PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah suatu kesatuan
bio-psiko-sosio-kultural. Kesatuan bio-psiko hanya dapat berkembang di dalam
konteks sosio-kultural. Pemahaman dan pengetahuan tentang fenomena
sosio-kultural sangat penting untuk memahami proses pendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses pewarisan
nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Hasil budaya
yang berupa tulisan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dalam masyarakat
berbudaya tulis sumber belajar selain tatap muka juga lewat tulisan dan lembaga
pendidikan yang diusahakan secara formal. Proses belajar dapat terjadi di mana
saja sepanjang hayat. Sekolah merupakan contoh tempat belajar. Sekolah
merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan
proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk
pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan
dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan
budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pendidikan dalam perspektif
sosiologis?
Apa sajakah tinjauan pendidikan dalam
perspektif sosiologis?
Apakah yang dimaksud sekolah sebagai sistem
sosial?
Apa sajakah tujuan sekolah sebagai sistem
sosial?
Apakah yang dimaksud sekolah sebagai sistem
kultural?
PEMBAHASAN
Pendidikan dalam Perspektif Sosiologis
Pengertian
pendidikan dalam perspektif sosiologis
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan manusia dalam kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempelajari
hubungan manusia dengan kelompoknya dan keterkaitan susunan unit-unit
masyarakat di suatu wilayah.
Kadir, dkk. (2012) menjelaskan ciri-ciri
sosiologi sebagai berikut:
Empiris, yaitu sosiologi diciptakan dari
kenyataan yang terjadi di lapangan.
Teoretis, yaitu peningkatan fase penciptaan
yang menjadi bagian dari budaya yang bisa disimpan dan dapat diwariskan kepada
generasi muda.
Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan
terus-menerus yang menjadi konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat,
yang membuat teori-teori itu berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
Nonetis, yaitu teori itu menceritakan yang
sebenarnya terjadi di masyarakat beserta individu-individu di dalamnya.
Dalam perspektif sosiologis, pendidikan adalah sebagai suatu gejala sosial. Pendidikan adalah setiap sistem budaya atau instruksi
intelektual yang formal atau semiformal.
Analisis sosiologi dalam pendidikan meliputi
proses interaksi sosial yang terkait dengan aktivitas pendidikan baik dari
lingkup keluarga, kehidupan sosio-kultur masyarakat maupun pada tingkat
nasional. Pendidikan dalam perspektif sosiologi dapat menghasilkan sebuah
gambaran objektif tentang hubungan sosial yang menyusun pendidikan. Segala bentuk wawasan dan pengetahuan sosiologis
untuk membedah tubuh pendidikan menjadi perlu untuk dibahas agar proses-proses
pengajaran sesuai dengan kebutuhan bangsa.
Tinjauan pendidikan dalam perspektif sosiologis
Menurut
Ahmadi dan Nur (2007: 225-230) tinjauan pendidikan dalam perspektif
sosiologis antara lain:
Pendidikan
sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat
Salah
satu tujuan pendidikan yang disebutkan oleh para ahli pendidikan adalah bahwa
mendidik itu bertujuan membimbing anak agar dapat hidup serasi dengan
masyarakat tempat hidupnya.
Di
dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam dan terdapat
norma-norma yang harus dianut oleh seluruh anggota masyarakat. Anak harus
disiapkan agar dengan sukarela dapat menerima ikatan-ikatan dari berbagai norma
tersebut. Apabila anak sanggup melaksanakan norma-norma yang ada di masyarakat,
maka mereka dapat hidup serasi di masyarakat.
Di
dalam masyarakat terdapat individu yang masing-masing mempunyai kepentingan dan
cara hidup sendiri. Apabila tidak berhati-hati, maka kepentingan individu yang
satu akan bertabrakan dengan kepentingan individu yang lain. Pendidikanlah yang
harus bertugas mempersiapkan anak untuk hidup dengan memperhatikan kepentingan
orang lain, sehingga akan tercapai kehidupan yang damai antaranggota
masyarakat.
Pendidikan membina agen pembangunan masyarakat
Cepat
atau lambat, masyarakat akan berubah ke arah kemajuan dalam hal pembangunan.
Perubahan tersebut dilakukan agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan
zaman, sehingga kualitas hidup mereka menjadi lebih baik.
Berkaitan
dengan agen pembangunan, masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:
Masyarakat
yang bersikap statis, yaitu masyarakat yang selalu ingin mempertahankan hal-hal
yang lama. Mereka tidak menginginkan perubahan di dalam masyarakat tempat
hidupnya dan selalu menolak hal-hal yang baru.
Masyarakat
yang bersikap dinamis, yaitu masyarakat yang mau menerima perubahan yang
bersifat positif untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Pendidikan
bertugas untuk mencetak golongan masyarakat yang bersikap dinamis untuk
mempersiapkan anak didik agar dapat menjadi agen pembangunan masyarakat.
Pendidikan dan kesadaran kebangsaan Indonesia
Jika
diteliti di dalam sejarah Indonesia, kesadaran kebangsaan Indonesia mengalami
pasang surut. Hal tersebut berdampak pada persatuan dan kesatuan bangsa.
Apabila kesadaran kebangsaan tinggi, maka akan tercipta persatuan Indonesia.
Sebaliknya, apabila kesadaran kebangsaan rendah, maka kesatuan bangsa Indonesia
terancam bahaya.
Pendidikan
Indonesia harus mengobarkan semangat kebangsaan dan menanamkan kesadaran
kebangsaan kepada anak bangsa. Apabila kesadaran kebangsaan tidak ditumbuhkan,
dipupuk, dan dikembangkan, maka bangsa Indonesia akan terpecah menjadi
bagian-bagian yang kecil.
Pendidikan dan pelestarian pancasila
Pancasila
adalah dasar negara republik Indonesia. Pancasila merupakan jiwa, pribadi, dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pendangan hidup, Pancasila harus
ditanamkan pada generasi muda. Sebagai jiwa dan pribadi, Pancasila harus
dikembangkan pada generasi muda.
Pendidikan
mempunyai peran penting dalam pelestarian Pancasila. Sebab apabila tidak, maka
bangsa Indonesia akan kehilangan jiwa dan pribadinya yang terdapat dalam
Pancasila.
Pendidikan
dan kesejahteraan masyarakat
Tujuan
pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia sosial yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab
tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, setiap manusia Indonesia harus mendapat pendidikan
dan pengajaran untuk menjadi manusia sosial yang cakap, sehingga manusia
Indonesia dapat mencapai kesejahteraannya.
Sekolah sebagai Sistem Sosial
Pengertian sekolah
sebagai sistem sosial
Setiap orang merupakan bagian dari suatu sistem sosial. Sekolah bukanlah
sekadar suatu
perkumpulan yang terdiri dari pelaksana adminsitrasi, guru dan murid dengan
segala sifat dan pembawaan mereka masing-masing. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang di
dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang menentukan apa yang
terjadi di sekolah.
Institusi sosial yang disebut sekolah itu
merupakan suatu masyarakat kecil yang mempunyai kebudayaan tertentu. Kebudayaan
sekolah dan interaksi antar individu yang berada di dalamnya akan melahirkan
suatu sistem sosial yang mengemban tujuan tertentu, dengan gaya kepemimpinan
yang berbeda-beda serta adanya status sosial yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan pendekatan teori fungsi bahwa
sistem sekolah itu tersusun dari berbagai sub sistem atau bagian, yang
masing-masing bagian mempunyai tujuan. Tujuan-tujuan dalam sub sistem tersebut
bergabung, sehingga menjadi satu kesatuan dan atau menjadi satu sistem. Dalam
pelaksanaannya masing-masing sub sistem saling bergantung satu sama lain. Kalau
ada sub sistem yang tidak berfungsi maka akan mengganggu sub sistem yang lain.
Jadi dalam satu sistem masing-masing sub sistem yang ada berfungsi dan
difungsikan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan Tukidjan (2007: 33).
Masing-masing sub sistem memiliki tujuan
yang berbeda. Antara satu dengan yang lain saling mendukung untuk mencapai
tujuan dari sistem. Apabila ada sebagian tidak berfungsi maka akan mengganggu
sistem secara keseluruhan. Dipandang dari sistem yang lebih luas, sistem sosial
sekolah merupakan bagian atau sub sistem. Sebagai sub sistem tidak akan berfungsi
untuk mencapai tujuan tanpa adanya bantuan dari luar seperti pemerintah,
yayasan, organisasi-organisasi lain, perorangan dan sebagainya. Sistem sekolah
yangada di dalamnya (guru, kepalasekolah, pegawai), bangunan, kelas, buku, dan
sub sistem yang lain, semua harus berfungsi dalam pencapaian tujuan yang ingin
dicapai darisistem yang lebih besar.
Tujuan sekolah
sebagai sistem sosial
Tujuan sistem
formal sekolah adalah melayani beberapa tujuan sistem sosial. Ada sekolah yang
menekankan pada ketrampilan, ada yang menekankan pada seni, ada yang menekankan
pada olah raga, ada yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan, dan ada yang menekankan pada pendidikan moral bahkan ada yang
menitik beratkan pada pendidikan agama.
Menurut Tukidjan (2007: 3.5) tujuan sekolah dapat
ditinjau beberapa sudut pandang antara lain:
Tujuan masyarakat
Suatu masyarakat
mempunyai tujuan khusus mengenai sistem pendidikan yang akan dilaksanakan di
sekolah. Setiap masyarakat pada setiap bangsa mempunyai tujuan sistem
pendidikannya. Pada masyarakat yang homogen biasanya konsensus mengetahui
tujuan utama (key goals) yang akan dicapai. Sedangkan pada masyarakat
yang heterogen biasanya mempunyai banyak pilihan tentang tujuan yang akan
dicapai yang berkenaan dengan pendidikan. Tujuan masyarakat ini tidak terlepas
dari tujuan umum yang telah irumuskan dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun
1945. Setiap warga negara dijamin untuk
menikmati pendidikan, agar dapat trampil untuk mengembangkan dirinya menjadi
manusia yang bertanggung jawab atas dirinya dan orang lain.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai harapan agar pendidikan di sekolah dapat
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan pada peserta didik agar dapat
berkembang di masyarakat.
Tujuan sekolah
Masing-masing
sekolah mempunyai tujuan sesuai jenis dan tingkat sekolah. Tujuan sekolah
tercantum dalam kurikulum masing-masing sekolah. Tujuan sekolah dapat dicapai
dengan cara menjabarkan materi-materi yang tercantum dalam kurikulum ke dalam
kegiatan yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan pendidikan sekolah
tidak hanya menguasai bahan pelajaran, tetapi dapat menggunakan apa yang telah
dipelajari untuk belajar sendiri dan membina diri kapanpun dan dimanapun juga
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seumur hidup (PSH) yaitu mencapai
kualitas hidup pribadi, sosial dan profesional.
Tujuan individu
Sekolah sebagai
suatu organisasi yang setiap anggota (individu) di dalamnya mempunyai tujuan
tersendiri. Secara umum sekolah sebagai lembaga mempunyai tujuan kelembagaan
(tujuan institusional), tetapi para siswa sebagai individu mempunyai tujuan
yang bervariasi.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa tujuan individu akan mempengaruhi pelaksanaan sekolah sebagai
suatu organisasi.
Untuk itu, pemerintah
harus memperbaiki mutu sekolah dengan memberikan arahan dan perbaikan kegiatan
belajar mengajar yang didukung oleh tenaga kependidikan yang kompeten dan dapat
memahami tujuan individu yang sedang belajar.
Pendidikan sekolah
bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan
secara optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal dituntut untuk merekam segala
fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah memberikan informasi
dan penjelasan kepada peserta didik terhadap peristiwa sosial di masyarakat.
Sekolah sebagai Sistem Kultural
Kultural atau budaya berasal dari bahasa Latin
yaitu : colere artinya ”mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah
atau bertani. Kebudayaan dibagi
menjadi dua pengertian, yaitu budaya dalam arti sempit dan budaya dalam arti luas. Budaya dalam arti sempit yaitu
kesenian, sedangkan budaya dalam arti luas yaitu
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Menurut Koentjaraningrat (2000: 2) unsur-unsur kebudayaan adalah sebagai berikut:
Sistem religi dan upacara keagamaan.
Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
Sistem pengetahuan
Bahasa
Kesenian
Sistem mata pencaharian hidup.
Sistem teknologi dan peralatan.
Pendidikan sebagai sistem
kultural adalah usaha pembudayaan sekolah sebagai pranata sosial untuk untuk
membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu
komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas
melalui pencapaian akademik siswa.
Proses pembudayaan
terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada
generasi berikutnya, dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui
budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses
enkulturasi, sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi.
Proses pembudayaan
enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya
suatu suku, atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi
dilakukan oleh orang tua, atau orang yang dianggap senior terhadap anak-anak,
atau terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat,
keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya
melalui proses enkulturasi.
Sementara itu, proses
akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Proses
pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal atau proses
akulturasi. Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi
budaya, tetapi juga perubahan budaya. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu
dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi
budaya tersebut.
Misalnya, seseorang
yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan
dari masyarakat di tempat baru tersebut, lalu orang itu akan berbahasa dan
berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Tempat terbaik dan paling efektif untuk mengembangkan
budaya adalah pendidikan, yang terlembaga melalui sistem persekolahan. Sekolah
merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap anak didik, dengan latar
belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling berinteraksi di antara
sesama, saling menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan, dan beradaptasi
sosial.
Dapat disimpulkan, sistem persekolahan mempunyai peran
penting sebagai penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam
suatu tatanan kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan medium
transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga
masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mensejahterakan manusia.
PENUTUP
Simpulan
Pendidikan dalam perspektif sosiologis
dapat menghasilkan sebuah gambaran objektif tentang hubungan sosial yang
menyusun pendidikan. Segala bentuk wawasan dan pengetahuan sosiologis untuk membedah tubuh
pendidikan menjadi perlu untuk dibahas agar proses-proses pengajaran sesuai dengan kebutuhan
bangsa. Tinjauan pendidikan dalam
perspektif sosiologis yaitu pendidikan sebagai persiapan
untuk hidup di masyarakat, pendidikan membina agen
pembangunan masyarakat, pendidikan dan kesadaran
kebangsaan Indonesia, pendidikan dan pelestarian
pancasila, pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat.
Sekolah merupakan suatu sistem
sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang
menentukan apa yang terjadi di sekolah. Tujuan sekolah dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang antara lain tujuan masyarakat, tujuan sekolah, serta tujuan individu. Sekolah sebagai pranata sosial untuk membudayakan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk
mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur
Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tukidjan, Eddy.
2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
DIKTI.
0 komentar:
Post a Comment