpenting dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seseorang dididik dan dibesarkan. Dengan nilai-nilai moral yang ditanamkan sejak usia dini di keluarga diharapkan anak mampu tidak terpengaruh oleh arus globalisasi.
Peran selanjutnya dilakukan dalam lingkungan sekolah. Umumnya anak akan cepat terpengaruh dengan lingkungan terdekatnya. Pendidikan karakter yang diberlakukan sekolah di harapkan membantu pematangan emosional anak dari usia pra-sekolah hingga remaja. Sekolah merupakan tempat strategis untuk pendidikan karakter karena sebagian besar waktunya dihabiskan dengan sekolah. Maka dari itu dibutuhkan peran pemerintah dalam mencanangkan program pendidikan karater di setiap sekolah. Pendidikan karakter yang diharapkan tidak hanya meliputi aspek knowing the good melainkan juga aspek loving the good dan acting the good.

BAB III
SIMPULAN
Globalisasi telah membawa perubahan pada semua aspek kehidupan khususnya dalam dunia pendidikan. Globalisasi dapat memberikan dampak postitif dan negatif di dunia pendidikan. Berdampak positif jika membuat perubahan yang membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju, dan berdampak negatif jika menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri.

Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer dan internet, telah membawa perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan dan sudah menjadi pemandangan biasa dalam praktik pembelajaran di sekolah di Indonesia. Maka sudah sepantasnya hal tersebut lebih dikembangkan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia.

Evaluasi pendidikan juga perlud dilakukan, hendaknya struktur dan sistem pendidikan diubah menhyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, terutama dalam era globalisasi ini. Cenderung mempertahankan struktur dan sistem yang sudah ada justru akan membuat dunia pendidikan di Indonesia menjadi tertinggal dari negara lain.

Untuk menghadapi pengaruh kuat globalisasi diperlukan kerja sama yang padu antar semua komponen pendidikan seperti pendidik, peserta didik, keluarga, dan lingkungan. Selain itu pemerintah juga berperan sebagai penjamin penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan merata di Indonesia seharusnya memberikan pendidikan yang murah. Sehingga tidak ada alasan lagi anak tidak dapt sekolah karena alasan biaya mahal.

Pendidikan karakter sangat dibutuhkan bagi bangsa Indonesia untuk menjadikan bangsa Indonesia dapat survive di era globalisasi. Individu-Individu yang berkarakter akan membawa bangsa Indonesia lebih maju dan dianggap oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, dengan pendidikan karakter usia dini maka dapat mengurangi angka kejahatan akibat pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia. Maka dari itu dibutuhkan peran pemerintah untuk turut mengembangkan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
R. Robertson (1992). Globalization: Social Theory and Global Culture. London: Sage Publications, hal. 8.
Kotter, P. (1955). The New Rules How to Succeed in Today's Post-Corporate World. New York: The Free Press, p. 42.
Scholte, J. A. (2000). Globalization: A critical Introduction. London: Palgrave, hal. 15-17.
Fatimah. 2012. Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Indonesia Menghadapi Tantangan Globalisasi.
Dalam http://fatimah210992.wordpress.com/2012/05/22/pentingnya-pendidikan-karakter-bagi-indonesia-menghadapi-tantangan-globalisasi/, diakses pada tanggal 5 Nopember 2013 pukul 04:15.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: DAMPAK GLOBALISASI DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda