Makalah ini disusun oleh Hamidulloh Ibda dan Ersila Devi
Rinjani
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar adalah kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia.
Entah dia seorang petani, nelayan, apalagi mahasiswa, dosen dan pendidik. Maka
dari itu, ada benarnya jika kita mengkaji ilmu bahasa Indonesia secara ilmiah,
komprehensif dan mendalam.
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata,
morfologi pun menjadi salah satu ilmu dasar dalam bidang linguistik. Ia
bisa diposisikan setelah bidang fonologi. Itulah sebabnya, morfologi selalu
dipelajari setelah fonologi. Tidak banyak orang yang sudah mempelajari tentang
seluk-beluk struktur kata. Memang semua orang sudah mengerti kata-kata bahasa,
memang kelihatan masalah sepele, namun struktur kata sangat penting sekali bagi
kita sebagai warga Indonesia, karena di setiap negara mempunyai bahasa
nasional, dan kesepakatan bahasa yang digunakan dalam berbahasa.
Rumusan Masalah
Apa pengertian frasa, klausa, dan kalimat?
Apa saja materi frasa,
klausa, dan kalimat yang diajarkan pada
siswa kelas rendah di Sekolah Dasar?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Frasa, Klausa, Dan Kalimat
Frasa
Frasa menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan
sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif,
atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam kalimat (Chaer, 1991:222).
Menurut Prof. M.
Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan
tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak
apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata yang mendukung suatu fungsi
(subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam
kalimat.
Frasa juga disebut sebagai satuan gramatik yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan
datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frasa
mempunyai dua sifat, yaitu
Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua
kata atau lebih.
Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi
unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur
klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa
tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari
klausa dan kalimat. Macam-macam frasa:
Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan
yaitu:
Frasa endosentrik yang koordinatif, yaitu: frasa yang
terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan
unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan
dan pengembangan
laki bini belajar
atau bekerja
Frasa endosentrik
yang atributif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang
secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan
unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
Frasa endosentrik yang apositif, yaitu frasa yang
atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frasa Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur
yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu
Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan
jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak
Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frasa di dalam
kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan
itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas
Frasa Nominal, frasa Verbal, frasa Bilangan, frasa
Keterangan.
Frasa Nominal: frasa yang memiliki distributif yang sama
dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
Fras Verbal: frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan golongan kata verbal.
Misalnya:
akan berlayar
Frasa Bilangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan.
Misalnya:
dua butir telur, sepuluh keping
Frasa Keterangan: frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata keterangan.
Misalnya:
tadi pagi, besok sore
Frasa Depan: frasa yang terdiri dari kata depan sebagai
penanda, diikuti oleh kata atau frasa sebagai aksinnya.
Misalnya: di
halaman sekolah, dari desa
Frasa Ambigu
Frasa ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan
keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut
ambigu.
Misalnya: perancang
busana wanita terkenal.
Frasa perancang
busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang
busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang
yang menciptakan model busana untuk wanita.
Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di
atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat. Dalam
konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel dan
Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi,
dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk
(atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban.
Misalnya: Bersama dengan istrinya, Bapak
Soleh datang membawa oleh-oleh. Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu
klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b) Bapak Soleh datang, dan klausa
(c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b)
terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat
penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan. Adapun
ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut:
dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan
tidak kurang;
klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai
intonasi final;
dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari
kalimat;
klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut
fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut; selain dengan
penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang
ada.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
Pola Dasar Kalimat
Pola kalimat adalah Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan
pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau
kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah,
menjadi, merupakan.
Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
Fungsi Sintaksis
Fungsi sintaksis adalah hubungan antara unsur-unsur
bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran atau klausa. Jenis
fungsi sintaksis yang umum diakui adalah subjek, predikat, objek, pelengkap,
dan keterangan. Fungsi sintaksis memegang peran paling dominan dalam teori tata
bahasa dependensi yang menguraikan setiap unsur kalimat menjadi fungsi
sintaksis spesifik.
Fungsi sintaksis : subjek, predikat, objek, keterangan.
Kategori sintaksis : nomina, verba, adjektiva, numeralia.
Peran sintaksis : pelaku, penderita, penerima.
Contoh :
Kalimat aktif : Nenek melirik kakek tadi pagi.
Kalimat pasif : Kakek dilirik nenek tadi pagi.
Struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi subjek,
fungsi predikat. Objek dan keterangan boleh tidak memiliki, apalagi mengingat
kemunculan objek ditentukan oleh transitif. Menurut Chafe (1970) menyatakan
bahwa yang paling penting dari struktur sintaksis adalah predikat. Predikat
harus berupa verba atau kategori lain yang diverbakan. Munculnya fungsi-fungsi
lain tergantung pada jenis atau tipe verba itu. Verba yang transitif akan
memunculkan fungsi objek dan yang intransitive tidak memunculkan fungsi objek.
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif yang
objeknya tidak perlu ada atau keberadaannya ditanggalkan. Verba transitif yang
objeknya tidak perlu ada atau menyatakan kebiasaan.
Peran Semantis
Jenis Kalimat
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas
dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas
dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan),
asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal
|
Susunan Pola Kalimat
|
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
|
S-P
S-P-O
S-P-O-K
|
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung
dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas
sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat
baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca
puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga
kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi
menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat
dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
majemuk campuran.
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang
hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri
atas:
Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya
menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata
tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya:
Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata
tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya:
Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat
tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang
disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk
kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati
subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
(anak kalimat
pengganti subjek)
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
(anak kalimat
pengganti predikat)
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal
itu.
S P O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
(anak
kalimat pengganti objek)
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P
K
Ayah pulang ketika kami makan malam
(anak
kalimat pengganti keterangan)
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil
perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya
terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang
pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum (pola atasan)
datang
seorang pemuda berpakaian bagus (pola bawahan I)
datang menggunakan kendaraan roda empat (pola bawahan II)
Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas
dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
Hanya terdiri atas dua kata
Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”.
Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas
dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah
mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga
kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti,
Luas, dan Transformasi
Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan
Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
Kalimat transformasi. Contoh:
Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti,
sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
Kalimat Mayor dan Minor
Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi
ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur
inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!, Sudah siap?; Pergi!; Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau
unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil; Arif ada; Kiki pergi; Ibu
berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut
kalimat mayor.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan
pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas :
berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam
pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai
dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki
atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan
diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan
memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali
sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan
pentas seni Sekolah mengadakan pentas
seni (salah)
pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna
‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
tidak memiliki subjek, contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan
daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang
dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke
atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu
berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk,
seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata
gagal lebih untuk subjek bernyawa)
kesalahan pembentukan
kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives
…) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the
quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif
persona) (seharusnya telah saya katakan)
pengaruh bahasa daerah
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka)
(seharusnya sudah hadir)
… oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti
dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya
mungkin)
Rincian Materi Frasa, Klausa, dan Kalimat di Kelas Rendah
Sekolah Dasar
Materi Frasa
Kelas I
Menirukan suara yang didengar
Contoh:
Dodi dan kakak sedang bermain. (frasa
verbal)
Suara motor brem … brem …
(frasa nominal)
Buku sejajar dengan pinggir meja.
(frasa nominal)
Melanjutkan membaca kalimat
Contoh:
Siti sedang sarapan pagi. (frasa keterangan)
Jalan lurus sampai di perempatan jalan (frasa
nominal)
Bagian-bagian tubuh
Contoh:
Dua mata saya (frasa bilangan)
Dua kaki saya (frasa bilangan)
Dua telinga saya (frasa bilangan)
Satu mulut saya (frasa bilangan)
Kelas II
Mendengarkan teks pendek
Contoh:
Saat di rumah sakit putri khawatir pada
heli. (frasa nominal)
Heli adalah anjing yang sangat lucu. (frasa endosentrik)
Mendengarkan cerita
Contoh:
Sore hari, ibu
mengantar Janua ke dokter gigi. (frasa keterangan)
Memberikan pernyataan
Contoh:
Kura-kura terjatuh ketika membuka mulut. (frasa
verbal)
Kelas III
Mendengarkan penjelasan
Contoh:
Ambillah tiga buah tongkat kayu. (frasa
bilangan)
Tempelkan tanah lempung atau lilin
mainan. (frasa nominal)
Membaca cerita
Contoh:
Kegiatan itu diadakan setiap hari Sabtu.
(frasa keterangan)
Memahami dongeng
Contoh:
Tanpa disengaja, air seninya tertampung di
dalam tempurung. (frasa depan)
Materi Klausa
Kelas I
Pada lagu “Naik Delman”, terdiri dari beberapa
klausa
Ku turut ayah ke kota ( S-P-O)
Naik delman istimewa
(P-O)
Ku duduk di muka (S-P)
Mengendali kuda (P-O)
Kelas II
Menceritakan kegiatan sehari-hari
Contoh:
Kami bermain petak umpet (S-P-O)
Kami bermain sampai pukul tiga (S-P-K)
Pulang sekolah lalu makan (P)
Membaca dan menyimpulkan si teks pendek
Contoh:
Husen berganti pakaian (S-P-O)
Membantu orang tua (P-O)
Kelas III
Mendengarkan cerita anak
Contoh:
Ia memilih pencak silat (S-P-O)
Berlatiih di rumah (P-K)
Dia sering mengganggu (S-P)
Pengalaman mengesankan
Contoh:
Ia mendapat nilai tertinggi (P-O)
Ani memenangkan lomba (S-P-O)
Susi menolong teman (S-P-O)
Materi Kalimat
Kelas I
Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat
sederhana dan bahasa yang santun
Contoh:
Nama saya ani
Ini ayah saya namanya pak maman
Ini ibu saya namanya bu nani
Ini kakak saya namanya kak amin
Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat
sapaan
Contoh:
Hai ani apa kabar
Selamat pagi pak guru
Selamat siang yah
Selamat siang bu
Kelas II
Melengkapi kalimat rumpang
Contoh:
Kanwa gemar....
Dia melakukan kegemarannya setiap hari....
Kanwa memiliki.... saudara perempuan
Dia bernama....
Adik kanwa duduk dibangku....
Dia juga gemar....
Mereka berenang bersama di....
Menulis kalimat sederhana
Contoh:
Rosi memili seekor ayam
Ayam rosi sedang bertelur
Telur-telur itu dierami induk ayam agar hangat
Setelah lebih kurang 40 hari
Telur-telur itu pun menetas
Rosi sangat senang
Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai
ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain
Contoh:
Bunga melati
Warna mahkotanya putih
Ukuran mahkota kecil mungil
Berbau harum
Kelas III
Bertelepon dengan kalimat efektif
Contoh:
Hallo … selamat sore!
Selamat sore … Saya Kanwa, bisa berbicara
dengan Putra?
Ya, saya sendiri!Ada apa?
Eh, Put, kamu mau belajar
bersama?
Tentu saja! Kebetulan aku sulit mengerjakan PR
bahasa Indonesia. Kita belajar di rumahku saja, ya!
Ya, nanti sore aku ke rumahmu. Sudah dulu ya,
Put. Selamat sore!
Selamat sore!
Mengembangkan kalimat menjadi paragraf
Contoh:
Contoh:
Kalimat berdasarkan gambar :
Banu kaget melihat tembok penuh cap sepatu .
Mengembangkan kalimat menjadi paragraf:
Banu kaget melihat tembok penuh cap sepatu.
Dia berpikir siapa yang telah melakukan ini.
Tembok
menjadi kotor. Banu tidak menyukai hal itu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non
predikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Pembentuk frasa adalah
morfem bebas. Frasa tidak mempunyai predikat. Jenis Frasa, antara lain frasa
eksosentrik, frasa endosentrik, frasa koordinatif, frasa apositif
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata berkonstruksi
predikatif. Artinya dalam konstruksi itu wajib ada komponen (kata atau frasa)
yang berfunsi sebagai predikat. Dalam klausa, subjek juga wajib ada. Objek
wajib ada jika predikat berupa verba transitif. Jika bukan verba transitif,
maka yang muncul adalah pelengkap. Keterangan tidak wajib dalam klausa.
Kalimat adalah satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa. Atau
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar , klausa, dilengkapi
konjungsi bila diperlukan. Kalimat bisa berasal dari klausa yang diberi
intonasi final.
Bahasa
Indonesia adalah bahasa persatuan yang dapat mempersatukan berbagai suku yang ada
di seluruh wilayah Republik Indonesia, dan sering dipakai sebagai bahasa
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun hal yang mudah ini sangat sulit
bagi siswa di sekolah untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, terutama
dalam penulisan.
B. Saran
Pemahaman satuan
sintaksis dan semantik bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat menjadi bekal
dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
Sehingga, materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar
bahasa Indonesia yang baik SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah
memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing anak didiknya
sehingga semakin mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Martinet, Andre. 1987. Pengantar Ilmu Bahasa. Yogyakarta:
Kanisius
M. Verhaar, J.W. 1982. Pengantar Lingguistik jilid I.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soegijo. 1985. Morfologi Bahasa Indonesia.
Semarang: IKIP Semarang Press.
http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frasa-klausa-dan-kalimat/ (Diakses pada 23/10/2013)http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-jenis-klausa.html (Diakses pada 21/10/2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Frasa (Diakses pada 10/11/2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_sintaksis (Diakses pada 10/11/2013)
0 komentar:
Post a Comment