BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mengirimkan pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mengirimkan nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia. Landasan pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis yang bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan religius atau agama, filosofis, sosiologis, sejarah, ekonomi, psikologi, dan lain-lain yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
Apa saja fungsi landasan pendidikan?
Apa saja jenis-jenis landasan pendidikan?
Apa yang dimaksud dengan asas pendidikan?
Apa saja jenis-jenis asas pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Pendidikan
Pengertian Landasan Pendidikan
Pengertian landasan jika ditinjau dari kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai alas, fondasi, dasar atau tumpuan. Landasan adalah suatu alas pijakan atau dasar pijakan dari sesuatu hal, atau suatu titik tolak dari sesuatu hal atau suatu fondasi tempat berdirinya sesuatu hal (Syaripudin, 2012: 5).
Landasan pendidikan adalah dasar berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan masyarakat (Sulistyono, 2011:52). Walaupun pendidikan itu universal, namun bagi suatu masyarakat pendidikan akan diselenggarakan berdasarkan filsafat atau pandangan hidup serta berlangsung dalam latar belakang sosial budaya pada masyarakat tersebut. Menurut sifat wujudnya landasan dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
Landasan yang bersifat material, contoh: landasan pacu pesawat terbang, landasan fondasi.
Landasan yang bersifat konseptual, contoh: dasar Negara Pancasila dan UUD 1945), landasan teoretis, landasan pendidikan.
Fungsi Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak atau acuan bagi para pendidik (guru) dalam rangka melaksanakan praktek pendidikan atau studi pendidikan. Selain itu landasan pendidikan memiliki kegunaan untuk menghindari terjadinya berbagai kesalahan, baik dalam rangka praktek pendidikan maupun dalam memahami dan membangun wawasan kependidikan.
Jenis-jenis Landasan Pendidikan
Asumsi-asumsi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan dapat bersumber dari agama, filsafat, ilmu, dan hukum atau yuridis. Berdasarkan sumber jenisnya landasan pendidikan dikelompokkan menjadi sembilan jenis landasan yaitu:
Landasan religius
Landasan ini berasumsi dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Pada landasan agama terdapat tuntunan untuk mencapai kebahagiaan dunia maupun akherat. Dalam al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 serta surat Al-Mujadilah ayat 11 dan dalam hadis contohnya “menuntut ilmu adalah fardlu bagi setiap muslim”, “carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk liang lahat”. Dari contoh kedua pedoman tersebut menjelaskan bahwa pendidikan memiliki kedudukan yang sangat mulia.
Landasan filosofis
Landasan filosofi berasumsi bahwa sumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Sedangkan menurut Pidarta landasan filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan. Aliran filsafat menurut George R. Knight dibedakan menjadi 2 yaitu:
Aliran tradisional, meliputi idealisme, realisme, dan neo-skolastikisme.
Idealisme dan realisme atau menamakan dengan aliran positivisme melahirkan teori pendidikan essensialisme dan behaviorisme.
neo-skolastikisme melahirkan teori perenialisme.
Aliran modern, meliputi pragmatisme dan eksistensialisme
Aliran pragmatisme melahirkan teori pendidikan progresivisme yang meliputi rekonstruksionisme yang berorientasi pada futurisme dan humanisme.
Aliran eksistensialisme melahirkan teori pendidikan humanisme yang menentang persekolahan.
Selain aliran pendidikan di atas ditemukan aliran lain seperti nativisme, empirisme, konvergensi, dan naturalisme. Pancasila sebagai landasan filosofis sistem pendidikan nasional.
Landasan sosiologis
Pada salah satu dimensi kemanusiaan adalah manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga terjadi interaksi antar individu yang mengakibatkan munculnya karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga bangsa Indonesia mempunyai karakteristik tersendiri karena memiliki proses pembentukan yang panjang. Hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi dan sosialisasi merupakan indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis. Hal ini salah satu perwujudannya dengan diadakannya muatan lokal dalam kurikulum.
Landasan historis
Sejak manusia hidup, sejak saat itu pula pendidikan ada, dari yang paling sederhana sampai pada pendidikan yang sangat kompleks. Misalnya pada zaman penjajahan Belanda, mereka membuka perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini dikarenakan Belanda membutuhkan tenaga-tenaga ahli yang murah untuk mengelola kegiatan di daerah jajahannya. Semua ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dengan landasan historis, sehingga nampak jelas bahwa pendidikan memiliki perspektif kesejarahan.
Landasan psikologis
Kegiatan pendidikan melibatkan aspek kejiwaan manusia, hal ini berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan manusia. Contoh dalam proses belajar mengajar: bakat, minat, kecerdasan dan lain-lain. Sedangkan aspek dalam perkembangan kepribadian peserta didik meliputi perkembangan kognitif, perkembangan moral, inteligensi, dan teori belajar.
Landasan ilmiah, teknologi dan seni (IPTEKS)
IPTEKS sangat erat kaitannya dengan pendidikan, salah satunya sebagai materi dalam pembelajaran. Selain itu perkembangan IPTEKS diakomodasi oleh pendidikan namun sisi lain pendidikan sangat dipengaruhi oleh IPTEKS. Jadi peran pendidikan dalam pewarisan dan pengembangan IPTEKS sangat penting.
Landasan politik
Politik sebagai cita-cita harus diperjuangkan melalui pendidikan, dengan tujuan cita-cita suatu bangsa dapat tercapai. Caranya dengan menanamkan pengertian, peranan kekuasaan, hak dan kewajiban, ideologi serta aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara. Demikian juga dalam pendidikan yang termuat pada materi kewarganegaraan, hal ini menandakan bahwa di dalam pendidikan terdapat landasan politik.
Landasan ekonomi
Dengan pendidikan manusia menjadi terdidik sehingga dapat menjadi modal (manusia atau bagi pembangunan). Peran pendidikan untuk menumbuhkan perekonomian sehingga menjadi signifikan jika diikuti dengan teknologi yang memadai.
Landasan hukum atau yuridis
Landasan ini berfungsi supaya pendidikan tidak melenceng dari keinginan masyarakat. Di Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-undangan yang bertingkat mulai dari UUD 1945, UU, PP, ketetapan sampai keputusan. Semuanya mengandung hukum yang harus dipatuhi dan ditaati. Pendidikan menurut UUD 1945 pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Jadi pendidikan menggunakan landasan yuridis atau legal.
Asas-asas Pendidikan
Pengertian Asas Pendidikan
Asas pendidikan adalah prinsip atau kebenaran yang menjadi tumpuan berfikir, baik pada perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Dirto hadisusanto menjelaskan Asas atau prinsip pendidikan adalah ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman atau pegangan dalam melaksanakan pendidikan agar tujuannya tercapai dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Macam-macam asas pendidikan
Asas pendidikan akan memberi corak khusus pada penyelenggaraan pendidikan, sehingga akan mempengaruhi pada hasil pendidikan bagi suatu masyarakat. Komisi pembaharuan pendidikan menyusun asas pendidikan menjadi 14 macam, dengan penjelasan sebagai berikut:
Asas tut wuri handayani
Asas ini merupakan inti dari sistem pamong dan perguruan tinggi. Pertama kali asas tut wuri handayani disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, kemudian mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P Sastrokartono dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yaitu ing ngarsa sung tulada dan ing madya mangun karsa. Ketiga semboyan telah menjadi satu kesatuan asas yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Sebagai pendidik kita harus di depan sebagai memberi contoh atau teladan yang baik kepada muridnya, di tengah memberi pengaruh yang baik, dan di belakang dorongan atau motivasi.
Asas pendidikan sepanjang hayat atau seumur hidup (life long education)
Maksud dari asas pendidikan sepanjang hayat atau seumur hidup adalah bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati. Begitu juga dalam proses belajar mengajar di sekolah mempunyai dua misi yaitu memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efisien serta efektif dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat atau seumur hidup. Karena pendidikan bukanlah proses pembentukan tapi proses menjadi manusia yang berpribadi dan berkarakter. Sehingga perancangan dan implementasi kurikulum harus memperhatikan kedua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.
Kedua dimensi tersebut akan mendekatkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya. Kemampuan dan kemauan ini akan memberikan peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Sehingga masyarakat yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society).
Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu
Semesta artinya pendidikan terbuka bagi seluruh rakyat dan seluruh wilayah Negara, menyeluruh artinya mencakup semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Terpadu artinya saling berkaitan antara pendidikan dengan pembangunan nasional.
Asas manfaat
Pendidikan harus mengingat kemanfaatannya bagi masa depan peserta didik, bagi masyarakat, bangsa, Negara dan agama.
Asas usaha bersama
Pendidikan menekankan kebersamaan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Asas demokratis
Bahwa pendidikan harus dilaksanakan dalam suasana dan hubungan proposional antara pendidik dengan peserta didik, ada keseimbangan antara hak dan kewajiban pada masing-masing.
Asas adil dan merata
Maksudnya bahwa semua kepentingan berbagai pihak harus mendapat perhatian dan perlakuan yang seimbang sehingga tidak ada diskriminasi.
Asas perikehidupan dalam keseimbangan
Maksudnya mempertimbangkan segala segi kehidupan manusia, contohnya: jasmani rokhani, dunia akherat, individual dan sosial, intelektual, kesehatan, keindahan dan sebagainya.
Asas kesadaran hukum
Pendidikan harus sadar dan taat pada aturan yang berlaku serta menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
Asas kepercayaan pada diri sendiri
Pendidik dan peserta didik harus memiliki kepercayaan diri sehingga tidak ragu dan setengah-setengah dalam melaksanakan pendidikan.
Asas efisiensi dan efektivitas
Pendidikan dituntut kehematan dan hasil guna yang tinggi.
Asas mobilitas
Dalam pendidikan harus ditumbuhkan keaktifan, kreativitas, inisiatif, keterampilan, kelincahan dan lain-lain.
Asas fleksibilitas
Dalam pendidikan harus diciptakan keluwesan (fleksibel) baik dalam materi maupun caranya, sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat.
Asas kemandirian dalam belajar
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator disamping perannya sebagai informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sumber belajar. Sedangkan motivator guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar. Oleh karena itu pengembangan kemandirian dalam belajar sahrusnya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat hasil akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu jika terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya terlambat untuk memperbaikinya. Keadaan kenyataan seperti ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
Landasan-landasan itu adalah:
Landasan religius
Landasan filosofis
Landasan sosiologis
Landasan historis
Landasan psikologis
Landasan ilmiah, teknologi dan seni (IPTEKS)
Landasan politik
Landasan ekonomi
Landasan yuridis/hukum
Sedangkan asas-asas pendidikan antara lain:
Asas tut wuri handayani
Asas pendidikan sepanjang hayat atau seumur hidup (lifelong education)
Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu
Asas manfaat
Asas usaha bersama
Asas demokratis
Asas adil dan merata
Asas perikehidupan dalam keseimbangan
Asas kesadaran hukum
Asas kepercayaan pada diri sendiri
Asas efisiensi dan efektivitas
Asas mobilitas
Asas fleksibilitas
Asas kemandirian dalam belajar
DAFTAR PUSTAKA
Djatun, Rachmat, dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surakarta: Yuma Pustaka.
Kadir, Abdul, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siswoyo, Dwi, dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sukardjo, M. 2012. Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Sulityono, T, dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Syaripudin, Tatang. 2012. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Post a Comment