PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas
menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan
selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu
memunculkan tantangan-tantangan serta masalah-masalah baru. Masalah yang dihadapi
dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sasarannya yaitu manusia
sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi
hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal
manusia.
Kualitas Pendidikan di
Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO (2000)
tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara
di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105
(1998), dan ke-109 (1999). Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan
di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.
Berdasarkan data tersebut
disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dan menghadapi
berbagai permasalahan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai
analisis masalah pendidikan di Indonesia dan upaya pemecahannya.
Rumusan Masalah
Apa saja permasalahan
pokok pendidikan di Indonesia?
Apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan?
Bagaimana upaya pemecahan
masalah pendidikan di Indonesia?
PEMBAHASAN
Permasalahan Pokok
Pendidikan di Indonesia
Masalah Pemerataan
Pendidikan
Masalah pemerataan
pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya
manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan
pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah
yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Masalah pemerataan
memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah
memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) sehingga mereka dapat
mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar
yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen.
Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap
pembangunan.
Untuk pendidikan formal
atau persekolahan, terdapat kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan
pendidikan dari setiap jenjang pendidikan yang ditempuh. Pada jenjang
pendidikan dasar, kebijaksanaan tersebut berdasarkan pada faktor kuantitatif,
yaitu pemberian bekal dasar pendidikan yang sama kepada seluruh warga negara.
Pada jenjang pendidikan menengah dan atas, kebijakan tersebut lebih didasarkan
atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan peserta
didik, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat,
kebudayaan, ilmu dan teknologi.
Untuk pendidikan informal
atau luar sekolah, usaha pemerataan pendidikan dapat berjalan dengan pesat. Hal
ini dikarenakan oleh dua faktor, pertama yaitu faktor perkembangan iptek yang
menawarkan berbagai macam alternatif model pendidikan untuk memperluas
pelayanan kesempatan belajar serta menambah pengetahuan mengenai teknologi.
Faktor kedua yaitu faktor konsep pendidikan sepanjang hidup yang tidak
membatasi usia seseorang untuk menuntut ilmu dan tidak terbatas hanya pada
sarana-prasarana pendidikan yang tersedia.
Masalah Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan
muncul ketika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperi yang diharapkan.
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia pendidikan dan sistem pendidikan yang
kita pakai dapat menjadi penyebab dari permasalahan tersebut. Banyaknya pelajar
Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja. Dimana hanya berbekal
hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan maupun tambahnya kedewasaan
seseorang. Di dalam belajar seharusnya disertai pemahaman terhadap suatu
materi, sehingga pemahaman tersebut akan benar-benar menancap pada otak
pelajar. Dan pada akhirnya, ketika ia harus terjun dalam masyarakat ia akan
benar-benar bisa mengaplikasikan ilmu yang pernah ia pelajari tersebut.
Mutu pendidikan dapat
diketahui pada kualitas keluarannya (output). Masyarakat tidak akan melihat
proses bagaimana ia belajar. Yang dilihat hanyalah hasil akhir dari sekian lama
ia menempuh pendidikan. Permasalahan yang banyak muncul sekarang adalah, apakah
kualitas keluaran dari sistem pendidikan itu termasuk dalam pribadi yang
benar-benar berkualitas sebagai manusia pembangunan. Dalam hal ini mampu
membangun dirinya sendiri dan lingkungannya. Tetapi jelas tidak mudah mengukur
mutu produk keluaran tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat menilai
seseorang hanya pada hasil keluarannya saja, tanpa melihat proses pembelajaran
dan proses mendapatkan keluaran tersebut.
Padahal sangat jelas,
bahwa hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar
yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal, maka akan sulit mendapat hasil
yang maksimal. Tapi bila proses belajar tidak optimal tetapi hasil yang dicapai
baik, maka bisa dipastikan bahwa hasil yang dicapai itu semu.
Mutu komponen pendidikan
juga tergantung pada letak geografis tempat dimana komponen pendidikan itu
berada. Umumnya di daerah pedesaan utamanya daerah terpencil mutu komponen
pendidikannya lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Usaha pemerataan
pendidikan bertujuan untuk memeratakan mutu pendidikan di setiap jenjang agar
terjadi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah, baik itu desa maupun kota
sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Masalah Efisiensi
Pendidikan
Masalah efisiensi
pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat
dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi.
Masalah efisiensi
pendidikan meliputi tenaga kependidikan dan sarana prasarana pendidikan.
Masalah pengangkatan
tenaga kependidikan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia
dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Pada masa 5 tahun terakhir ini,
jatah pengangkatan setiap tahunnya hanya sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di
lapangan. Sedangkan persediaan tenaga yang siap diangkat lebih besar daripada
kebutuhan di lapangan. Dengan demikian, lebih dari 80% tenaga yang tersedia
tidak segera difungsikan.
Masalah penempatan guru,
khususnya guru bidang studi, sering terterjadi kepincangan, tidak disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan. Suatu sekolah menerima guru baru dalam bidang
studi yang sudah cukup atau bahkan sudah kelebihan, sedangkan guru bidang studi
yang dibutuhkan tidak diberikan karena terbatasnya jatah pengangkatan sehingga
pada sekolah-sekolah terentu seorang guru bidang studi harus merangkap
mengajarkan bidang studi di luar kewenangannya, misalnya guru bahasa harus
mengajar IPA.
Masalah pengembangan
tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat
menyongsong hadirnya kurikulum baru. Setiap pembaharuan kurikulum menuntut
adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan. Dapat dikatakan umumnya
penanganan pengembangan tenaga pelaksana di lapangan (yang berupa penyuluhan,
latihan, lokakarya, penyebaran buku panduan) sangat lambat. Padahal proses
pembekalan untuk dapat siap melaksanakan kurikulum baru memerlukan waktu.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan kurikulum
baru.
Gejala tentang tidak adanya efisiensi dalam penggunaan sarana pendidikan
yaitu diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi
dengan pembekalan kemampuan, sikap, dan keterampilan calon pemakai, ataupun
tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.
Masalah Relevansi
Pendidikan
Relevansi menurut kamus
besar bahasa Indonesia berarti hubungan atau kaitan. Maksudnya yaitu hubungan
antara hasil keluaran (output) pendidikan dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan oleh pembangunan. Tugas pendidikan yaitu menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan.
Masalah relevansi
pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan mampu menghasilkan output
dari proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Output
pendidikan diharapkan mampu mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka
ragam. Jika sistem pendidikan mampu menghasilkan output yang baik, potensial
dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan, maka relevansi pendidikan dianggap
tinggi.
Umumnya output yang
dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan jumlahnya lebih besar daripada tenaga
yang dibutuhkan di lapangan. Namun sebaliknya, ada tenaga kerja yang dibutuhkan
di lapangan, tapi kurang diproduksi atau bahkan tidak diproduksi.
Ketidakseimbangan ini tentunya dapat menambah permasalahan dalam dunia
pendidikan.
Jumlah output yang lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan menyebabkan
terjadinya penumpukan jumlah tenaga kerja yang menunggu pekerjaan setiap
tahunnya. Hal lain yang mendukung masalah
relevansi pendidikan yaitu masalah penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk di
Indonesia tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota
besar dan daerah yang jarang penduduk yaitu di daerah pedalaman khususnya
daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan pulau-pulau. Permasalahan ini
dapat menimbulkan perbedaan kebudayaan dan pandangan hidup mereka.
Faktor yang
Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Perkembangan IPTEK
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan IPTEK (ilmu
pengetahuan dan teknologi) ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara
sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adalah penerapan
yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena belum ada jaminan
bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita sudah banyak mendapat pengalaman
dalam hal ini. Kedua pada dasarnya orang meragu dan gusar jika menghadapi hal
baru. Umumnya lebih suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin
pada dapat menerima hal baru yang belum dikenal.
Masalahnya ialah bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi atau orang
menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional
(memuat ide, cita-cita, prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik
Pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasaran perlu manfaatnya, motif yang
mendasarnya.
Laju Pertumbuhan
Penduduk dan Penyebaran Penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan prasarana dan sarana
pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus didikan
ditambah. Dan ini berarti beban pengembangan nasional menjadi bertambah.
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata
penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu
proposi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja dan penduduk usia tua
meningkat berat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi pergeseran permintaan akan
fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat meningkat khusus untuk penduduk usia
tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan non formal.
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah
yang padat penduduk , terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya
jarang yaitu di daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi
di pegunungan dan pulau-pulau sebaran penduduk seperti seperti digambarkan itu
menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah
dibangunnya SD kecuali untuk melayani kebutuhan akan pendidikan di daerah
terpencil pada pelita V. Di samping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam
hal penyediaan dan penempatan guru.
Di samping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pola yang statis
(di kota padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus
perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus menerus terjadi
peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan laibel yang lebih menyulitkan
perencanaan penyediaan kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan
tenaga kerja.
Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal
meningkat, khususnya pendidikan aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat,
aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi meningkatnya aspirasi
terhadap pendidikan itu maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar
nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua
sendiri. Dorongan yang kuat ini terdapat pada anak-anak sendiri.
Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat rintangan
bersekolah dan lanjut studi mungkin ini dapat dipandang sebagai indikator
tentang betapa besarnya aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.
Akibatnya yang timbul dari perubahan sosial tersebut gejala yang timbul
yaitu membanjirinya pelamar pada sekolah-sekolah arus pelajar menjadi
meningkat. Di kota-kota di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka
ragam pendidikan non formal.
Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok
masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung
suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang
sebagai sesuatu yang bernilai baik. Terlepas dari kenyataan apakah apakah
kebudayaan tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu
penilaian masyarakat luar itu dianggap subyektif. Semestinya masyarakat luar
itu bukan harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian
kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika
tidak sesuai lalu dikatakan terbelakang.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya
dialami oleh: masyarakat daerah terpencil, masyarakat yang tidak mampu secara
ekonomis, dan masyarakat yang kurang terdidik.
Permasalahan yang terjadi ialah kelompok masyarakat yang terbelakang
kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang
memiliki dorongan untuk maju. Jadi
inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan
bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan dan bagaimana sistem pendidikan dapat
melibatkan mereka. Pendidikan mempunyai misi sebagai
transformasi budaya (dalam hal ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sistem
pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada kebudayaan nasional.
Kebudayaan nasional selalu berkembang dengan bertumpu pada intinya sehingga
tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan dapat menggapai
masyarakat keterbelakangan kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk
berperan serta dalam pembangunan.
Upaya Pemecahan Masalah
Pendidikan di Indonesia
Upaya Pemecahan Masalah
Pemerataan Pendidikan
Cara konvensional antara
lain:
Membangun gedung sekolah
seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
Menggunakan gedung sekolah
untuk double shift (sisem bergantian pagi dan sore).
Cara inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan
oleh masyarakat, orang tua, dan guru).
SD kecil pada daerah
terpencil dan sisem guru kunjung.
SMP terbuka.
Kejar paket A dan B.
Belajar jarak jauh pada
Universitas Terbuka.
Upaya Pemecahan Masalah
Mutu Pendidikan
Seleksi yang lebih
maksimal terhadap masukan mentah, khususnya untuk SMA dan Perguruan Tinggi.
Pengembangan kemampuan
tenaga kependidikan dengan cara studi lanjut, misalnya berupa pelatihan,
penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
Penyempurnaan kurikulum,
misalnya member materi yang lebih esensial dan mengandung muatan lokal, metode
yang menantang dan mengarahkan belajar, serta melaksanakan evaluasi yang beracuan PAP.
Pengembangan prasarana
yang menciptakan lingkunagn yang tentram untuk belajar.
Penyempurnaan sarana
belajar seperti buku paket, media pembelajaran, dan peralatan labratorium.
Peningkatan administrasi
manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
Kegiatan pengendalian mutu
yang berupa kegiatan-kegiatan:
Laporan penyenlenggaraan
pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
Supervisi dan monitoring
pendidikan oleh penilik dan pengawas.
Sistem ujian
nasional/negara seperti UAN dan SNMPTN.
Akreditasi terhadap
lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
Upaya Pemecahan Masalah
Efisiensi Pendidikan
Permasalah efisiensi
pendidikan lebih mengarah pada masalah kualitas, tentu saja ini dapat di
pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan. Hal tersebut dapat ditempuh
melalui cara-cara pendekatan sistem, berorientasi pada peserta, dan pemanfaatan
sumber belajar.
Prinsip pendekatan sistem
berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didesain atau
dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran
diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis
keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode,
penetapan media evaluasi pembelajaran. Prinsip berorientasi pada peserta didik
berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta
didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari peserta didik.
Prinsip pemanfaatan sumber
belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat memanfaatkan
sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.
Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah
bagaimana pesera didik dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan,
mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian
upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan
mendayagunakan sumber belajar.
Upaya Pemecahan Masalah
Relevansi Pendidikan
Perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar tercipta manusia yang
berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
dunia usaha dan industri.
Peningkatan kemampuan
akademik, profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan
sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan
watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan
selama menempuh pendidikan.
Melakukan pembaharuan sistem
pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusunan kurikulum yang mengacu pada
standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan
kepentingan setempat.
Memberdayakan lembaga
pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Juga meningkatkan
partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai.
Mengembangkan kualitas
sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh agar
generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai hak, dukungan, dan
lindungan sesuai dengan potensinya.
Pemberdayaan lembaga pendidikan baik formal dan nonformal di dalam
pembentukan dan pengembangan kualitas SDM sedini mungkin, termasuk penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan keimanan dan ketakwaan secara
terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
Memberdayakan dewan
pendidikan dan komite sekolah sebagai wujud peran serta masyarakat dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan,
dan evaluasi program pendidikan.
PENUTUP
Pendidikan mempunyai
hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan selalu berubah
mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi.
Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin
luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan
pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai
orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia.
Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah pemerataan pendidikan,
masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi
pendidikan.
Untuk memecahkan
permasalahan-permasalahn tersebut diperlukan rumusan tentang berbagai masalah
yang bersifat pokok agar pemecahannya pun bisa tepat sasaran. Keempat
permasalahan yang timbul tersebut dapat teratasi jika pendidikan mampu untuk:
Menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya mampu menampung semua warga negara yang butuh pendidikan dalam suatu wadah pendidikan.
Menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya mampu menampung semua warga negara yang butuh pendidikan dalam suatu wadah pendidikan.
Mencapai hasil pendidikan
yang bermutu, artinya perencanaan dan proses belajar telah sesuai dengan tujuan
sistem pendidikan yang telah ditetapkan.
Terlaksana secara efisien,
artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang telah
ditulis dalam perencanaan.
Menghasilkan produk
bermutu yang relevan, artinya output yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Ahmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan . Semarang: UNNES Press.
Tirtarahardja, U. Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/
(Diskases Tanggal 11 September 2013 Pukul 13.10)
http://ratna-punya-blog.blogspot.com/2009/12/permasalahan-dalam-sistem-pendidikan.html
(Diskases Tanggal 16 November 2013 Pukul 18.22)
http://ichalolla.wordpress.com/2010/12/19/permasalahan-pokok-pendidikan-dan-pemecahannya/
(Diskases Tanggal 16 November 2013 Pukul 18.57)
0 komentar:
Post a Comment