Tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu: Dr. Hari Bakti, M.Hum.
Makalah ini disusun mahasiswa Pendidikan
Dasar konsentrasi Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak terlepas dari peran ilmu.
Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan
seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap itu kita
menyebut dalam konteks ini sebagai priodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak
dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Kemajuan
ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang tidak terputus
satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi unsur penting
bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Satu hal yang tak sulit
untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia modern telah
disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi, sektor ekonomi,
politik, pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan
transportasi, pendidikan, seni, kesehatan, dan lain-lain, semuanya
membututuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari
kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu
mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk
mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu
memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur
apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi
kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan
cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang
ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru
sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari
kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji
sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia
sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah
untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena itu
bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu
titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi
rasa keingintahuannya terhadap dunianya.
B.
Perumusan Masalah
Apa
yang dimaksud dengan epistemologi?
Apa yang bisa diketahui manusia?
Apakah yang
dimaksud hakikat pengetahuan?
Apakah sumber-sumber pengetahuan itu?
Bagaimana cara-cara memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi
merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam pengembangannya
menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan secara radikal
(mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa
Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti
teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang
pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge.
Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang
benar dan dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat pengetahuan. Secara
terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau
ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Masalah
utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan,
Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah sanggup
menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan epistemologi
dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan
eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia berpengetahuan
yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang
dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah
nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu
ilmu dengan ilmu lainnya.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan (ilmiah). Akal, akal
budi, pengalaman, atau kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana
mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologi, sehingga dikenal model‑model
epistemologi seperti rasionalisme, empirisme. Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan
suatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah).
Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan dipercaya.
Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara
tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat
kebiasaan dan pengulangan, cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya
merupakan pengetahuan yang tidak teruji. Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh
berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah)
menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika
dan statistika. Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif
sehingga menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan
pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, ilmu menyusun
pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Dengan metode
ilmiah berbagai penjelasan teoritis dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan
empiris atau tidak. Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya
dengan fakta yang ada, dengan putusan-putusan lain yang telah diakui
kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi
kehidupan manusia. Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan
maka cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan
tersebut harus benar. Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak
benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang
kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin
saja mengalami penyimpangan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu
berubah-ubah dan berkembang.
B. Apa yang Bisa Diketahui Manusia
Immanuel
Kant adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der
Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”.
Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini
dengan memberikan tiga pertanyaan:
Apakah yang bisa kuketahui?
Apakah yang harus kulakukan?
Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang
dipersepsi dengan panca indra. Selain itu merupakan “ilusi” saja.
Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat
menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif
kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini
diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat
tidak akan berjalan.
Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal
budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
C. Hakikat
Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila
seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu
terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai
hal yang ingin diketahui. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya
subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang
merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahui. Jadi, bisa
disimpulkan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Bahm menyebutkan ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk
struktur pikiran manusia, yaitu: mengamati, menyelidiki, percaya, hasrat,
maksud, mengatur, menyesuaikan, menikmati.
Jenis-jenis pengetahuan menurut Soejono Soemargono dibagi atas:
Pengetahuan non ilmiah, ialah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Secara
umum yang dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah ialah segenap hasil pemahaman
manusia atas suatu barang atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari yang diperoleh dari pengetahuan intuisi.
Pengetahuan ilmiah, yaitu segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh
dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat metodologi ilmiah. Metodologi merupakan hal yang
mengkaji urutan langkah-langkah yang ditempuh agar pengetahuan yang diperoleh
memenuhi ciri-ciri ilmiah. Pengetahuan ini pada umumnya disebut ilmu
pengetahuan.
D. Sumber-Sumber
Pengetahuan
Kata “Ilmu” merupakan terjemahan dari kata (Science)
yang secara etimologi berasal dari bahasa latin (scinre) artinya “to Know”.
Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Dapat ditarik
kesimpulan sebagi berikut:
Tidak semua permasalahan yang dipersoalkan manusia dalam
hidup dan kehidupannya dapat dijawab dengan tuntas oleh ilmu pengetahuan itu.
Nilai kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat positif
dalam arti sampai saat sekarang ini dan juga bersifat relatif atau nisbi dalam
arti tidaklah mutlak kebenarannya.
Batas dan realitivitas ilmu pengetahuan bermuara pada
filsafat, dalam arti bahwa semua permasalahan yang berada di luar atau di atas
jangkauan dari ilmu pengetahuan itu diserahkanlah kepada filsafat untuk
menjawabnya.
Dengan kita memasuki lapangan filsafat dengan
mencoba merenungkan semua permasalahan manusia yang belum tuntas dijawab oleh
ilmu pengetahuan itu.
Dalam kajian filsafat ilmu sumber-sumber pengetahuan
yang diperoleh manusia melalui:
Pengalaman indera
(sense experience)
Indera merupakan
alat paling vital dalam memperoleh pengetahuan, dalam hidup manusia
penginderaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala sesuatu objek yang
ada diluar diri manusia.
Nalar (reason)
Nalar adalah salah
satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud
untuk mendapat pengetahuan baru.
Otoritas
(authority)
Otoritas adalah
kekuasaan yang syah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki
pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya.
Intuisi
(intuition)
Intuisi adalah
kemampuan yang ada pada diri manusia berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu
rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa
pengetahuan.
Wahyu (revelation)
Wahyu adalah
berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umat-Nya.
Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang
sesuatu yang disampaikan itu.
Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah
suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
D. Cara-cara Memperoleh dan Mengembangkan Pengetahuan
Pengetahuan
yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai
metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
Metode Deduktif
Jujun S. Suriasumantri menyatakan
bahwa pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu
memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: a) kerangka
pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya
yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan
hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka
pemikiran tersebut; dan c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis
termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikatifn
ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai
objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat
diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan
hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang
mungkin terdapat antara berbagai faktor yang
saling mengait dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji
kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang
relevan dengan permasalahan.
Perumusan hipotesis yang merupakan
jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan
yang materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang
dikembangkan.
Pengujian hipotesis yang merupakan
pengumpulan fakta- fakta yang relevan dengan
hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.
Penarikan kesimpulan yang merupakan
penilaian apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Metode Induktif
Metode induktif merupakan metoda ilmiah yang
diterapkan dalam penelitian kualitatif. Metoda ini memiliki
dua macam tahapan : tahapan penelitian
secara umum dan secara siklikal.
a) Tahapan penelitian secara umum
Tahapan penelitian secara umum secara garis besar
terdiri dari tiga tahap utama, yaitu (1) tahap pralapangan, (2) tahap pekerjaan
lapangan, dan (3) tahap analisis data. Masing- masing tahap tersebut
terdiri dari beberapa langkah.
b) Tahapan penelitian secara siklikal
Menurut Spradley, tahap penelitian kualitatif,
khususnya dalam etnografi merupakan proses
yang berbentuk lingkaran yang lebih dikenal dengan proses
penelitian siklikal, yang terdiri dari langkah-langkah: (1) pengamatan
deskriptif, (2) analisis demein, (3) pengamatan terfokus, (4) analisis
taksonomi, (5) pengamatan terpilih, (6) analisis komponen, dan (7)
analisis tema.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan (ilmiah).
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Jenis pengetahuan yaitu pengetahuan
ilmiah dan pengetahuan non ilmiah.
Sumber-sumber pengetahuan diperoleh manusia melalui: pengalaman indera (sense experience), nalar
(reason), otoritas (authority), intuisi (intuition), wahyu (revelation), dan
keyakinan (faith). Cara memperoleh pengetahuan adalah melalui metode deduktif
dan metode induktif.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Tafsir, A. 2001. Filsafat Umum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rachman, M. 2008. Filsafat Ilmu. Semarang: Unnes Press.
Hakim, A.A. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Suriasumantri. J.
2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
0 komentar:
Post a Comment