BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan
berperan strategis dalam pengembangan budaya. Akan menjadi apa sebuah bangsa
sangat tergantung pada pendidikan yang mereka lakukan. Pendidikan
merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala
aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan nilai-nilai budaya bagi
kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan merupakan produk budaya dan
sebaliknya budaya merupakan produk pendidikan. Pendidikan secara praktis tak
dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan
kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan
cara pendidikan.
Pendidikan dan
kebudayaan adalah dua kata saling berhubungan erat. Bahkan keduanya tidak dapat
dipisahkan, karena keduanya merupakan entitas yang saling mencakupi. Pendidikan
itu sendiri adalah kebudayaan. Karena pendidikan adalah kerjanya manusia.
Kegiatan pendidikan merupakan proses pembudayaan, artinya pendidikan membuat
manusia menjadi berbudaya. Kebudayaan merupakan salah satu landasan bagi
pendidikan, karena di dalamnya terkandung nilai nilai kehidupan dan menjadi
pedoman hidup masyarakat dimana pendidikan itu berlangsung.
Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan
kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita bisa mentransfer
kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya. Dan juga kita
sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang
lebih baik ke depannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun harus
lebih baik lagi.
Rumusan Masalah
Apa pengertian Pendidikan?
Apa pengertian Kebudayaan?
Apa hubungan antara Kebudayaan dengan Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Pendidikan
Secara ontologis, sasaran obyek pendidikan adalah manusia. Karena
Manusia mengandung banyak aspek dan sifatnya yang kompleks, karena sifatnya
yang kompleks itu, maka tidak ada sebuah batasan yang cukup memadai untuk
menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan pendidikan yang dirumuskan
oleh para ahli sangat beraneka ragam, dan kandungannyapun berbeda. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan atau karena falsafah yang melandasi luasnya aspek yang dibina
oleh pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan adalah
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan
itu mengandung pengertian:
Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang
berlaku dalam masyarakatnya
Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya
yang terkenal Cultural History of Western Education bahwa: Pendidikan adalah
kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat
diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan tidak
hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan
saja, namun diperluas, sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan,
kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan
sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan
kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang
mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan.
Dalam pengertian
yang sederhana atau umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan adalah suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban
manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang di
dalam suatu masyarakat. Inilah pendidikan suatu proses pembudaya.
Menurut
Horton dan Hunt, pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata yaitu:
Mempersiapkan
anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan
bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Melestarikan
kebudayaan.
Menanamkan
keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Konsep
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Menurut E.B. Tylor
dalam H. Abu Ahmadi (2004) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Menurut Selo
Soemardjan dan Soekiman Soemardi (dalam H. Abu Ahmadi, 2004) kebudayaan sebagai
semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabdikan untuk keperluan masyarakat. Manusia
sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis, manusia terus berevolusi
meningkatkan kualitas hidup yang semakin maju.
Dapat disimpulkan
bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989) menyebutkan ada enam fungsi utama
kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:
Penerus keturunan dan pengasuh anak
Pengembangan kehidupan berekonomi
Transmisi budaya
Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pengendalian sosial
Rekreasi
Kneller (Imran Manan, 1989)
menyebutkan tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan, yaitu:
Originasi atau penemuan-penemuan baru
Difusi atau pencampuran budaya baru dengan budaya lama
Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman
Pendidikan dalam Perspektif
Kebudayaan
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan
merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari
sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai
budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut
tetap terpelihara. Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan
sangat erat hubungannya karena keduanya
berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Pendidikan dapat
dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai
upaya yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya
pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan
proses budaya dimana generasi manusia berturut-turut mengambil peran sehingga
menghasilkan peradaban masa lampau dan mengambil peran di masa kini serta mampu
menciptakan peradaban di masa depan.
Hasil kebudayaan
juga ditransmisikan dari generasi tua kepada generasi muda. Selain kebudayaan
yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan tetapi juga ada perubahan-perubahan
sesuai dengan kondisi baru, sehingga terbentuklah pola tingkah laku baru,
nilai-nilai dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat. Dengan pendidikan kebudayaan dapat diwariskan, dan dengan
pendidikan kebudayaan dapat diperbaharui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan
masyarakat.
Dengan kata lain
pendidikan memiliki tiga peran yaitu sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran,
dan sebagai pemberi kontribusi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan
sebagai aset untuk pemeliharaan masa lampau, penguatan individu dan masyarakat
sekarang serta sebagai penyiapan manusia untuk berperan pada masa yang akan datang.
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan baik, pantas
untuk dilestarikan, maka sekolah perlu untuk memelihara dan melestarikannya,
sedangkan budaya yang tidak perlu seperti egosentris (mementingkan diri
sendiri) harus dikurangi.
Pendidikan sebagai
proses upaya pemeliharaan dan berperan dalam membangun peradaban dan pendidikan
tidak terbatas pada benda-benda yang tampak seperti bangunan fisik melainkan
meliputi gagasan, perasaan, kebiasaan, peran dan kehidupan masa sekarang juga tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan
peradaban manusia merupakan tugas tanpa akhir.
Pada hakikatnya
manusia sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan
setempat. Salah satu cara menjaga kebudayaan adalah melalui pengajaran. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai,
pelestari, dan sekaligus pengembangan kebudayaan.
Lebih lanjut
secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan bagian dari kebudayaan.
Pendidikan itu merupakan bagian integral dari kebudayaan. Dari uraian di atas
dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan nasional Indonesia berkaitan erat
dengan kebudayaan, sebab pendidikan nasional berakar pada kebudayaan Indonesia.
Ciri khusus agar
pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah :
Peningkatan mutu pendidikan
Agar
peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain:
Tujuan;
baik tujuan institusional, tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional
dirumuskan secara jelas, tepat, berdasarkan kompetensi.
Materi
pelajaran; berbentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan, sesuai kebutuhan untuk
mencapai kompetensi, dan isi. Materi pelajaran disusun sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan. Organisasi materi harus dapat memberi kesempatan menganalisis,
menyimpulkan, berbuat sesuatu, dan
mengerjakan sesuatu.
Metode
pengajaran bervariasi; dapat meningkatkan siswa untuk berdis-kusi, berlatih,
berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri, belajar bekerja sama.
Kemampuan
yang telah dimiliki siswa (entry behavior)
diperhatikan. Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
Fasilitas
dan perlengkapan yang memadai; sehingga dapat mendukung terjadinya proses
belajar mengajar yang optimal.
Menciptakan masyarakat belajar
Pendidikan
hendaknya menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu ingin tahu dan agar
tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika
sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah dapat
menjadi pusat kebudayaan.
Membentuk manusia Indonesia seutuhnya
Menurut
UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 adalah: (1) Manusia yang beriman, (2)
Memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3) Memiliki kesehatan jasmani dan
rohani, (4) Kepribadian yang matap dan mandiri, (5) serta memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan merupakan sarana untuk
membudayakan anak. Hal ini tercermin dari fungsi sekolah adalah
mentransformasikan nilai budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Lebih
lanjut hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan hubungan transformatif.
Dalam arti positif pendidikan dapat dipandang sebagai kegiatan inovasi. Melalui
pendidikan di sekolah, pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar
sekolah dapat dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk
pembudayaan.
Peranan
sekolah dalam hal kebudayaan, yaitu:
Peranan sekolah sebagai
pewaris
Kebudayaan tidak
dengan sendirinya dimiliki anak didik tanpa diajarkan (ditransmisikan) kepada
anak/dipelajari terlebih dahulu.
Peranan sekolah sebagai
pemelihara
Nilai-nilai budaya
yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka sekolah perlu memelihara,
sedang budaya yang tidak perlu seperti egosentris (mementingkan diri sendiri)
harus bisa dikurangi.
Peranan sekolah sebagai
pembaharu kebudayaan
Budaya yang tidak
sesuai dengan kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan
kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga timbul budaya-budaya baru
di kemudian hari.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pendidikan bukan
hanya menjadikan manusia itu berbeda dengan binatang yang dapat makan, minum,
berpakaian dan mempunyai tempat tinggal, tetapi juga merupakan suatu proses
humanisasi atau proses pemanusiaan seseorang. Hal ini berarti bahwa inti
pendidikan ialah memiliki dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku
di dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai tersebut hidup dan
berkembang, dikembangkan di lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbudaya.
Orientasi kebudayaan tersebut merupakan tuntutan kehidupan masa depan termasuk
kehidupan global.
Pendidikan
merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan pendidikan kebudayaan dapat
diwariskan, dan dengan pendidikan kebudayaan dapat diperbaharui sesuai dengan
kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Tanpa proses
pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Melalui
pendidikan, kepribadian seseorang itu dibentuk dan dikembangkan. Individu yang
dididik melalui pendidikan merupakan kreator dan sekaligus sebagai manipulator
dari kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun
kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian kepribadian. Sebaliknya
kebudayaan akan sangat diperlukan upaya pembentukan kepribdian. Kesenian
misalnya, sebagai aspek kebudayaan, sangat besar peranannya dalam pengembangan
kepribadian seseorang, dan karena itu sangat penting bagi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html
0 komentar:
Post a Comment