PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Perubahan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensinya pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat. Dengan adanya permasalahan pada sistem pendidikan akan memunculkan masalah sosial masyarakat. Untuk Indonesia pendidikan diharapkan mengusahakan pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri. Landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia. Sebelum kita mempelajari dan mengkaji lebih dalam mengenai pendidikan, maka sebaiknya kita memahami terlebih dahulu mengenai hakikat manusia sebagai sasaran pendidikan, hakikat pendidikan, serta keterkaitan antara manusia dengan pendidikan.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia?
Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
Bagaimana keterkaitan antara hakikat manusia dengan pendidikan?
PEMBAHASAN
Hakikat Manusia
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Oleh karena itu, manusia perlu menyadari eksistensi dan tujuan penciptaannya. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang memungkinkan untuk menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak pada idenya. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera (Munib, 2011: 4).
Adapun terminologi manusia dalam Al Qur’an, terbagi ke dalam empat pengertian; (1) An-Nas, yang berarti manusia ditinjau dari sudut pandang kesusilaan, moralitas, baik dan buruk; (2) Al Insan, yang berkaitan dengan hubungan sosiologis manusia sebagai makhluk sosial (zone politican); (3) Al Basyr, artinya manusia berbeda dengan binatang. Manusia diberi akal yang dapat berpikir sedangkan hewan tidak; (4) Bani Adam, berarti manusia merupakan keturunan Nabi Adam AS.
Dimensi-dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya terbagi menjadi empat yaitu:
Dimensi Keindividualan
Keindividualan seringkali dikaitkan dengan individualitas seseorang. Sementara individualitas pada dasarnya hanyalah sebuah paham. Menurut Mallarangeng (2008: 47) konsepsi terhadap paham penting ini memang sering disalahpahami. Padahal, sebenarnya paham ini sangat sederhana. Ia mengakui fakta yang alamiah bahwa setiap manusia dalam memandang dunia di sekitarnya selalu memakai kacamata atau persepsi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang mencoba melihat dunia ini lewat pikiran dan mata orang lain. Selain karena memang tidak mungkin demikian berdasarkan bangunan fisik manusia. Menurut Langeveld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun di sisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain (pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan (Tirtarahardja, 2005: 18).
Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang memiliki keinginan untuk bertemu dengan sesamanya. Bantuan dari orang lain itu tetap diperlukan pada masa anak, remaja, setelah dewasa, bahkan sampai kepada sisa-sisa usia dalam kehidupan seseorang.
Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam kenyataan hidup ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai, yaitu kesadaran dan pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai.
Manusia memiliki akal yang mampu berpikir untuk mengambil suatu keputusan. Jika manusia tidak mau menggunakan akalnya dengan baik dan benar jelas ia akan tersesat. Oleh karena itu, jika manusia yakin kalau ia bisa menjadi kaya tanpa menghalalkan berbagai cara dan dengan tujuan yang mulia untuk membantu sesama, maka ia boleh menjadi kaya. Namun jika sebaliknya, maka ia boleh menjadi kaya. Namun jika sebaliknya, maka kaya bukanlah sebuah pilihan yang baik. Begitupun dengan pilihan miskin, jika ia miskin dan menyusahkan orang lain maka pilihan miskin pun bukanlah yang terbaik (Bois, 2012: 16).
Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantauan alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Misalnya untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut dilakukan bermacam-macam upacara, menyediakan sesajen-sesajen, dan memberikan korban-korban. Sikap dan kebiasaan yang membudaya pada nenek moyang kita seperti itu dipandang sebagai embrio dari kehidupan manusia dalam beragama.
Hakikat Pendidikan
Batasan Pendidikan
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks., atau karena falsafah yang melandasinya. Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 33) batasan pendidikan terdiri atas:
Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan sebagai Penyimpanan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Konsepsi Pendidikan
Konsep dasar pendidikan
Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia ke tingkat optimal untuk menuju kehidupan yang produktif dan bahagia dalam masyarakat (Lohithakshan, 2002: 67). Menurut GBHN 1973 pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan yaitu:
Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (lifelong education).
Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan, karena pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Pendidikan hanya berlaku bagi manusia
Pendidikan mengandung suatu pengertian yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia. Hanya manusia yang dapat dididik dan mungkin untuk menerima pendidikan, karena manusia memang dilengkapi dengan akal budinya.
Manusia perlu dididik
Ada beberapa asumsi yang memungkinkan manusia perlu mendapatkan pendidikan:
Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.
Manusia lahir tidak langsung dewasa.
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial.
Manusia pada hakikatnya dapat dididik dan dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat.
Tujuan dan Proses Pendidikan
Menurut Munib (2007: 29) tujuan pendidikan merupakan suatu gambaran dari falsafah hidup atau pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun secara kelompok (bangsa dan negara). Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Unsur-Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yang akan diuraikan sebagai berikut:
Subjek yang dibimbing (Peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern ini cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik adalah subjek yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang berkembang.
Individu yang memerlukan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Orang yang Membimbing (Pendidik)
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pimpinan program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/ organisasi.
Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antarpeserta didik dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan.
Materi/isi pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
Konteks yang mempengaruhi pendidikan
Konteks yang mempengaruhi pendidikan meliputi alat dan metode pendidikan serta lingkungan pendidikan.
Asas-Asas Pendidikan Indonesia
Pendidikan nasional adalah suatu sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan mengusahakan perkembangan kehidupan beragama, kehidupan berkepercayaan, nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, daya estetis dan jasmaninya membangun masyarakat serta membudayakan alam sekitar (Munib, 2007: 69).
Pendidikan nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas pelaksanaan sebagai berikut:
Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu yang berarti bahwa pendidikan nasional terbuka bagi setiap manusia indonesia.
Asas pendidikan seumur hidup.
Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Asas pendidika berlangsung dalam linkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara.
Asas Bhineka Tunggal Ika.
Asas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Asas manfaat, adil, dan merata
Asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas yang memungkinkan pengadaan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap manusia Indonesia.
Asas kepastian hukum yang berarti bahwa sistem pendidikan nasional dilaksanakan atas dasar peraturan perundang-undangan.
Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
Manusia mengemban tugas dan mempunyai tujuan untuk menjadi manusia atau bertugas mewujudkan berbagai aspek hakikat manusia. Sampai disini kiranya dapat dipahami bahwa manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia. Adapun untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus dididik. “Man can become man through education only” (Wahyudin, 2008: 1.22).
Manusia merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Dengan mengetahui hakikat manusia yang sebenarnya, sistem pendidikan akan mengalami kesesuaian fungsi sehingga pembiasaan untuk belajar akan berjalan dengan nyaman dan menyenangkan.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat hidup sendiri, memiliki akal dan nilai kesusilaan sehingga berbeda dengan binatang.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk pengembangan potensi manusia ke tingkat optimal untuk menuju kehidupan yang produktif dan berlangsung seumur hidup.
Setiap manusia memerlukan pendidikan untuk bisa dididik.
DAFTAR PUSTAKA
Lohithakshan, P.M. 2002. Dictionary of Education. New Delhi: Printed in India.
Mallarangeng, Rizal. 2008. Dari Langit Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Munib, Ahmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan . Semarang : UNNES Press.
Tirtarahardja, U. Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wagner, Andreas. 2009. Paradoxical Life Meaning, Matter, and the Power of Human Choice. London: Yale University Press.
Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Makalah Wawasan Hakikat Manusia Dan Pendidikan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Perubahan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensinya pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat. Dengan adanya permasalahan pada sistem pendidikan akan memunculkan masalah sosial masyarakat. Untuk Indonesia pendidikan diharapkan mengusahakan pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri. Landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia. Sebelum kita mempelajari dan mengkaji lebih dalam mengenai pendidikan, maka sebaiknya kita memahami terlebih dahulu mengenai hakikat manusia sebagai sasaran pendidikan, hakikat pendidikan, serta keterkaitan antara manusia dengan pendidikan.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia?
Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
Bagaimana keterkaitan antara hakikat manusia dengan pendidikan?
PEMBAHASAN
Hakikat Manusia
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Oleh karena itu, manusia perlu menyadari eksistensi dan tujuan penciptaannya. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang memungkinkan untuk menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak pada idenya. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera (Munib, 2011: 4).
Adapun terminologi manusia dalam Al Qur’an, terbagi ke dalam empat pengertian; (1) An-Nas, yang berarti manusia ditinjau dari sudut pandang kesusilaan, moralitas, baik dan buruk; (2) Al Insan, yang berkaitan dengan hubungan sosiologis manusia sebagai makhluk sosial (zone politican); (3) Al Basyr, artinya manusia berbeda dengan binatang. Manusia diberi akal yang dapat berpikir sedangkan hewan tidak; (4) Bani Adam, berarti manusia merupakan keturunan Nabi Adam AS.
Dimensi-dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya terbagi menjadi empat yaitu:
Dimensi Keindividualan
Keindividualan seringkali dikaitkan dengan individualitas seseorang. Sementara individualitas pada dasarnya hanyalah sebuah paham. Menurut Mallarangeng (2008: 47) konsepsi terhadap paham penting ini memang sering disalahpahami. Padahal, sebenarnya paham ini sangat sederhana. Ia mengakui fakta yang alamiah bahwa setiap manusia dalam memandang dunia di sekitarnya selalu memakai kacamata atau persepsi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang mencoba melihat dunia ini lewat pikiran dan mata orang lain. Selain karena memang tidak mungkin demikian berdasarkan bangunan fisik manusia. Menurut Langeveld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun di sisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain (pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan (Tirtarahardja, 2005: 18).
Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang memiliki keinginan untuk bertemu dengan sesamanya. Bantuan dari orang lain itu tetap diperlukan pada masa anak, remaja, setelah dewasa, bahkan sampai kepada sisa-sisa usia dalam kehidupan seseorang.
Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam kenyataan hidup ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai, yaitu kesadaran dan pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai.
Manusia memiliki akal yang mampu berpikir untuk mengambil suatu keputusan. Jika manusia tidak mau menggunakan akalnya dengan baik dan benar jelas ia akan tersesat. Oleh karena itu, jika manusia yakin kalau ia bisa menjadi kaya tanpa menghalalkan berbagai cara dan dengan tujuan yang mulia untuk membantu sesama, maka ia boleh menjadi kaya. Namun jika sebaliknya, maka ia boleh menjadi kaya. Namun jika sebaliknya, maka kaya bukanlah sebuah pilihan yang baik. Begitupun dengan pilihan miskin, jika ia miskin dan menyusahkan orang lain maka pilihan miskin pun bukanlah yang terbaik (Bois, 2012: 16).
Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantauan alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Misalnya untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut dilakukan bermacam-macam upacara, menyediakan sesajen-sesajen, dan memberikan korban-korban. Sikap dan kebiasaan yang membudaya pada nenek moyang kita seperti itu dipandang sebagai embrio dari kehidupan manusia dalam beragama.
Hakikat Pendidikan
Batasan Pendidikan
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks., atau karena falsafah yang melandasinya. Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 33) batasan pendidikan terdiri atas:
Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan sebagai Penyimpanan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Konsepsi Pendidikan
Konsep dasar pendidikan
Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia ke tingkat optimal untuk menuju kehidupan yang produktif dan bahagia dalam masyarakat (Lohithakshan, 2002: 67). Menurut GBHN 1973 pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan yaitu:
Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (lifelong education).
Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan, karena pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Pendidikan hanya berlaku bagi manusia
Pendidikan mengandung suatu pengertian yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia. Hanya manusia yang dapat dididik dan mungkin untuk menerima pendidikan, karena manusia memang dilengkapi dengan akal budinya.
Manusia perlu dididik
Ada beberapa asumsi yang memungkinkan manusia perlu mendapatkan pendidikan:
Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.
Manusia lahir tidak langsung dewasa.
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial.
Manusia pada hakikatnya dapat dididik dan dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat.
Tujuan dan Proses Pendidikan
Menurut Munib (2007: 29) tujuan pendidikan merupakan suatu gambaran dari falsafah hidup atau pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun secara kelompok (bangsa dan negara). Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Unsur-Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yang akan diuraikan sebagai berikut:
Subjek yang dibimbing (Peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern ini cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik adalah subjek yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang berkembang.
Individu yang memerlukan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Orang yang Membimbing (Pendidik)
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pimpinan program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/ organisasi.
Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antarpeserta didik dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan.
Materi/isi pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
Konteks yang mempengaruhi pendidikan
Konteks yang mempengaruhi pendidikan meliputi alat dan metode pendidikan serta lingkungan pendidikan.
Asas-Asas Pendidikan Indonesia
Pendidikan nasional adalah suatu sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan mengusahakan perkembangan kehidupan beragama, kehidupan berkepercayaan, nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, daya estetis dan jasmaninya membangun masyarakat serta membudayakan alam sekitar (Munib, 2007: 69).
Pendidikan nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas pelaksanaan sebagai berikut:
Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu yang berarti bahwa pendidikan nasional terbuka bagi setiap manusia indonesia.
Asas pendidikan seumur hidup.
Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Asas pendidika berlangsung dalam linkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara.
Asas Bhineka Tunggal Ika.
Asas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Asas manfaat, adil, dan merata
Asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas yang memungkinkan pengadaan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap manusia Indonesia.
Asas kepastian hukum yang berarti bahwa sistem pendidikan nasional dilaksanakan atas dasar peraturan perundang-undangan.
Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
Manusia mengemban tugas dan mempunyai tujuan untuk menjadi manusia atau bertugas mewujudkan berbagai aspek hakikat manusia. Sampai disini kiranya dapat dipahami bahwa manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia. Adapun untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus dididik. “Man can become man through education only” (Wahyudin, 2008: 1.22).
Manusia merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Dengan mengetahui hakikat manusia yang sebenarnya, sistem pendidikan akan mengalami kesesuaian fungsi sehingga pembiasaan untuk belajar akan berjalan dengan nyaman dan menyenangkan.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat hidup sendiri, memiliki akal dan nilai kesusilaan sehingga berbeda dengan binatang.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk pengembangan potensi manusia ke tingkat optimal untuk menuju kehidupan yang produktif dan berlangsung seumur hidup.
Setiap manusia memerlukan pendidikan untuk bisa dididik.
DAFTAR PUSTAKA
Lohithakshan, P.M. 2002. Dictionary of Education. New Delhi: Printed in India.
Mallarangeng, Rizal. 2008. Dari Langit Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Munib, Ahmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan . Semarang : UNNES Press.
Tirtarahardja, U. Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wagner, Andreas. 2009. Paradoxical Life Meaning, Matter, and the Power of Human Choice. London: Yale University Press.
Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
0 komentar:
Post a Comment