Kata Pengantar
Segala puji syukur penuli haturkan
kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis diberi
kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan segala upaya, akhirnya penulis
menyelesaikan makalah berjudul Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran
Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd
dan Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd., selaku Dosen pengampu mata kuliah Landasan
Kependidikan yang telah mencerahlan penulis.
Semua keluarga, teman dan
pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.
Banyak kesalahan yang terjadi
dalam makalah ini. Sehingga penulis mohon kritik dan saran membangun untuk
kemajuan dan perbaikan ke depan.
Semarang,
15 Desember 2013
Penyusun
ABSTRAK
Pendidikan
bahasa Indonesia di sekolah diharapkan tidak hanya mampu mengembangkan
kemampuan akademik saja, tetapi juga mampu membentuk karakter atau pribadi
peserta didik. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam
berbagai segi pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi yang
mendukung dalam pembelajaran. Bahasa
Indonesia dapat dimasuki nilai-nilai pendidikan karakter dalam materi
maupun uji kompetisi. Masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah: apa saja nilai-nilai pendidikan karakter pada
kompetensi membaca dalam bahasa
Indonesia? Berkaitan dengan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk memaparkan
nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terdapat pada kompetensi membaca
dalam bahasa Indonesia.
Pendidikan karekter sesungguhnya bisa diintegrasikan
dalam berbagai hal untuk membentuk karakter siswa. Pendidikan
karakter terdiri dari kata “pendidikan” dan “karakter”. Pendidikan merupakan
sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan edukatif dan
didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang sedang bertumbuh. Sedangkan
karakter dianggap sebagai kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
karakteristik atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari
tindakan-tindakan yang diterima dari lingkungan.
Pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan.
Penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang
lebih menghargai individu merupakan tujuan dari pelaksanaan pendidikan
karakter. Dalam pendidikan karakter yang terutama dinilai adalah perilaku. Pendidikan karakter di sekolah memerlukan
prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap
individu yang bekerja dalam lingkup pendidikan itu sendiri. Dalam makalah ini akan dikupas tuntas tentang
penerapan pendidikan karakter yang diselipkan pada pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar.
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya mampu menjadi sarana pembentuk
karakter anak. Karakter seseorang tidak terbentuk dalam hitungan detik namun
membutuhkan proses yang panjang dan melalui usaha tertentu. Mulyasa (2011:1)
mengungkapkan beberapa contoh usaha untuk membina karakter misalnya anjuran
atau suruhan terhadap anak untuk duduk diam, tidak berteriak-teriak agar tidak
mengganggu orang lain, bersih badan, rapih pakaian, hormat terhadap orang tua,
menyayangi yang muda, menghormati yang tua, menolong teman dan seterusnya
merupakan proses membentuk karakter seseorang.
Usaha-usaha tersebut dapat terlaksana dengan baik jika dibiasakan sejak
dini. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dekat
dengan anak-anak usia dini, oleh karena itu sekolah dalam proses penyusunan
bahan ajar tiap mata pelajaran perlu mengintegrasikan atau mengembangkan
nilai-nilai yang ada dalam pendidikan karakter. Salah satu mata pelajaran yang
dapat membantu pembentukan dan pengembangan karakter di SD adalah Bahasa
Indonesia.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa
merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa termasuk
media komunikasi maka bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang artinya
melalui bahasa seseorang dapat diketahui kepribadiannya atau karakternya
(Pranowo, 2011:3). Dengan demikian, bahasa merupakan salah satu bidang yang
memegang peranan penting untuk membentuk karakter seseorang.
Peranan bahasa khususnya bahasa Indonesia bagi anak usia SD sangatlah
penting terutama untuk bertutur baik itu lisan maupun tulisan, sehingga mampu
membantu anak untuk membentuk karakternya. Pranowo mengungkapkan bahwa
berbahasa secara baik, benar dan santun dapat menjadi kebiasaan yang dapat
membentuk pribadi seseorang menjadi lebih baik. Pentingnya bahasa dalam
membentuk dan mengembangkan karakter terungkap juga dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia memiliki
peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang
studi, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain (Depdiknas, 2006:113).
Siswa diharapkan mengalami perkembangan intelektual, sosial dan emosional
serta mampu mengenal budayanya dan budaya orang lain sebagai wujud dari sebuah
karakter. Maka dari itu, empat keterampilan pada bahasa Indonesia merupakan
keterampilan bahasa yang dapat membantu perkembangan siswa tersebut. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru dituntut untuk
mengintegrasikan nilai-nilai hidup yang bermakna dalam membantu peserta didik
untuk bertumbuh dan berkembang secara utuh dan menjadi warga negara yang
kreatif dan bijaksana dalam kehidupan bersama.
Rumusan Masalah
Bagaimana
pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Indonesia?
Bagaimana
implementasi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pembentukan karakter siswa?
BAB II
Pembahasan
Pembentukan
Karakter Siswa
Mengajarkan
bahasa Indonesia bagi seorang guru, bukan hanya mengajarkan sebuah bahasa yang
menjadi bahasa nasional bagi masyarakat, bangsa Indonesia, melainkan sebuah
ritme kegiatan mengajar yang tidak bisa dikesampingkan dan penuh tantangan.
Memang benar bahwa bahasa ini merupakan bahasa negara kita, tapi selama ini
apakah seorang guru sudah dapat membimbing siswanya untuk dapat mengenal,
mengetahui dan menggunakan bahasa ini untuk kelak menjadi seorang negarawan
yang unggul dan berkarakter dalam berbahasa.
Membelajarkan
bahasa Indonesia di tingkatan sekolah dasar ditujukan untuk memunculkan empat
kompetensi dasar (KD) siswa dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis,
kemudian dari keempat KD tersebut akan muncul beberapa KD yang merupakan
turunan atau paduan 2 KD atau lebih seperti bermain peran (paduan KD
mendengarkan, berbicara, membaca bahkan menulis naskah peran), deklamasi dan berpuisi
(turunan KD berbicara) dan membuat puisi (turunan KD menulis). Bagi seorang
guru, mengajarkan sebuah ilmu bukan hanya sekedar mentransferkan ilmu saja
tetapi bagaimanakah membangun konsep ilmu yang telah diajarkan untuk dapat
diaplikasikan dalam pengalaman belajar yang bermanfaat bagi kehidupan siswa,
atau kita kenal dengan istilah ketrampilan hidup (life skill).
Dalam konteks
pembelajaran bahasa Indonesia maka dapat difokuskan dalam bentuk pembinaan
ketrampilan hidup kebahasaan. Kemunculan ketrampilan hidup kebahasaan
inilah yang nantinya diharapkan dapat menumbuhkan karakter siswa dengan
berbahasa Indonesia. Karakter inilah yang nantinya dapat menjadikan seorang
siswa yang memiliki potensi kebahasaan dapat menjadi seorang deklamator,
sastrawan, negosiator, aktor ataupun penulis yang berkompeten. Lalu, bagaimanakah menumbuhkan
karakter kebahasaan siswa dengan berbahasa Indonesia?
Karakter Kebahasaan
Menumbuhkan
karakter kebahasaan siswa dengan berbahasa Indonesia dalam membelajarkan siswa
dapat dilakukan melalui beberapa hal.
Kemasan
pembelajaran
Kemasan pembelajaran yang dimaksud adalah penyajian
pembelajaran
yang varaiatif, kreatif dan inovatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dukungan guru yang kreatif. Ada kalanya perlu digunakan sebuah cara penyampaian yang berbeda dengan buku teks tetapi masih berorientasi dengan pemenuhan kompetensi dasar siswa seperti membiasakan siswa menulis buku harian pada hari tertentu pada saat pembelajaran bahasa Indonesia.
yang varaiatif, kreatif dan inovatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dukungan guru yang kreatif. Ada kalanya perlu digunakan sebuah cara penyampaian yang berbeda dengan buku teks tetapi masih berorientasi dengan pemenuhan kompetensi dasar siswa seperti membiasakan siswa menulis buku harian pada hari tertentu pada saat pembelajaran bahasa Indonesia.
Dengan kebiasaan menulis buku harian, secara tidak
langsung siswa dapat belajar untuk memenuhi KD menceritakan secara tertulis
atau berbicara dengan tulisan. Dalam orientasi jangka panjang, bagi seorang
siswa yang memiliki potensi menulis dapat mengasah potensinya untuk menjadi
seorang penulis. Mengajarkan mengenal kata dengan permainan tebak kata dan
rangkai kata secara implisit dapat menunjukkan minat siswa dalam kegiatan
mendengar dan berbicara.
Menulis puisi
dan mendeklamasikan melatih KD menulis, membaca dan berbicara, jika seorang
anak memiliki minat dalam kegiatan ini maka dapat dijadikan sebagai awalan
ketrampilan hidup kebahasaan menjadi seorang deklamator. Membuat poster
atau komik dengan tema tertentu dengan tambahan komentar siswa, melatih
ketrampilan keluasan spasial linguistik siswa yang membentuk karakter seorang
komikus. Diskusi dengan tema tertentu melatih ketrampilan siswa dalam bekerja
bersama tim dan menghargai orang lain. Presentasi
hasil karya dengan pengembangan KD berbicara yang melatih ketrampilan
kepemimpinan. Bermain peran yang diawali dengan penulisan naskah merupakan
paduan KD menulis, membaca, berbicara dan mendengar. Berlatih peran ini
tentunya dapat mengarahkan karakter kebahasaan siswa untuk menjadi seorang
aktor.
Mengolah Potensi
Siswa
Setiap siswa adalah unik. Antara satu dan yang lain
memiliki potensi yang berbeda. Peran guru dalam hal ini adalah bagaimana
seorang guru dapat menjadi fasilitator penumbuhan dan pengembangan potensi
siswa yang berbeda untuk ditumbuhkan karakter kebahasaanya. Dalam poin pertama, kemasan
pembelajaran, ada beragam cara yang dapat digunakan guru untuk membelajarkan
bahasa Indonesia dengan cara yang kreatif, setiap cara tentunya mengarah pada
satu potensi tertentu, seperti menulis buku harian akan mengarahkan karakter
kebahasaan siswa untuk menjadi seorang penulis. Lalu bagaimanakah
menumbuhkan potensi siswa yang tidak suka menulis tetapi suka bercerita?
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
sebuah grup bagi anak yang gemar bercerita untuk mewadahi potensinya. Grup ini
dapat menjadi wadah pengembangan karakter kebahasaan siswa menjadi aktor atau
pemain peran. Dengan mengetahui
potensi kebahsaan setiap anak, tentunya seorang guru dapat menentukan strategi
yang digunakan untuk menumbuhkan karakter kebahasaan siswanya.
Motivasi
Usaha untuk
menumbuhkan karakter kebahasaan siswa, tentunya tidak hanya sebatas memberikan
kemasan pembelajaran yang menarik dan pemetaan potensi kebahasaan siswa. Guru
sebagai fasilitator kelas dapat memberikan motivasi kepada siswa baik saat
dalam pembelajaran ataupun di luar jam belajar. Motivasi ini diberikan dengan
tujuan untuk menguatkan potensi kebahasaan yang dimiliki dan diharapkan dapat
meumbuhkan karakter kebahsaan siswa. Tujuan
lain dari pemberian motivasi ini adalah untuk menumbuhkan potensi kebahasaan
bagi siswa yang memiliki minat kebahasaan yang rendah, minimal siswa tersebut
mengenal dan mengetahui empat Kompetensi Dasar (mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis).
Aksi Kebahasaan Siswa
Setelah
mengetahui bagaimana mengemas pembelajaran, mengolah potensi siswa dan
memotivasi siswa, hal lain yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan karakter
kebahasaan siswa adalah dengan memyusun sebuah kegiatan yang bertemakan aksi
kebahasaan siswa. Dalam kegiatan ini, siswa dan guru bersama- sama
menampilkan hasil karya dan belajar siswa dengan disaksikan orang tua siswa
ataupun masyarakat secara umum. Bagi siswa yang suka berpuisi, mereka dapat
menampilkan aksinya. Bagi siswa yang menyukai drama ataupun teatrikal, mereka
bisa menunjukkan aksi panggungnya. Bagi siswa yang suka membuat poster ataupun
komik, mereka dapat mempublikasikan hasil karyanya. Semua karya siswa tersebut
dapat dijadikan sebagai bukti hasil pencapaian pembelajaran bahasa Indonesia
yang berorientasi pada pembentukan karakter kebahasaan siswa dengan bahasa
Indonesia.
Rekaman Kebahasaan
Rekaman
kebahasaan merupakan sebuah alat evaluasi bagi guru untuk mengetahui
perkembangan karakter kebahasaan siswanya. Bentuk rekaman ini dapat
dibuat sesuai dengan kebutuhan guru. Model pengisiannya pun sesuai dengan
kreatifitas guru. Muatan dalam rekaman ini dapat dijabarkan sebagai gambaran
kegiatan yang dilakukan oleh setiap anak berdasarkan potensi kebahsaan yang
dimiliki serta rincian perkembangna karakter kebahsaan anak. Dari kelima hal tersebut, seorang guru
yang mengajarkan bahasa Indonesia ditingkatan dasar tentunya dapat memberikan
pembelajaran yang lebih menarik.
Pembelajaran
bahasa Indonesia tidak hanya sebatas mengajar untuk pemenuhan kompetensi dasar
dari kurikulum yang digunakan, tetapi juga menjadi sarana untuk menumbuhkan
karakter kebahasaan siswa dengan berbahasa Indonesia. Bahasa kita adalah
bahasa yang mampu mengantarkan anak didiknya kelak menjadi seorang negarawan
unggul dan kompetitif. Mereka adalah sosok generasi penerus bangsa yang akan
memperkaya khasanah bangsa dengan karakter kebahasaan yang dimiliki.
Macam-macam
Karakter Siswa
Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kelemahan dan
kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan
oang lain. Bantuan yang diberikan oleh manusia lain itu sebagai perwujudan
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh
masing-masing individu dalam membantu individu lainnya. Misalnya para guru
membantu para orang tua dalam mendidik anaknya. Anak berperan sebagai peserta
ddik sehingga setiap guru harus
mempunyai tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian
yang lebih baik dan mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang
berintelektual dan berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun
peran guru ini sebenarnya bukan komponen utama dalam menentukan kepribadian
peserta didiknya.
Buchori mengungkapkan “kepribadian berarti integrasi dari seluruh sifat
seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya maupun sifat-sifat yang
diwarisinya, yang menyebakan kesan yang khas, unik pada orang lain”. Memahami karakteristik kepribadian peserta didik tidaklah mudah.
Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses
belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang
macam-macam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan
antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup
pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar proses
pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat
diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami
kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik sebelum
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
karena pelajaran atau materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta
didik dapat fokus terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta
didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal
pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para
pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka
dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Maka dari itu,
penulis tertarik untuk memberi tahu tentang macam-macam kepribadian anak.
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang
yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, dan berwatak.
Karakter mulia berari individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani,
dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah,
pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti,
berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,
bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan
(estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran
untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertidak sesuai
potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter adalah realisasi perkembangan
positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Karakteristik
siswa SD
Ada beberapa bentuk karakteristik siswa SD
Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik
akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.
Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang.
Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal yang
dihadapinya, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru dan
tidak akan pernah mau diatur oleh orang lain.
Mereka belajar dengan cara mengikuti atau berinisiatif dari apa yang
temannya/orang lain dapat.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit.
Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata
pelajaran khusus.
Pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikan sendiri.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi sekolah.
Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
bermain bersama-sama.
Implementasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Pembentukan Karakter
Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai wahana pembentukan
karakter siswa bisa melalu berbagai pendekatan. Situasi yang dihadapi guru
dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar
mengajar itu sendiri. Guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang
dihadapi dalam proses pembelajaran. Seharusnya guru dapat menyesuaikan pola
tingkah laku dalam mengajar terhadap situasi yang dihadapi. Seperti halnya diungkapkan
oleh Umar dan Syambasril dalam bukunya mengungkapkan bahwa seorang guru yang
baik perlu memiliki persyaratan sehingga dapat melaksanakan tugasnya sebagai
berikut.
Penguasaan
materi pelajaran
Kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip psikologi
Kemampuan
menyelenggarakan proses belajar mengajar
Kemampuan
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.
Keempat
persyaratan di atas merupakan faktor yang sangat penting dan harus dimiliki
seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Sardiman
(2004:166), mengemukakan bahwa sebagai seorang guru dalam menyampaikan materi
pelajaran di kelas perlu memperhatikan hal sebagai berikut.
Menyampaikan
materi pelajaran dengan baik dan jelas.
Pertanyaan
yang diajukan cukup merangsang untuk berpikir, mendididk dan mengenai sasaran.
Memberikan
kesempatan atau mencapaikan kondisi yang dapat menimbulkan pertanyaan dari
siswa.
Terlihat
adanya variasi dalam pemberian materi dalam kegiatan.
Guru
selalu memperhatikan reaksi dan tanggapan yang berkembangan pada diri siswa
baik verbal maupun nonverbal.
Memberikan
pujian dan penghargaan bagi jawaban yang tepat bagi siswa dan sebaliknya
mengarahkan jawaban yang kurang tepat.
Guru
sebagai pelaksana proses belajar mengajar dituntut memiliki berbagai
keterampilan dalam menyelenggarakan kegiatan pengajaran di kelas yang dapat
mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan, agar proses
pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP, (PERMENDIKNAS NO.19 TAHUN 2005), meliputi
kegiatan pendahuluan, Kegiatan inti, dan Kegiatan penutup.
Kegiatan
pendahuluan
Dalam
kegiatan pendahuluan, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru
menyiapkan kondisi pembelajaran agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap
mengikuti proses pembelajaran.
Guru
mencatat kehadiran peserta didik.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Guru
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Guru
mengajukan pertanyaan berkenaan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta
didik untuk mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari.
b.
Kegiatan inti
Pelaksanaan
kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
yang dilakukan secara interaktif, insprinsif, menyenangkan dan lainnya.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
a)
Eksplorasi
Dalam
kegiatan eksplorasi, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru
membimbing peserta didik untuk mendemontrasikan pengetahuan yang dimiliki
sesuai dengan topik/tema yang akan
dipelajari.
Guru
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan mendalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dari berbagai sumber belajar dan
memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Guru
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lainnya.
Guru
memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta
didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Guru
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Guru
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboraturium,
studio, dan lapangan.
b)
Elaborasi
Dalam
kegiatan elaborasi, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
Guru
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru secara lisan maupun tulisan.
Guru memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Guru
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaborasi.
Guru
memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
Guru
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tulisan, secara individual maupun kelompok.
Guru
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok.
c)
Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik.
Guru
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber.
Guru
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
Guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar.
c.
Kegiatan penutup
Dalam
kegiatan penutup, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru
bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran.
Guru
bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
Guru
melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Guru
memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Guru
melakukan kegiatan perencanaan tindak lanjut.
Guru
memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar
mandiri.
Guru
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan
mengajar harus merupakan suatu rangkaian utuh dari setiap tahapan mengajar.
Artinya tahap demi tahap harus tampak secara berkesinambungan dari awal sampai
akhir pelajaran. Secara umum menurut Sudjana (1989:68) ada tiga tahapan besar
dalam mengajar, yakni: ”Tahapan Pemula, Tahapan Pengajaran, dan Tahapan
Penilaian atau Tidak Lanjut.”
Guru
harus mampu mengimplementasikan pembelajaran sebagai wahana pembentukan
karakter siswa. Inilah
letak keterampilan profesional guru, khususnya dalam melaksakan kegiatan
belajar-mengajar. Kemampuan mengajar seperti yang dilukiskan dalam uraian di
atas secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak mudah
digambarkan seperti di atas.
Oleh
karena itu Hasibuan menjelaskan ada beberapa keterampilan dasar
diutamakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, supaya dapat terpadu dengan
baik ketiga tahapan di atas dan kegiatan belajar mengajar bisa mencapai tujuan
pembelajaran yang didinginkan. keterampilan dasar yang diutamakan sebagai
berikut.
1.
keterampilan memberikan penguatan
2.
keterampilan bertanya
3.
keterampilan menjelaskan
4.
keterampilan membuka dan menutup pelajaran
5.
keterampilan menggunakan variasi
6.
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
7.
keterampilan mengelola kelas
8.
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Inilah
tahapan yang harus dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar yang
ditunjang dengan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana
di atas. Keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sangat
bergantung pada guru dalam menguasai kelas dan menerapkan kemampuan yang
dimiliki sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan
baik.
BAB
III PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas 2, akan menjadi sangat efektif,
bermakna, dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai
faktor yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan
belajar yang disenangi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.
Peran
aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat
menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa.
Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat
dijadikan motivasi siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan
mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut. Di sinilah peran guru untuk
meluruskan dan mengarahkannya.
Metode-
metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain : metode
langsung, metode alamiah, metode tata bahasa, metode terjemahan, metode
linguistik,metode pembatasan bahasa, metode SAS, metode bibahasa dan metode
unit. Teknik teknik yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
antara lain : teknik ceramah, teknik Tanya jawab, teknik diskusi kelompok,
teknik pemberian tugas, teknik bermain peran, teknik karya wisata dan teknik
sinektik.
Saran
Kita
sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah Dasar hendaknya mengetahui
tentang apa apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan
sampai kita mengajar dengan asal asalan karena itu akan membuat ketidak
nyamanan bagi siswa. Di biasakan setiap kita akan mengajar kita terlebih dahulu
harus mempunyai rencana pembelajaran atau yang biasa di sebut RPP, mengapa
demikian agar pembelajaran kita terencana. Jadi kita dapat mengetahui tema apa
yang akan di bahas metode apa saja yang akan digunakan dan teknik apa saja yang
akan dipakai. Oleh karena itu kita harus selaku calon guru harus mengetahui
teori-teori tersebut sehingga dapat dituangkan dalam proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakatra: Balai
Pustaka
Hamka Abdul Aziz. 2011. Membangun Karakter Bangsa. Surakarta: Pustaka
Al Mawardi
Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag. 2011. Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi. Bandung: Alfabeta
Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Supriyoko. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban. Jakarta:
Samudera Biru
Sutarjo Adisusilo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Rajagrafindo
http://bahasa.kompasiana.com/2013/07/10/bahasa-sebagai-sarana-pembentukan-karakter-575791.html
(Diskases Tanggal 5 Oktober 2013 Pukul 21.30)
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/545-kurikulum-pendidikan-yang-berkarakter.html
http://www.pendidikankarakter.com/macam-macam-kepribadian-anak/ (Diskases
Tanggal 02 Desember 2013 Pukul 22.21)
http://www.bk07.web.id/2013/07/macam-macam-karakter-siswa-dan.html
(Diskases Tanggal 5 Desember 2013 Pukul 22.35).
0 komentar:
Post a Comment