Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 23 May 2014

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS DAN SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL DAN KULTURAL


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah suatu kesatuan bio-psiko-sosio-kultural. Kesatuan bio-psiko hanya dapat berkembang di dalam konteks sosio-kultural. Pemahaman dan pengetahuan tentang fenomena sosio-kultural sangat penting untuk memahami proses pendidikan.


Pendidikan adalah suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Hasil budaya yang berupa tulisan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dalam masyarakat berbudaya tulis sumber belajar selain tatap muka juga lewat tulisan dan lembaga pendidikan yang diusahakan secara formal. Proses belajar dapat terjadi di mana saja sepanjang hayat. Sekolah merupakan contoh tempat belajar. Sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah pendidikan dalam perspektif sosiologis?
Apa sajakah tinjauan pendidikan dalam perspektif sosiologis?
Apakah yang dimaksud sekolah sebagai sistem sosial?
Apa sajakah tujuan sekolah sebagai sistem sosial?
Apakah yang dimaksud sekolah sebagai sistem kultural?


PEMBAHASAN
Pendidikan dalam Perspektif Sosiologis
Pengertian pendidikan dalam perspektif sosiologis
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan manusia dalam kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempelajari hubungan manusia dengan kelompoknya dan keterkaitan susunan unit-unit masyarakat di suatu wilayah.

Kadir, dkk. (2012) menjelaskan ciri-ciri sosiologi sebagai berikut:
Empiris, yaitu sosiologi diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
Teoretis, yaitu peningkatan fase penciptaan yang menjadi bagian dari budaya yang bisa disimpan dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus yang menjadi konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
Nonetis, yaitu teori itu menceritakan yang sebenarnya terjadi di masyarakat beserta individu-individu di dalamnya.

Dalam perspektif sosiologis, pendidikan adalah sebagai suatu gejala sosial. Pendidikan adalah setiap sistem budaya atau instruksi intelektual yang formal atau semiformal.
Analisis sosiologi dalam pendidikan meliputi proses interaksi sosial yang terkait dengan aktivitas pendidikan baik dari lingkup keluarga, kehidupan sosio-kultur masyarakat maupun pada tingkat nasional. Pendidikan dalam perspektif sosiologi dapat menghasilkan sebuah gambaran objektif tentang hubungan sosial yang menyusun pendidikan. Segala bentuk wawasan dan pengetahuan sosiologis untuk membedah tubuh pendidikan menjadi perlu untuk dibahas agar proses-proses pengajaran sesuai dengan kebutuhan bangsa.

Tinjauan pendidikan dalam perspektif sosiologis
Menurut Ahmadi dan Nur (2007: 225-230) tinjauan pendidikan dalam perspektif sosiologis antara lain:
Pendidikan sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat
Salah satu tujuan pendidikan yang disebutkan oleh para ahli pendidikan adalah bahwa mendidik itu bertujuan membimbing anak agar dapat hidup serasi dengan masyarakat tempat hidupnya.

Di dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam dan terdapat norma-norma yang harus dianut oleh seluruh anggota masyarakat. Anak harus disiapkan agar dengan sukarela dapat menerima ikatan-ikatan dari berbagai norma tersebut. Apabila anak sanggup melaksanakan norma-norma yang ada di masyarakat, maka mereka dapat hidup serasi di masyarakat.

Di dalam masyarakat terdapat individu yang masing-masing mempunyai kepentingan dan cara hidup sendiri. Apabila tidak berhati-hati, maka kepentingan individu yang satu akan bertabrakan dengan kepentingan individu yang lain. Pendidikanlah yang harus bertugas mempersiapkan anak untuk hidup dengan memperhatikan kepentingan orang lain, sehingga akan tercapai kehidupan yang damai antaranggota masyarakat.

Pendidikan membina agen pembangunan masyarakat
Cepat atau lambat, masyarakat akan berubah ke arah kemajuan dalam hal pembangunan. Perubahan tersebut dilakukan agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan zaman, sehingga kualitas hidup mereka menjadi lebih baik.

Berkaitan dengan agen pembangunan, masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
Masyarakat yang bersikap statis, yaitu masyarakat yang selalu ingin mempertahankan hal-hal yang lama. Mereka tidak menginginkan perubahan di dalam masyarakat tempat hidupnya dan selalu menolak hal-hal yang baru.
Masyarakat yang bersikap dinamis, yaitu masyarakat yang mau menerima perubahan yang bersifat positif untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Pendidikan bertugas untuk mencetak golongan masyarakat yang bersikap dinamis untuk mempersiapkan anak didik agar dapat menjadi agen pembangunan masyarakat.

Pendidikan dan kesadaran kebangsaan Indonesia
Jika diteliti di dalam sejarah Indonesia, kesadaran kebangsaan Indonesia mengalami pasang surut. Hal tersebut berdampak pada persatuan dan kesatuan bangsa. Apabila kesadaran kebangsaan tinggi, maka akan tercipta persatuan Indonesia. Sebaliknya, apabila kesadaran kebangsaan rendah, maka kesatuan bangsa Indonesia terancam bahaya.
Pendidikan Indonesia harus mengobarkan semangat kebangsaan dan menanamkan kesadaran kebangsaan kepada anak bangsa. Apabila kesadaran kebangsaan tidak ditumbuhkan, dipupuk, dan dikembangkan, maka bangsa Indonesia akan terpecah menjadi bagian-bagian yang kecil.

Pendidikan dan pelestarian pancasila
Pancasila adalah dasar negara republik Indonesia. Pancasila merupakan jiwa, pribadi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pendangan hidup, Pancasila harus ditanamkan pada generasi muda. Sebagai jiwa dan pribadi, Pancasila harus dikembangkan pada generasi muda.

Pendidikan mempunyai peran penting dalam pelestarian Pancasila. Sebab apabila tidak, maka bangsa Indonesia akan kehilangan jiwa dan pribadinya yang terdapat dalam Pancasila.
Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat

Tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia sosial yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap manusia Indonesia harus mendapat pendidikan dan pengajaran untuk menjadi manusia sosial yang cakap, sehingga manusia Indonesia dapat mencapai kesejahteraannya.

Sekolah sebagai Sistem Sosial
Pengertian sekolah sebagai sistem sosial
Setiap orang merupakan bagian dari suatu sistem sosial. Sekolah bukanlah sekadar suatu perkumpulan yang terdiri dari pelaksana adminsitrasi, guru dan murid dengan segala sifat dan pembawaan mereka masing-masing. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang menentukan apa yang terjadi di sekolah.

Institusi sosial yang disebut sekolah itu merupakan suatu masyarakat kecil yang mempunyai kebudayaan tertentu. Kebudayaan sekolah dan interaksi antar individu yang berada di dalamnya akan melahirkan suatu sistem sosial yang mengemban tujuan tertentu, dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda serta adanya status sosial yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan pendekatan teori fungsi bahwa sistem sekolah itu tersusun dari berbagai sub sistem atau bagian, yang masing-masing bagian mempunyai tujuan. Tujuan-tujuan dalam sub sistem tersebut bergabung, sehingga menjadi satu kesatuan dan atau menjadi satu sistem. Dalam pelaksanaannya masing-masing sub sistem saling bergantung satu sama lain. Kalau ada sub sistem yang tidak berfungsi maka akan mengganggu sub sistem yang lain. Jadi dalam satu sistem masing-masing sub sistem yang ada berfungsi dan difungsikan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan Tukidjan (2007: 33).

Masing-masing sub sistem memiliki tujuan yang berbeda. Antara satu dengan yang lain saling mendukung untuk mencapai tujuan dari sistem. Apabila ada sebagian tidak berfungsi maka akan mengganggu sistem secara keseluruhan. Dipandang dari sistem yang lebih luas, sistem sosial sekolah merupakan bagian atau sub sistem. Sebagai sub sistem tidak akan berfungsi untuk mencapai tujuan tanpa adanya bantuan dari luar seperti pemerintah, yayasan, organisasi-organisasi lain, perorangan dan sebagainya. Sistem sekolah yangada di dalamnya (guru, kepalasekolah, pegawai), bangunan, kelas, buku, dan sub sistem yang lain, semua harus berfungsi dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapai darisistem yang lebih besar.

Tujuan sekolah sebagai sistem sosial
Tujuan sistem formal sekolah adalah melayani beberapa tujuan sistem sosial. Ada sekolah yang menekankan pada ketrampilan, ada yang menekankan pada seni, ada yang menekankan pada olah raga, ada yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan, dan ada yang menekankan pada pendidikan moral bahkan ada yang menitik beratkan pada pendidikan agama.

Menurut  Tukidjan (2007: 3.5) tujuan sekolah dapat ditinjau beberapa sudut pandang antara lain:
Tujuan masyarakat
Suatu masyarakat mempunyai tujuan khusus mengenai sistem pendidikan yang akan dilaksanakan di sekolah. Setiap masyarakat pada setiap bangsa mempunyai tujuan sistem pendidikannya. Pada masyarakat yang homogen biasanya konsensus mengetahui tujuan utama (key goals) yang akan dicapai. Sedangkan pada masyarakat yang heterogen biasanya mempunyai banyak pilihan tentang tujuan yang akan dicapai yang berkenaan dengan pendidikan. Tujuan masyarakat ini tidak terlepas dari tujuan umum yang telah irumuskan dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945.  Setiap warga negara dijamin untuk menikmati pendidikan, agar dapat trampil untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang bertanggung jawab atas dirinya dan orang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai harapan agar pendidikan di sekolah dapat memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan pada peserta didik agar dapat berkembang di masyarakat.

Tujuan sekolah
Masing-masing sekolah mempunyai tujuan sesuai jenis dan tingkat sekolah. Tujuan sekolah tercantum dalam kurikulum masing-masing sekolah. Tujuan sekolah dapat dicapai dengan cara menjabarkan materi-materi yang tercantum dalam kurikulum ke dalam kegiatan yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan pendidikan sekolah tidak hanya menguasai bahan pelajaran, tetapi dapat menggunakan apa yang telah dipelajari untuk belajar sendiri dan membina diri kapanpun dan dimanapun juga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seumur hidup (PSH) yaitu mencapai kualitas hidup pribadi, sosial dan profesional.

Tujuan individu
Sekolah sebagai suatu organisasi yang setiap anggota (individu) di dalamnya mempunyai tujuan tersendiri. Secara umum sekolah sebagai lembaga mempunyai tujuan kelembagaan (tujuan institusional), tetapi para siswa sebagai individu mempunyai tujuan yang bervariasi. 
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan individu akan mempengaruhi pelaksanaan sekolah sebagai suatu organisasi.

Untuk itu, pemerintah harus memperbaiki mutu sekolah dengan memberikan arahan dan perbaikan kegiatan belajar mengajar yang didukung oleh tenaga kependidikan yang kompeten dan dapat memahami tujuan individu yang sedang belajar.
Pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan secara optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal dituntut untuk merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah memberikan informasi dan penjelasan kepada peserta didik terhadap peristiwa sosial di masyarakat.

Sekolah sebagai Sistem Kultural
Kultural atau budaya berasal dari bahasa Latin yaitu : colere artinya ”mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Kebudayaan dibagi menjadi dua pengertian, yaitu budaya dalam arti sempit dan budaya dalam arti luas. Budaya dalam arti sempit yaitu kesenian, sedangkan budaya dalam arti luas yaitu sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.

Menurut Koentjaraningrat (2000: 2) unsur-unsur kebudayaan adalah sebagai berikut:
Sistem religi dan upacara keagamaan.
Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
Sistem pengetahuan
Bahasa
Kesenian
Sistem mata pencaharian hidup.
Sistem teknologi dan peralatan.

Pendidikan sebagai sistem kultural adalah usaha pembudayaan sekolah sebagai pranata sosial untuk untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.

Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya, dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi, sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi.

Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua, atau orang yang dianggap senior terhadap anak-anak, atau terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.

Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal atau proses akulturasi. Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya, tetapi juga perubahan budaya. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut.

Misalnya, seseorang yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru tersebut, lalu orang itu akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Tempat terbaik dan paling efektif untuk mengembangkan budaya adalah pendidikan, yang terlembaga melalui sistem persekolahan. Sekolah merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap anak didik, dengan latar belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling berinteraksi di antara sesama, saling menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan, dan beradaptasi sosial.


Dapat disimpulkan, sistem persekolahan mempunyai peran penting sebagai penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan medium transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mensejahterakan manusia.

PENUTUP
Simpulan
Pendidikan dalam perspektif sosiologis dapat menghasilkan sebuah gambaran objektif tentang hubungan sosial yang menyusun pendidikan. Segala bentuk wawasan dan pengetahuan sosiologis untuk membedah tubuh pendidikan menjadi perlu untuk dibahas agar proses-proses pengajaran sesuai dengan kebutuhan bangsa. Tinjauan pendidikan dalam perspektif sosiologis yaitu pendidikan sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat, pendidikan membina agen pembangunan masyarakat, pendidikan dan kesadaran kebangsaan Indonesia, pendidikan dan pelestarian pancasila, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang menentukan apa yang terjadi di sekolah. Tujuan sekolah dapat ditinjau dari beberapa sudut  pandang antara lain tujuan masyarakat, tujuan sekolah, serta tujuan individu. Sekolah sebagai pranata sosial untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tukidjan, Eddy. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: DIKTI.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS DAN SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL DAN KULTURAL Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda