PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam
perkembangan individu ada dua istilah yang sering muncul, pertama adalah
istilah “Perkembangan” dan kedua adalah istilah “Pertumbuhan”. Kedua istilah
tersebut kadang menimbulkan keambiguan bahkan ada yang mengartikan bahwa
perkembangan dan pertumbuhan adalah sama.
Perkembangan
dan pertumbuhan sebenarnya juga memang mempunyai kesamaan yaitu yang berarti
adanya perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan yang
menuju kepada kemajuan-kemajuan. Namun perbedaannya pertumbuhan adalah
perubahan perubahan yang terjadi secara kuantitatif pada aspek jasmani,
biologisanatomis dan fisiologis. Sedangkan per-kembangan adalah perubahan-perubahan yang
bersifat kualitatif pada aspek pematangan fungsi organ individu
Berangkat
dari permasalahan tersebut, khususnya dalam mengkaji tentang perkembangan
individu, tentunya tidak bisa lepas dari tatanan Psikologi, yang mana kemudian
akan berkembang pada turunannya yaitu Psikologi Perkembangan sebagai cabang
dari psikologi sebagai ilmu. Dan jika juga perlu dikaitkan dengan pendidikan,
maka nantinya seyogyanya juga menelusuri manfaat psikologi khususnya psikologi
perkembangan dalam dunia pendidikan itu sendiri.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah pendidikan menurut prespektif
psikologi perkembangan?
2. Bagaimanakah pendidikan menurut prespektif
psikologi belajar?
3. Bagaimanakah pendidikan menurut prespektif
psikologi sosial?
4. Bagaimanakah yang dimaksud kesiapan belajar
dan aspek-aspek individu?
5. Bagaimanakah implikasi konsep pendidikan di
lapangan?
PEMBAHASAN
A. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Ada tiga teori tentang perkembangan. Teori
pendekatan yang di maksud yaitu:
Pendekatan pentahapan. Perkembangan
individu melalui tahapan tahapan tertentu. Setiap tahap mempuntai ciri khusus
yang berbeda dari tiap tahap sebelumnya.
Pendekatan diferensial.Pendekatan ini
memandang tiap individu mempunyai kesamaan dan perbedaan, maka lahirlah
kelompok-kelompok manusia. Misalnya kelompok berdasarkan jenis kelamin,
intelek, bakat, ras, agama, status sosial, ekonomi.
Pendekatan ipsatif atau pendekatan
individual. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik berdasarkan
individual.
Dari ketiga pendekatan ini yang sering dipakai
adalah pendekatan pentahapan karena mencakup segala aspek perkembangan sebagai
faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap perkembangan.Menurut Crijns
(tt) tahap perkembangan manusia secara umum adalah:
Umur 0 – 2 tahun disebut bayi. Pada
perkembangan ini bayi banyak memanfaatkan waktunya untuk tidur, memandang,
mendengarkan, belajar merangkak dan berbicara
Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak.
Perkembangannya anak sudah bisa berjalan, menyebutkan beberapa nama benda, suka
mengkhayal. Bersifat egosentris karena menurutmereka semua benda yang ada di
sekelilingny adalah hanya untuk mereka.
Umur 5 – 8 tahun disebutmasa dongeng.Pada
saat ini anak suka bermain dengan teman dan bersifat kontruktif. Kesadaran akan
dunia sesungguhnya mulai muncul namun masih dipengaruhi oleh subjektifitasnya
sendiri sehingga suka pada dongeng.
Umur 9 – 14 tahun. Masa ini adalah masa
petualang, masa ingin mengetahui segala sesuatau secara mendalam.
Umur 13 tahun disebut masa pubertas
pendahuluan, mulai suka bersolek, melamun, suka menyendiri dan enggan berolah
raga.
Umur 14 – 18 tahun, masa puber. Mereka menenui
nilai-nilai hidup tapi juga beralih ke nilai hidup yang lain. Hal ini merupakan
periode pembentukan cita.
Umur 19 – 21 tahun, disebut masa adolesen,
masa ini mulai menemui keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu
dengan nilai yang sudah dipastikan.
Umur 21 tahun ke atas disebutmasa dewasa. Mereka mulai berhati-hati
dalam melakukan aktifitasnya.
Havinghust menyusun fase-fase perkembangan
sebagai berikut :
Tugas perkembangan masa kanak-kanak:
Belajar berbicara, berjalan, mengendalikan gerakan tubuh, mengendalikandiri
secara emosional kepada orang lain, belajar membedakan yang benar dan yang
salah.
Tugas perkembangan masa anak: Belajar
kemampuan fisik untuk kepentingan bermain, membentuk sikap diri, belajar
membeca, menulis, berhitung, membentuk kata hati,moral dan nilai serta membuat
kebebasan diri.
Tugas perkembangan masa remaja:
mengembangkan konsep yang diperlukan menjadi warga negara yang baik, mulai
memiliki tanggung jawab, mulai menggunakan etika dan norma untuk pedoman
berperilaku.
Tugas perkembangan masa dewasa wal: mulai
mengenal pasangan hidup, berkeluarga dan menjaga kerukunan dalam keluarga.
Bertanggung jawab terhadap kebahagiaan keluarga.
Tugas perkembangan masa setengah baya:
bertanggung jawab ssial, membibing anak dan keluarga agar menjadi lebih baik,
menjadi pribadi yang lebih arif, menerima serta menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisik diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan pertanbahan umur.
Tugas perkembangan orang tua: mulai
menyesuaikan diri dengan kondisi fisik yang dialami sebagai manusia lanjut
usia, contohnya perubahan fisik, perubahan lingkunagn atau ekonomi karena
mengalami masa pensiun.
Tugas yang harus dijalankan atau
diselesaikan oleh setiap individu, memberi kemudahan pada para pendidik pada
tiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:
Menentukan arah pendidikan
Menentukan metode atau model belajar anak
agar merek mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok
dengan tugas perkembangan itu.
Menurut Piaget ada empat tingkat
perkembangan kognisi, ( Mulyani 1988, Nana Syaodih, 1988 dan Callahan, 1983).
Yaitu:
Periode sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun
Periode praoperasional umur 2 – 7 tahun
Periode operasi konkret umur 7 – 11 tahun
Periode operasi formal umur 11 – 15 tahun
Teori ini bermanfaat bagi pendidikan dalam
mengorganisasi materi pelajaran dan proses belajar terutama yang berkaitan
dengan upaya pengembangan kognisi anak-anak. Konsep ini ada pertaliannya dengan
perkembangan kognisi menurut Bruner sebagai berikut, (toeti Soekamto, 1994).
Tahap enaktif, anak melakukan aktifitas
dalam upaya memahami lingkungan.
Tahap ikonik, anak memahami dunia melalui
gambaran-gambaran dan visualisasi verbal.
Tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan
abtrak yang banyak dipengaruhi oleh gagasan dan logika
Konsep perkembangan yang terakhir berasal
dari Gagne yang disebut perkembangan kemampuan belajar. Perkembangan itu
sebagai berikut, (McNeil, 1977).
Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan
stimuli yang mirip, misalnya huruf b
dengan d.
Belajar konsep, yaitu belajar embuat respon
sederhana, seperti huruf hidup, huruf mati, dan sebagainya.
Belajar prinsip, yaitu mempelajarai
prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep
Pemecahan masalah, yaitu belajar
mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru.
Pembahasan tentang psikologi perkembangan
ini yang mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi dan kemampuan
belajar atau dapat di singkat menjadi teori perkembangan umum, kognisi dan
afeksi, memberi petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dalam
mengoperasionalkan pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham terhadap
tahap-tahap perkembangan agar dapat membantu perkembangananak-anak secara
optimal pada segala jenjang dan tingkat sekolah.
PSIKOLOGI BELAJAR
Belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh
obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta
mampu mengkomnikasikannya pada orang lain.Ada sejumlah prinsip belajar menurut
Gagne (1979) yaitu:
Kogniguitas, memberikan situasi atau materi
yang mirip harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan beberapa kali
secara berturut-turt.
Pengulangan, situasi dan respon anak
diulang-ulng atau dipraktikan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di
ingat.
Penguatan, respon yang benar misalnya
diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.
Motifasi positif atau pecaya diri dalam
belajar.
Tersedia materi peajaran yang lengkap untuk
memancing ktifitas anak-anak.
Ada upaya membangkitkan keterampilan
intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan
anak-anak dalam belajar.
Aspek-aspek jiwa anak harus dipengaruhi
oleh faktor-faktor dalam pengajaran.
Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai
faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah faktor
intern. Faktor ekstern lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik, sedangkan
faktor intern dikembangkan sendiri oleh anak-anak di bawah arahan dan strategi
mengajar atau pendidik.
Pembahasan selanjutnya adalah teori
belajar. Ada sejumlah teori belajar yang bila dimuat secara sistematik sebagai
berikut: (Callahan, 1983, nana Syaodih, 1988, dan Toeti Soekamto, 1994).
Teori belajar klasik meliputi : disiplin
mental theistik, disiplin mental humanistik, naturalis atau aktualisasi diri,
apersepsi
Teori belajar modern meliputi:
asosiasi,pengkondisian intrumental, pengkondisian operan, penguatan, kognisi,
belajar bermakna, lapangan, tanda, fenomenologi
Teori belajar diatas di bagi dalam dua
kelompok, yaitu behavior mencakup poin a sampai d, dan kognisi mencakup poin e
sampai dengan j.Sedangkan langkah-langkah belajar menurut Herbar adalah sebagai
berikut:
Pendidik harus mengdakan persiapan dengan
cermat.
Pendidikan dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga anak-anak merasa jelas menerima pelajaran.
Asosiasi-asosiasi baru terbentuk antara
materi yang dipelajari dengan struktur jiwa atau appersepsianak yang telah ada.
Mengadakan generalisasi. Pada saat ini
terbentuklah suatu struktur baru dalam jiwa anak.
Mengaplikasi pengetahuan yang baru di dapat
agar struktur terbentuk semakin kuat.
Berkaitan dengan teori belajar, Thorndike
mencetuskan tiga hukum belajar yaitu:
Hukum kesiapan, artinya semkin siap anak
itu maka semakin mudah terbentuk hubungan antara stimulus dan respon.
Hukum latihan atau pengulangan, artinya
hubungan stimulus dan respon akan terbentuk jika hubungan itu sering
diulang-ulang atau sering di latih.
Hukum dampak. Artinya hubungan antara
stimulus dan respon akan terjadi bila hubungan itu memberikan dampak yang
menyenangkan.
Manfaat
Psikologi Perkembangan dalam Dunia Pendidikan
Berikut ini
akan dikemukakan manfaat mempelajari psikologi perkembangan dalam dunia
pendidikan:
Dengan
mempelajari psikologi perkembangan, Tenaga Pendidik (Guru) akan mengetahui
fakta-fakta dan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku manusia pada umumnya dan
peserta didik pada khususnya.
Dengan mempelajari psikologi perkembangan,
sedikit banyak Tenaga Pendidik akan mengetahui kehidupan jiwanya sendiri, baik
segi pengenalan, perasaan, kehendak maupun tingkah laku lainnya. Sehingga orang
dapat menilai dirinya sendiri. Karena pengenalan dan pemahaman terhadap
kehidupan jiwa sendiri merupakan bahan yang sangat penting untuk dapat memahami
kehidupan jiwa orang lain atau peserta didik.
Dengan
bekal pengetahuan psikologi perkembangan juga dapat dipakai sebagai bahan untuk
menilai tingkah laku normal, sehingga dapat mengetahui apakah tingkah laku
seseorang/peserta didik itu sesuai atau tidak dengan tingkat kewajarannya,
termasuk tingkat kenormalan tingkah laku kita sendiri.
Dengan
menguasai psikologi perkembangan, Tenaga Pendidik dapat memilih dan memberikan
materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada
tiap tingkat perkembangan tertentu.
Dengan
menguasai psikologi perkembangan, Tenaga Pendidik juga dapat memilih metode
pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan
pemahaman murid-murid mereka.
C. PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi sosial adalah psikologi yang
mempelajari psikologi sesorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri
psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap
individu dan antarindividu (Hollander, 1981). Pada psikologi sosial akan
dibahas beberapa konsep psikologi sosial, seperti pembentukan kesan pertama,
persepsi diri, sikap, motivasi, keintiman hubungan, perilaku agresif,
kesepakatan, perbedaan kemampuan dan sifat, serta peranan pemimpin.
Pembentukan kesan pertama terhadap orang
lain memiliki tiga kunci utama, yaitu:
Kepribadian orang yang diamati.
Perilaku orang yang diamati.
Latar belakang situasi.
Dalam dunia pendidikan, hal ini perlu
diperhatikan. Para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama yang
positif dan tetap positif untuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku
pendidik seperti ini sangat penting artinya bagi kemauan dan semangat belajar
anak-anak.
Persepsi diri sendiri berkaitan dengan
sikap dan perasaan, sikap adalah keadaan internal individu yang mempengaruhi
tindakannya terhadap objek, orang, atau kejadian (Gagne, 1979). Selain secara
alami, sikap juga dapat tmbul dalam dua metode, yaitu (1) dengan metode
langsung seperti pengkondisian dan penguatan, manakala sukses dalam kegiatan
tertentu, maka akan bersikap positif terhadap kegiatan itu, (2) dengan metode
tidak langsung seperti dengan melihat dan mempelajari sikap tokoh tertentu,
misalnya dengan buku bacaan, televisi, atau melihat langsung. Metode kedua ini
sangat penting dilakukan oleh pendidik, sangat mudah, dan etika pendidik
mewajibkan hal itu, yaitu dengan membuat diri pendidik itu sendiri menjadi
tokoh yang patut ditiru. Sementara itu secara tradisi perasaan bersumber dari
kondisi fisik, mental, sebab-sebab dari luar manusia itu sendiri, dan juga
label-label kognisi, seperti marah, bahagia, dan sebagainya.
Sikap dan perasaan yang keduanya bertalian
dengan lingkungan, mempengaruhi konsep diri seseorang. Oleh sebab itu pendidik
harus memperhatikan proses pendidikan agar dapat memunculkan konsep diri yang
positif.
Motivasi juga merupakan salah satu aspek
psikologi sosial, oleh sebab itu pedidik punya kewajiban untuk menggali
motivasi anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di
sekolah. Menurut Klinger (Savage, 1991) faktor-faktor yang mempengaruhi
psikologi adalah:
Minat dan kebutuhan individu
Persepsi kesulitan akan tugas-tugas
Harapan untuk sukses
Konsep selanjutnya adalah keintiman
hubungan atau atau disebut juga penetrasi sosial, bahwa terjadi perilaku
antarpribadi yang diikuti oleh perasaan subjektif. Proses pemdidikan juga
membutuhkan penetrasi sosial, dalam proses belajar bersama misalnya, tanpa
keintiman persahabatan mereka akan sulit menciptakan proses belajar yang
kondusif. Dalam pembimbingan terhadap anak-anak yang lemah baik oleh guru atau
tutor sebaya membutuhkan suatu keintiman, juga dalam proses konseling butuh
keakraban antara konselor dengan kliennya. Dalam keluarga juga perlu ada
hubungan yang intim antara orang tua dan anak, juga antar anak-anak itu sendiri
agar proses pendidikan bisa berjalan dengan baik.
Perilaku yang bertentangan dengan hubungan
intim adalah perilaku agresif. Ada tiga kategori agresif menurut (Freedman,
1981) yaitu:
Agresif anti sosial
Agresif pro sosial
Agresif sanksi
Jadi perilaku agresif mana yang akan muncul
pada seseorang tergantung pada watak seseorang dan situasi yang dihadapi. Ada
tiga faktor yang menyebabkan perilaku agresif, yaitu:
Watak berkelahi
Gangguan atau serangan dari pihak lain
Putus asa atau tidak mampu mencapai suatu
tujuan
Cara untuk mengurangi agresif antara lain
(1) dengan katarsis yaitu penyaluran ketegangan psikis ke arah
aktivitas-aktivitas positif, (2) dengan belajar secara perlahan-lahan
menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.
Konsep berikutnya adalah altruisme atau
kasih sayang. Perilaku ini berbentuk memberi pertolongan kepada orang lain
tanpa mengharapkan balasan. Para pendidik perlu belajar dan menanamkan kasih
sayag itu dalam dirinya untuk disebarkan dalam proses pendidikan. Inilah yang
dimaksud mengabdi kepada sang anak dalam pendidikan.
Kesepakan atau kepatuhan juga merupakan
faktor penting dalam proses pendidikan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
kesepakatan, yaitu:
Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan
kesatuan
Perasaan takut akan disisihkan oleh
teman-teman
Keintiman anggota-anggota kelompok
Besarnya kelompok, iyalah kelompok yang
tidak terlalu besar
Tingkat keahlian anggota kelompok, makin
ahli dan makin homogen makin mudah mendapatkan kesepakatan
Kepercayaan diri masing-masing anggota
Keakraban dan perbaruan anggota-anggota
kelompok
Komitmen masing-masing anggota kelompok
Kesepakatan tentang prinsip dan model
pendidikan yang akan dilaksanakan di sekolah akan memperlancar proses belajar
itu sendiri. Jadi, kesepakatan para personalia pendidikan sangat mendukung
kelancaran pendidikan itu.
Lebih lanjut pendidikan tidak boleh
mengesampingkan kemungkinan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku
seseorang. Menyadari perbedaan kemampuan dan sifat-sifat antara anak laki-laki
dengan perempuan, pendidik dalam membina anak-anak harus dapat mengatur
strategi dan metode belajar mengajar agar sesuai dengan kemampuan dan
sifat-sifat kedua jenis kelamin ini.
Kepemimpinan juga dibutuhkan dalam
pendidikan, baik dikalangan para pendidik, dikalangan anak-anak maupun dalam
proses pendidikan itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar misalnya, guru
adalah seorang pemimpin kelas, dan beberapa anak juga menjadi pemimpin kelompok
belajarnya masing-masing. Baik buruknya proses belajar banyak ditentukan oleh
kualitas pemimpinnya. Di sini juga terkandung makna bahwa tugas guru untuk
membina anak-anak agar menjadi pemimpin-pemimpin yang baik.
D. KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK
INDIVIDU
Kesipan belajar secara umum adalah
kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia
temukan. Kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas
berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru.
Kemampuan-kemampuan ini bergantung pada tingkat kematangan intelektual.
Sedangkan kesipan afeksi bergantung pada kekuatan motif atau kebutuhan
berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situasional yang
mungkin dapat membangunkan motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk
berprestasi adalah mengejar kompetensi, usaha mengaktualisasi diri, dan usaha
berprestasi.
Selain memahami kesiapan belajar pendidik
juga perlau memahami aspek-aspek individu. Aspek-aspek individu yang akan
dikembangkan adalah sebagai berikut:
Rohani
Umum
Agamis
Perasaan
Kemauan
Pikiran
Sosial
Kemasyarakatan
Cinta tanah air
Jasmani
Keterampilan
Kesehatan
Keindahan tubuh
Kesembilan aspek tersebut semula merupakan
potensi-potensi belaka. Dengan bantuan pendidikan diharapkan aspek-aspek pada
individu itu dapat bekembang dan berbentuk sebagaimana mestinya secara wajar.
Individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang
seutuhnya dan diwarnai oleh sila-sila pancasila. Dikatakan berkembang total ialah
yang memenuhi tiga kriteria, yaitu:
Semua potensi berkembang secara
proporsional atau berimbang dan harmonis
Semua potensi berkembang secara optimal
Semua potensi berkembang secara integratif
E. IMPLIKASI KONSEP PENDIDIKAN
Tinjauan tentang psikologi perkembangan,
psikologi belajar, psikologi sosial, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek
individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan. Implikasinya kepada
konsep pendidikan adalah sebagai berikut:
Psikologi perkembangan yang bersifat umum,
yang berorientasi pada afeksi, dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk pada
pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan mengorganisasi materi
pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan
sukarela.
Psikologi belajar
Yang klasik
Disiplin mental bermanfaat untuk menghafal
perkalian dan melatih soal-soal
Naturalis/aktualisasi diri bermanfaat untuk
pendidikan seumur hidup
Behavioris bermanfaat untuk membentuk
perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat belajar, gemar bernyanyi, dan
sebagainya.
Kognisi cocok untuk mempelajari materi
pelajaran yang lebih rumit, yang membutuhkan pemahaman, untuk ememcahkan
masalah, dan untuk berkreasi menciptakan suatu bentuk atau ide baru.
Psikologi sosial
Persepsi diri. Agar para siswa memiliki
konsep diri yang riil maka pendidik perlu mengembangkan perilaku yang overtpersepsi lingkunagn secara wajar,
dan sikap serta perasaan yang positif.
Pembentukan sikap bisa secara alami,
dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak
yang positif dalam banyak hal.
Motivasi anak juga perlu dikembangkan pada
saat yang memungkinkan melalui:
Pemenuhan minat dan kebutuhannya
Tugas-tugas yang menantang
Menanamkan harapan yang sukses dengan cara
yang sering memberikan pengalaman sukses
Hubungan yang intim diperlukan dalam proses
konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok.
Pengurangan agresif anti sosial dapat
dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain dan
berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
Kepemimpinan sangat besar peranannya dalam
mencapa sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan
kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajar anak-anak
dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik.
Kesembilan aspek individu harus diberi
perhatian yang sama oleh pendidik da dilayani secara berimbang.
Wujud perkembangan total atau berkembang
seutuhnya memenuhi iga kriteria, yaitu:
Semua potensi berkembang secara
proporsional atau berimbang dan harmonis
Semua potensi berkembang secara optimal
Semua potensi berkembang secara integratif
PENUTUP
Simpulan
Pembahasan tentang landasan psikologi ini
yang mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi dan kemampuan belajar
atau dapat di singkat menjadi teori perkembangan umum, kognisi dan afeksi,
psikologi belajar, sosial, aspek-aspek individu dan implikasinya dapat memberi
petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dalam mengoperasionalkan
pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham terhadap tahap-tahap
perkembangan agar dapat membantu perkembangananak-anak secara optimal pada
segala jenjang dan tingkat sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad.
2009. PengantarIlmuPendidikan.
Semarang: Unnes Press.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Rifai, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009.
Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES
PRESS
0 komentar:
Post a Comment