BAB II
PEMBAHASAN
BK di SD
Ketewel 1
Perilaku bermasalah
adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata
perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu
bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
bekerja sama dengan teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah
belajar peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku yang dapat menimbulkan
masalah belajara peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku bermasalah.
Perilaku bermasalah yang na,pak di permukaan, baru merupakan indikator bahwa
murid memiliki masalah. Guru hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang
nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku murid yang
sesungguhnya.
Murid SD merupakan
individu yang khas, penghampiran terhadpa permasalahan individu yang memerlukan
penanganan yang berbeda. Teknik-taknik membantu murid bermasalah memberikan
wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah. Pendekatan
bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada perilaku murid
bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah ynag berkaitan
dengan karakteristik perkembangan murid.
Di SD Ketewel 1 yang
terletak di daerah Gianyar Bali pelaksanaan bimbingan konseling dilakukan oleh
wali kelas dan dibantu oleh pihak sekolah. Di SD Ketewel 1 baik dari kelas I-VI
tidak terdapat program bimbingan konseling untuk siswa. Pelaksanaan Bimbingan
Konseling dilakukan oleh wali kelas itu sendiri karena wali kelas di SD mampu
mengenali karakter siswa dan latar belakangnya. Dalam melakukan bimbingan di SD
ini sudah dapat dilaksanakan dengan
baik, karena wali kelas mengetahui masing-masing siswa yang memerlukan
bimbingan. Pelaksanaan bimbingan konseling di SD Ketewel 1 yaitu berupa les dan
bimbingan.
Kepala Sekolah, orang tua
murid, serta wali kelaslah yang berperan sebagai supervisor dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling. Untuk pelaksanaan individu misalnya saja dalam
masalah pembelajaran setelah selesai mengerjakan latihan soal dikoreksi
kembali, kemudian diadakan evaluasi dan perbaikan. Anak yang mendapatkan nilai
yang kiurang diberikan bimbingan agar mampu mencapai KKM. Sedangkan pada siswa
yang nakal, wali kelas memberikan bimbingan kepada siswa melalui pembinaan yang
bertahap. Pada tahap pertama siswa diberikan peringatan, tahap kedua siswa
diberikan surat perjanjian yang isinya menyatakan bahwa siswa tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi.
Namun jika siswa sudah
tiga kali melakukan perbuatan yang sama, wali kelas memanggil orang tua untuk
membicarakan tentang masalah anaknya, tahap ketiga yaitu ketika siswa sudah
tidak bisa dibina dan dibimbing akibatnya dapat tidak naik kelas ataupun dipindahkan
ke sekolah lain, sesuai keinginan siswa dan kesepakatan pihak sekolah dan orang
tua murid. Dalam pelaksannaa bimbingan kelompokpun sama, yaitu wali kelas harus
mampu mengenali karakter siswa dan permasalahannya, dan pembinaanpun diadakan
bertahap. Peran orang tua sangat penting dalam pelaksanaanbimbingan yaitu
berupa pembinaan dan belajar di rumah. Di SD Ketewel 1 tidak menyediakan
bimbingan khusus untuk ABK, karena SD tersebut bukan SD inklusi.
Dalam penerapan asas-asas
bimbingan konseling di SD Ketewel 1 telah dilaksanakan dengan baik dan
terstruktur walaupun tidak mempunyai ahli dalam bidang bimbingan konseling.
Contoh kongkretnya yaitu pembinaan siswa Kelas III karena mencuri, siswa
tersebut diberikan bimbingan dan pembinaan satu kali, namun jika siswa terus
mengulangi perbuatannya kemudian siswa dipindahkan ke sekolah lain sesuai
dengan kesepakatan pihak sekolah dengan orang tua murid. Pelaksanaan pelayanan
antara pelaksana bimbingan dan konseling, dengan siswa telah mencapai tujuan
yaitu sudah bisa dalam arti segi perubahan yang dilakukan oleh siswa, misal
masalah siswa karena nilainya kurang sekarang siswa sudah bisa mencapai KKM
bahkan lebih serta bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Tindak lanjut dari
pemberian layanan yang belum berhasil yaitu dengan cara pihak sekolah memanggil
orang tua, kendala yang sering dihadapi orang tua siswa sering tidak datang ke
sekolah karena sibuk. Pendekatan bimbingan kepada siswa dapat dilakukan pada
saat jam istirahat, jika di kelas pendekatan yang dilakukan seperti biasa.
Evaluasi dalam pelaksanaan bimbingan konseling di SD Ketewel 1 yaitu berupa
evaluasi jika sang anak bisa berubah dengan sikap-sikap yang lebih baik sesuai
yang dibimbing dan dibina di sekolah.
PAIKEM
di SD Ketewel 1
KELAS II
PERAN GURU DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Dalam kegiatan pembalajaran kelas II SD Ketewel I Kecamatan Sukowati, Provinsi Bali pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri hewan, Guru berperan sebagai :
Fasilitator
Guru menfasilitasi siswa dalam
kegiatan diskusi kelompok siswa. Siswa aktif dalam
kegiatan diskusi dan guru membimbing serta mengamati jalannya
diskusi.
Motivator
Saat proses pembelajaran berlangsung guru memberikan penghargaan pada siswa yang aktif
dan mendapatkan nilai baik dalam pembelajaran. Selain
itu guru juga memberikan pujian-pujian sebagai motivasi siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran. Seperti dengan kata-kata “ baik, bagus pintar”, sehingga
anak akan senang dan terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Informator
Guru sebagai informator memberikan
informasi baru kepada siswa mengenai ciri-ciri hewan.
Transformator
Guru memberikan materi kepada siswa sampai
siswa itu paham terhadap materi yang diajarkan, sehingga tujuan yang ditentukan
tercapai.
Transmitor
Dalam hal ini guru mengambil contoh materi pembelajaran dari lingkungan dan
menerapkannya pada pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Sehingga
anak lebih dapat menerima materi yang disampaikan dengan mudah.
Organisator
Guru mengorganisasikan
siswa untuk berkelompok.
Inovator
Guru menggunakan inovasi baru dengan
menggunakan
model pembelajaran inovatif yakni CTL dalam kegiatan pembalajaran.
PERAN SISWA DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Siswa kelas II SD Ketewel I dalam
kegiatan pembelajaran sangat antusias megikuti kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan mereka aktif menjawab dan berpendapat mengenai
apa yang disampaikan oleh Guru. Siswa mengerjakan tugas sesuai bimbingan/perintah
guru yakni dimulai dari membentuk kelompok, berdiskusi untuk memecahkan masalah
yang diberikan guru dan setelah berdiskusi perwakilan dari kelompok maju
membacakan hasil diskusi serta siswa yang lain menanggapi hasil diskusi
kelompok lain. Akan tetapi mereka masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan
kepada guru, itu disebabkan karena guru yang terkadang kurang memberi
kesempatan siswa untuk bertanya.
PENILAIAN KOMPETENSI GURU
Penguasaan Materi
Guru cukup baik dalam
menguasai materi ciri-ciri hewan. Guru selalu mengaitkan
materi dengan lingkungan sekitar anak. Guru menjelaskan materi ciri-ciri hewan dengan
jelas serta banyak diberikan contoh-contoh.
Kemampuan Membuka
Pelajaran
Guru dalam membuka kegiatan pembelajaran
sudah baik, yakni dapat ditunjukkan dengan sebelum pelajaran dimulai, guru mengawalinya dengan doa, salam, dan
presensi. Untuk pengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaranya, guru
mengajak siswa menyanyi bersama-sama. Guru sebelumnya
juga menyampaikan materi yang akan dipelajari. Namun guru tidak menyampaikan tujuan belajar serta motivasi diawal
pelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran di awal dirasa perlu dilakukan,
supaya siswa mengetahui materi yang akan mereka pelajari. Demikian pula dengan
pemberian motivasi diawal pelajaran termasuk hal yang penting agar siswa merasa
semangat dalam belajar.
Kemampuan Bertanya
Kemampuan bertanya adalah
salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru. Dalam hal ini, guru kelas II SDN Ketewel I sudah mempunyai kemampuan bertanya yang baik sekali. Guru menggunakan kalimat tanya yang
benar sehingga siswa memahami pertanyaan
guru dan berani untuk menjawabnya. Guru
juga memberi kesempatan siswa yang angkat tangan untuk menjawab pertanyaan.
Guru selalu memperhatikan siswa yang duduk di belakang, di samping kanan-kiri, dan di depan untuk menjawab pertanyaan.
Kemampuan Mengadakan
Variasi Pembelajaran
Guru kelas II SDN Ketewel I
menggunakan tekhnik ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Akan tetapi, guru kurang variatif dalam menggunakan
ketiga teknik tersebut. Sehingga sebagian siswa merasa
cepat jenuh, dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Kejelasan dan Penyajian
Materi
Guru menyampaikan materi dengan suara yang
keras dan pengucapan kata yang jelas, sehingga terdengar sampai ke
belakang dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Namun guru kurang mengadakan variasi dalam proses pembelajaran.
Kemampuan Mengelola Kelas
Guru melakukan
pengelolaan kelas dengan baik. Guru kelas II SDN Ketewel I memperhatikan semua siswa di kelas,
baik yang duduk di depan, di belakang, di samping kanan, dan samping kiri. Guru
memperhatikan dengan seksama bila siswa menjawab pertanyaan dari guru. Sesekali
guru juga berjalan ke belakang, sehingga tidak selalu di selalu di depan saja.
Apabila ada siswa yang terlihat tidak memperhatikan, maka guru menegurnya
dengan sopan. Dalam mengelompokkan siswa pun guru sudah baik yaitu dengan
mengelompokkan siswa secara heterogen. Satu kelompok terdiri laki-laki,
perempuan, anak yang pintar, anak yang kurang pintar, anak yang pendiam, dan
anak yang aktif. Dan ketika para siswa berdiskusi, guru juga menghampiri mereka
untuk membantunya jika ada kesulitan. Penataan ruang
kelas juga sangat bagus, sehingga nak merasa nyaman dalam belajar.
Kemampuan Menutup
Pelajaran
Kemampuan menutup
pelajaran adalah salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai. Namun
sayang, guru kelas II SDN Ketewel I kurang menguasai hal tersebut. Pada saat akhir pembelajaran
tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi dan tidak
memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal sebagai
alat evalusi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
Ketepatan dan Materi
Pelajaran
Materi yang di ajarkan guru sudah tepat
dengan karakteristik siswa. Penyampaiannya juga cukup baik, sehingga anak mudah
menangkap materi tersebut.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan
Guru selalu merencanakan dan merangcang
proses pembelajaran yang akan di sampaikan kepada siswa. Hal itu di buktikan
dengan adanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah di rancang oleh
guru. Dalam RPP tersebut tercantum Standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru. Selain itu
guru juga merancang media pembelajaran yang akan digunakan sebagai sarana untuk
kelancaran proses pembelajaran.
Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai siswa kelas II
SD Ketewel I menyiapkan buku dan alat tulis di meja. Setelah guru datang salah
satu siswa memimpin siswa yang lain meberikan salam kepada guru. Kemudian guru
mengabsen siswa, dan mengajak siswa untuk bernyanyi sebagai apersepsi.
Kegiatan Inti Pembelajaran
Penguasaan materi pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran guru terlihat
sudah menguasai materi pembelajaran. Guru juga sudah menyampaikan materi secara
jelas dan terperinci sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga anak mudah
dalam memahami materi yang diberikan. Materi yang diajarkan juga sudah tepat
sesuai dengan kondisi siswa. Begitu juga penyampaian materinya sudah mengaitkan
dengan materi yang lain.
Pendekatan atau strategi pembelajaran
Guru menggunakan pendekatan tematik dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas 2 SD Ketewel I. Selain itu guru juga
menggunakan model pembeajaran CTL. Pendekatan tematik merupakan suatu
pendekatan yang mengaitkan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain
dalam satu tema yang sama. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran guru selalu
mengajar dalam satu tema. Sedagkan model pembelajran CTL merupakan model
pembelajaran dengan menerapkan prinsip conseptual teacing learning. Dengan pendekatan tematik dan model
pembelajaran CTL guru berharap siswa dapat belajar secara aktif, kreatif,
efektif serta menyenangkan atau disebut juga pembelajaran PAKEM.
Dalam proses pembelajaran kendala-kendala
yang dihadapi guru dalam menggunakan pendekatan tematik adalah anak tidak bisa
fokus dalam pembelajaran, karena dalam tematik semua bidang studi tergabung
dalam satu tema yang sama. Kendala lain guru kurang dalam melakukan pengelolaan
kelas, dimana guru terpaku haya di depan kelas. Seharusnya guru tidak terpaku
hanya di depan kelas, tetapi selalu berkeliling agar suasana kelas tetap
kondusif.
Selama proses pembelajaran siswa sangat
aktif, hal ini dapat dilihat dari partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan
dari guru, mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk guru dan memecahkan masalah
melalui diskusi kelompok.
Pemanfaatan media pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas 2 Ketewel I
memanfaatkan beberapa media untuk memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.
Guru hanya memanfaatkan media gambar, guru tidak menggunakan media belajar
audio, dan audio visual.
Evaluasi pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru tidak
melakukan pretes, tapi guru melakukan post tes dilakukan siswa secara
berkelompok. Guru memberikan kuis kepada siswa seperti siswa disuruh menebak
gambar sesuai dengan ciri-ciri hewan yang disebutkan. Guru melakukan penilaian
proses yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Guru juga
melakukan pengayaan yang dilakukan setelah materi selesai disampaikan oleh guru
dan seluruh siswa secara bersama-sama. Dalam evaluasi pembelajaran guru tidak
melakukan remidial karena penilaian berdasarkan kelompok.
Kegiatan Akhir
Pembelajaran
Pada saat akhir
pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi
dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal
sebagai alat evalusi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
KELAS V SD KETEWEL I
PERAN GURU DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Dalam kegiatan pembalajaran kelas V SD
Ketewel I Kecamatan Sukowati, Provinsi BALI pada mata pelajaran PKn materi peraturan daerah
dan pusat, Guru berperan sebagai :
Fasilitator
Guru memposisikan diri
sebagai fasilitator dalam kegiatan diskusi kelompok siswa. Guru membimbing dan
mengamati jalannya diskusi.
Motivator
Dalam kegiatan pembelajaran
guru memberikan dorongan, pujian dan bimbingan seperti memberikan ucapan “
Bagus” dan “ Betul” serta guru memberikan penghargaan pada siswa yang aktif dan
mendapatkan nilai baik dalam pembelajaran.
Informator
Guru memberikan informasi
baru kepada siswa mengenai apa itu peraturan daerah dan peraturan pusat.
Transformator
Guru telah menciptakan
lingkungan yang kondusif baik hubungan guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa. Sehingga siswa menganggap guru sebagai orang tua sendiri di lingkungan
sekolah. Guru memberikan materi kepada siswa sampai
siswa itu paham terhadap materi yang diajarkan, sehingga tujuan yang ditentukan
tercapai.
Transmitor
Dalam hal ini guru
meneruskan budaya menghargai orang tua serta mematuhi tata tertib di lingkungan
keluarga maupun di sekolah. Guru memberikan contoh - contoh bagaimana sebagai
seorang anak menghargai orang tua.
Organisator
Guru mengorganisasikan
siswa untuk berkelompok.
Inovator
Guru menggunakan inovasi baru dengan
menggunakan
model pembelajaran inovatif yakni cooperative learning dalam kegiatan pembalajaran.
PERAN SISWA DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Siswa dalam kegiatan
pembelajaran antusias megikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan mereka aktif menjawab dan berpendapat mengenai apa yang
disampaikan oleh Guru. Mereka mengerjakan tugas sesuai perintah guru yakni
dimulai dari membentuk kelompok, berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada
dan maju membacakan hasil diskusi serta menanggapi hasil diskusi kelompok lain.
Akan tetapi mereka masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru.
PENILAIAN KOMPETENSI GURU
Penguasaan Materi
Guru termasuk kategori
cukup baik dalam menguasai materi Peraturan Daerah dan Peraturan Pusat. Guru
sudah menjelaskan pengertian peraturan daerah dan peraturan pusat. Akantetapi,
pengertian yang diberikan guru masih sebatas abstrak. Sehingga siswa kurang
mengerti tentang 2 hal yang dianggap asing oleh mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru memberi contoh
tentang peraturan lalu lintas. Hal ini diharapkan supaya siswa memahami materi peraturan daerah dan
peraturan pusat dengan contoh yang tidak jauh dari dunia anak. Sayangnya, guru
hanya memberikan 1 contoh saja yang
membuat siswa belum mampu untuk membedakan peraturan daerah dan
peraturan pusat.
Kemampuan Membuka
Pelajaran
Sebelum pelajaran
dimulai, guru mengawalinya dengan doa, salam, dan presensi. Untuk
pengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaranya, guru mengajak siswa
menyanyi bersama-sama. Akantetapi, guru lupa menyampaikan materi yang akan diajarkan dan tujuan belajar serta
motivasi diawal pelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran di awal dirasa perlu
dilakukan, supaya siswa mengetahui materi yang akan mereka pelajari. Demikian
pula dengan pemberian motivasi diawal pelajaran termasuk hal yang penting agar
siswa merasa semangat dalam belajar. Sehingga kemampuan membuka pelajaran yang
dilakukan guru termasuk katagori baik.
Kemampuan Bertanya
Kemampuan bertanya adalah
salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru. Dalam hal ini, guru kelas V SDN
Ketewel I termasuk kategori baik sekali. Guru menggunakan kalimat tanya yang
benar sehingga siswa memahami pertanyaan
guru dan berani untuk menjawabnya. Guru
juga memberi kesempatan siswa yang angkat tangan untuk menjawab pertanyaan.
Kadang guru menunjuk siswa yang duduk di belakang, di samping kanan-kiri, dan
di depan.
Kemampuan Mengadakan
Variasi Pembelajaran
Guru kelas V SDN Ketewel
I menggunakan tekhnik ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Akantetapi, guru
kurang variatif dalam menggunakan ketiga teknik tersebut. Sehingga pembelajaran
dirasa kurang menyenangkan. Meskipun begitu, sama sekali tidak menyurutkan
semangat belajar sebagian siswa.
Kejelasan dan Penyajian
Materi
Suara guru keras dan
jelas sehingga terdengar sampai ke belakang. Akan tetapi materi yang disajikan
oleh guru dirasa kurang mengena. Pada hari itu, guru menjelaskan tentang
pengertian peraturan daerah dan peraturan pusat yang kurang disertai contoh
yang konkrit. Apalagi mata pelajarannya adalah Kewarganegaraan. Sehingga dalam
kejelasan dan penyampaian materi, guru kelas V SDN Ketewel I termasuk kategori
cukup.
Kemampuan Mengelola Kelas
Guru melakukan
pengelolaan kelas dengan baik. Guru kelas V SDN Ketewel I memperhatikan semua
siswa di kelas, baik yang duduk di depan, di belakang, di samping kanan, dan
samping kiri. Guru memperhatikan dengan seksama bila siswa menjawab pertanyaan
dari guru. Sesekali guru juga berjalan ke belakang, sehingga tidak selalu di
selalu di depan saja. Apabila ada siswa yang terlihat tidak memperhatikan, maka
guru menegurnya dengan sopan. Dalam mengelompokkan siswa pun guru sudah baik
yaitu dengan mengelompokkan siswa secara heterogen. Satu kelompok terdiri
laki-laki, perempuan, anak yang pintar, anak yang kurang pintar, anak yang
pendiam, dan anak yang aktif. Dan ketika para siswa berdiskusi, guru juga
menghampiri mereka untuk membantunya jika ada kesulitan.
Kemampuan Menutup
Pelajaran
Kemampuan menutup
pelajaran adalah salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai. Namun
sayang, guru kelas V SDN Ketewel I kurang menguasai hal tersebut. Pada saat
akhir pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan
materi dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung
memberikan soal sebagai alat evalusi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
Ketepatan dan Materi
Pelajaran
Guru menetapkan satu
indikator untuk materi peraturan daerah dan peraturan pusat. Hal ini dirasa
kurang jika mencantumkan 1 indikator saja yaitu “Pengertian peraturan daerah
dan peraturan pusat”. Padahal untuk materi ini bisa mencantumkan beberapa
indikator lagi. Untung saja, guru tidak terpaku pada indikator. Selain
menjelaskan pengertiannya, guru juga menjelaskan perbedaannya dan
contoh-contohnya. Namun guru kurang mendetail dalam menjelaskan perbedaan dan
contohnya. Akibatnya siswa belum paham dalam membedakan antara peraturan daerah
dan peraturan pusat.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran di
mulai guru berdoa bersama-sama. Kemudian dilanjutkan dengan presensi. Para
siswa sudah terkondisi dengan baik dan siap memulai pembelajaran.
Kegiatan Inti
Pembelajaran
Kurikulum
Guru telah menyiapkan RPP
sebelumnya. RPP yang di buat guru sudah mencerminkan keaktifan siswa. RPP juga
telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan penyusunan RPP. Guru juga
telah menggunakan sumber belajar yaitu buku PKn BSE kelas V,
hal 25-29. Akantetapi, guru kurang
variatif dalam menggunakan sumber belajar untuk materi peraturan daerah dan
peraturan pusat. Alangkah lebih baik jika guru menggunakan sumber lain sebagai
sumber belajar, misalnya koran ataupun berita ditelevisi. Meskipun sumber belajar hanya berasal dari 1
buku saja, guru memberi contoh yang cukup dekat dengan dunia anak yaitu tentang
peraturan lalu lintas.
Pendekatan/ strategi
pembelajaran
Guru menggunakan
pendekatan inovatif yaitu CTL (Contextual Teaching Learning) dengan model
example dan non-example. Akantetapi, dilapangan guru kurang maksimal dalam
menjalankan model pembelajaran tersebut. Guru kurang memberi contoh tentang peraturan daerah dan
peraturan pusat. Jadi siswa belum mampu membedakan antara peraturan daerah dan
peraturan pusat.
Guru menggunakan metode
tanya jawab, ceramah, dan diskusi. Untuk mengetahui keaktifan siswa, guru
memberi sejumlah pertanyaan. Para siswapun dengan antusias menjawabnya. Ketika
siswa menjawab benar, maka guru memberi pujian. Sedangkan ketika siswa kurang
tepat dalam menjawab, guru juga tetap memberikan pujian karena keberaniannya
untuk menjawab.
Pemanfaatan Sumber
Belajar dan Media Pembelajaran
Untuk mempermudah
penyampaian materi maka guru menggunakan media pembelajaran visual berupa
gambar pelanggaran lalu lintas. Gambar yang dibuat oleh guru terbukti menarik
perhatian siswa.
Evaluasi Pembelajaran
Dalam evaluasi
pembelajaran guru hanya mengadakan post test yaitu tes setelah materi selesai
di berikan. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru menarik pekerjaan
siswa. Kemudian guru bersama dengan siswa menjawab bersama-sama. Namun karena
pekerjaan siswa sudah dikumpulkan guru, maka siswa tidak dapat mengoreksi
jawabannya. Lebih baik guru mengumpulkan pekerjaan siswa setelah di koreksi
jawabannya, sehingga siswa tahu hasil pekerjaannya. Untuk menghindari
kecurangan siswa dalam mengoreksi jawabannya sendiri, maka siswa dapat
menukarkan pekerjaannya dengan siswa lain. Di samping kognitif siswa yang di
nilai, guru juga menilai afektif siswa. Jadi guru kelas V SDN Ketewel I tidak
hanya menilai hasil belajar siswa tapi juga menilai proses belajar siswa.
Kegiatan Akhir
Pembelajaran
Pada saat akhir
pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi
dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal
sebagai alat evaluasi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
MBS di
SD Ketewel 1
PELAKSANAAN
Rasional
Pelaksanaan MBS disesuaikan dengan potensi
dan kebutuhan tiap-tiap sekolah. Ada empat halm pokok yang memerlukan perubahan
dalam melaksanakan MBS :
Peraturan perundang-undangan yang
menetapkan sekolah bersifat otonom.
Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah
perlu disesuaikan dengan tuntutan MBS.
Peran sekolah menjadi sekolah yang mandiri
dan bermotivasi diri tinggi.
Struktur organisasi pendidikan perlu di
tata kembali sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
B. Tahap-tahap pelaksanaan
MBS
1. Sosialisasi.
Sekolah mensosialisasikan konsep MBS kepada
seluruh warga sekolah dan masyarakat melalui berbagai kegiatan antara lain seminar,
lokakarya, diskusi, rapat kerja.
Kegiatan mensosialisasi MBS dapat dilakukan dengan cara :
Melakukan identifikasi dan mengenalkan
sistem, budaya, dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelenggarakan MBS.
Membuat komitmen secara rinci jika terjadi
perubahan sistem, budaya, dan sumber daya yang cukup mendasar.
Mengklarifikasikan visi,misi dan tujuan,
sasaran rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS.
Memberikan penjelasan secara rinci mengapa
diperlukan manajemen berbasis
sekolah.
sekolah.
Mendorong sistem, budaya, dan sumber daya
manusia yang mendukung penerapan
MBS dan memberi penghargaan kepada warga sekolah yang menerapkannya.
MBS dan memberi penghargaan kepada warga sekolah yang menerapkannya.
Mengarahkan proses perubahan agar sesuai
dengan visi, misi, tujuan, sasaran,
rencana, dan program-program sekolah.
rencana, dan program-program sekolah.
Identifikasi Tatangan sekolah
Sekolah mengidentifikasi tantangan yang
dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih antara hasil yang diharapkan di
masa yang akan datang, contoh hasil prestasi akademik dan non akademik .
Tantangan sekolah bersumber dari hasil sekolah yang dapat dikelompokkan menjadi
empat, yaitu kualiatas, produktivitas, efektivitas, dan efisien.
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah.
Visi
Setiap sekolah memiliki visi yang berisi
tentang :
Wawasan yang menjadi sumber arahan bagi
sekolah dan digunakan untuk memanduperumusan misi sekolah.
Pandangan jauh ke depan kemana sekolah akan
di bawa.
Gambaran masa depan yang diinginkan oleh
sekolah agar sekolah yang bersang-
kutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Visi sekolah harus mengacu kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan
butuhan peserta didik yang dilayani. Oleh karena itu, visi suatu sekolah tak harus sama dengan sekolah lainsepanjang tidak keluar dari ketentuan nasional yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi sebaiknya dilengkapi dengan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan oleh visi tersebut agar tidak menimbulkan aneka tafsir. Misalnya Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa.
kutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Visi sekolah harus mengacu kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan
butuhan peserta didik yang dilayani. Oleh karena itu, visi suatu sekolah tak harus sama dengan sekolah lainsepanjang tidak keluar dari ketentuan nasional yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi sebaiknya dilengkapi dengan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan oleh visi tersebut agar tidak menimbulkan aneka tafsir. Misalnya Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa.
Misi
Misi adalah tindakan untuk
mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam merumuskan misi harus
mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi semua warga sekolah yang
terkait. Misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan
dalam visi dengan berbagai indikatornya. Contoh Visi sekolah ” Unggul dalam
prestasi berdasarkan iman dan taqwa dapat merumuskan misi sebagai berikut :
Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan
secara efektif, bagi siswa sesuai potensi masing- masing.
Menumbuhkan semangat keunggulan kepada
seluruh warga sekolah.
Mendorong dan membantu setiap siswa untuk
mengenali potensi dirinya, sehingga
dapat dikembangkan secara optimal.
dapat dikembangkan secara optimal.
Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran
agama yanga dianut dan juga budaya
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
Tujuan
Tujuan adalah apa yang akan dicapai
dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan tersebut akan
dicapai. Tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang
telah ditetapkan.
Sasaran
Sasaran adalah penjabaran tujuan : yaitu
suatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih
singkat dibanading tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung
peningkatan baik peningkatan kualitas, efektivitas, produktivitas, maupun
efisiensi.Sasaran harus dibuat spesifik, terukur jelas kriterianya dan disertai
indikator-indikator yang rinci, dan mengacu pada visi, misi, dan tujuan
sekolah.
Identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan
Fungsi-fungsi yanag
digunakan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu tingkat kesiapannya,
antara lain fungsi proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum perencanaan
dan evaluasi, ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan,
pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah masyarakat, dan
fungsi pengembangan fasilitas.
Analisis SWOT
Analisis SWOT ( Strenht, Weakness,
Opprtunity, Threat ) dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan, analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap
fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Fungsi yang
memadai sebagai kekuatan dan fungsi yang kurang dinyatakan sebagai kelemahan,
untuk faktor internal dan
ancaman.
Alternatif Pemecahan Masalah
Tindakan tersebut
merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan maupun ancaman, agar menjadi kekuatan
atau peluang, yakni dengan memanfaatkan faktor lain yang menjadi kekuatan atau
peluang.
Rencana dan Program Sekolah
Rencana harus menjelaskan secara detail
aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan siapa, kapan dan
dimana dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Program adalah bentuk dukumen untuk menggambarkan langkah dalam mewujudkan
keterpaduan dlam pelaksanaan.
Implementasi Rencana dan Program Sekolah
Dalam kaitannya dengan implementasi Rencana
dan Program sekolah kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya
pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin semata-mata untuk kualitas
pembelajaran.
Evaluasi Pelaksanaan
Sekolah harus melakukan
evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek ( akhir semester ), jangka menengah ( satu
tahun ), jangka panjang uantuk mengetahui seberapa jauh program sekolah
memenuhi tuntutan pasar. Hasil evaluasi dibuat laporan
meliputi laporan teknis yang menyangkut program pelaksanaan dan hasil MBS dan
laporan keuangan tentang penggunaan uang serta pertanggungjawabannya.
Sasaran Baru
Hasil evaluasi untuk menentukan sasaran
baru untuk tahun yang akan datang. Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian
dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi
dalam sekolah.
C. Tugas dan Fungsi Sekolah
Tugas dan fungsi sekolah adalah mengelola
penyelenggaraan MBS di sekolah masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit
terdepan dalam penyelenggaraan MBS, maka sekolah menjalankan tugas dan fungsi
sebagai berikut :
Menyusun rencana dan program pelaksanaan
MBS dengan melibatkan semua unsure sekolah.
Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala
sumberdaya yang ada di sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah
ditetapkan.
Melaksanakan MBS secara efektif dan efisien
Melaksanakan pengawasan dan bimbingan dalam
pelaksanaan MBS untuk mencapai sasaran MBS
Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan
evaluasi untuk menilai tingkat ketercapaian sasaran program MBS yang
telah ditetapkan guna untuk menentukan sasaran baru pro-gram MBS tahun-tahun
berikutnya.
Menyusun laporan-laporan program MBS secara
lengkap.
Mempertanggungjawabkan hasil
penyelenggaraan MBS kepada semua pihak yang
berkepentingan.
berkepentingan.
Berdasarkan uraian di atas dalam
pelaksanaan MBS perla dilakukan monitoring dan evaluasi dengan tujuan dapat
mengukur tingkat kemajuan pendidikan baik pada tingkat sekolah, dinas
pendidikan tingkat kota/kabupaten, dinas propinsi maupun pusat. Monitoring
menghasilakn informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan
monitoring sdan evaluasi kita dapat melihat apakah MBS benar-benar mampu
menyelenggarakan sekolah dengan baik khususnya dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Monitoring hádala statu proses pemantauan
untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan MBS. Fokus monitoring pada
pelaksanaannya. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan ( umpan
balik ) bagi perbaikan pelaksanaan MBS baik pada konteks, input, proses, output
maupun dampaknya.
E.
Fungsi-fungsi yang Didesentralisasikan ke Sekolah
Secara umum, pergeseran dimensi pendidikan
dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah telah
diuraikan pada Butir A. Secara lebih spesifik, pertanyaannya adalah: �Fungsi-fungsi apa sajakah yang perlu didesentralisasikan ke sekolah?� Pada dasarnya Undang-undang Nomor 22 tentang Pemerintah Daerah
(Otonomi Daerah) tahun 1999 beserta sejumlah Peraturan Pemerintah (PP) sebagai
pedoman pelaksanan terutama PP. No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah, Propinsi dan Kabupaten/Kota, harus digunakan sebagai referensi
/patokan. Dengan demikian , pendesentralisasian fungsi-fungsi pendidikan tidak
akan merubah peraturan perundang-undangan yang ada. Namun demikian, sampai saat
ini belum ada resep yang pasti tentang hal ini, karena seperti kita
ketahui, otonomi pendidikan sedang bergulir dan sedang mencari formatnya,
sehingga secara peraturan perundang-undangan (legal aspect) belum
dimiliki, tugas dan fungsi sekolah dalam era otonomi saat ini.
Sementara. Menunggu �legal aspect� yang akan diberlakukan
kelak, fungsi-fungsi sekolah yang semula dikerjakan oleh Pemerintah Pusat/Dinas
Pendidikan Propinsi /Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, sebagian dari fungsi dapat
dilakukan oleh sekolah secara professional. Artinya, suatu fungsi tidak dapat
dilimpahkan sepenuhnya ke sekolah, sebagian masih merupakan porsi kewenangan
Pemerintah Pusat, sebagian porsi kewenangan Dinas Propinsi, sebagian
porsi kewenangan Dinas Kabupaten/Kota, dan sebagian porsi lainnya yang
dilimpahkan ke sekolah. Adapun fungsi-fungsi yang sebagian porsinya dapat
digarap oleh sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar menagajar,
(2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4)
pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6)
pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah-masyarakat, dan
(9) pengelolaan iklim sekolah.
1.
Pengelolaan Proses belajar Mengajar
Proses belajar merupakan kegiatan utama
sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknik
pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik
siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumberdaya yang tersedia di
sekolah. Secara umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan pengajaran yang
berpusat pada siwa (student centered) lebih mampu memberdayakan
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan
mengajar guru. Oleh karena itu cara-cara belajar siswa aktif seperti misalnya active
learning, cooperative learning, dan quantum learning perlu
diterapkan.
2.
Perencanaan dan Evaluasi
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan
perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan). Kebutuhan yang
dimaksud misalnya, kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu,
sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan hasil analisis
kebutuhan mutu inilah kemudian sekolah membuat rencana peningkatan mutu.
Sekolah diberi wewenang untuk melakukan
evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evalusi internal
dilakukan oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk
mengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi
semacam ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri harus jujur
dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi yang
sebenarnya.
3.
Pengelolaan Kurikulum
Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat
adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasionl. Padahal kondisi sekolah
pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam implementasinya, sekolah
dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi), namun tidak
boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Sekolah dibolehkan
memperdalam kurikulum, artinya, apa yang diajarkan boleh dipertajam dengan
aplikasi yang bervariasi. Sekolah juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan,
artinya apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, dan
seharusnya, dan yang dapat diajarkan. Demikian juga, sekolah dibolehkan
memodifikasi kurikulum, artinya apa yang diajarkan boleh dikembangkan agar
lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta didik. Selain itu,
sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.
4.
Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis
kebutuhan, perencanan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward
and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja
sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dsb) dapat dilakukan oleh sekolah
kecuali yang menyangkut pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai
negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi diatasnya.
5.
Pengelolan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya
dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga
sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling
mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun
kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung
dengan proses belajar mengajar.
6.
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama
pengelokasian/penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini
juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya
sehingga desentralisasi pengalokasian/penggunaan uang sudah seharusnya dilimpihkan
ke sekolah. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan �kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan� (income generating activities), sehingga sumber keuangan
tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.
7.
Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa, mulai dari peneriman siswa
baru, pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan
sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni,
sebenarnya dari dahulu memang sudah didesentralisasikan. Karene itu, yang
diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
8.
Hubungan Sekolah Masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyrakat adalah
untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat terutama dukungan moral dan finasial. Dalam arti yang
sebenarnya hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah didesentralisasikan.
Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan
ekstesitas hubungan sekolah-masyarakat.
9.
Pengelolaan Iklim Sekolah
Iklim sekolah (fisik dan non fidik) yang
kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar
mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan
harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan
kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities)
adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar
siswa. Iklim sekolah sudah merupakan kewengan sekolah, sehingga yang diperlukan
adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstentif.
PSM di
SD Ketewel 1
Sekolah sangat membutuhkan peran serta dari
masyarakat untuk mendukung kegiatan dan program sekolah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Harus ada komunikasi yang
baik antara pihak sekolah dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan orang
tua terhadap sekolah. Orang tua siswa dilibatkan dalam penyusunan program
sekolah melalui rapat komite sekolah yang dilaksanakan settiap yahun yang
antara lain membahas tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
sekolah, pengadaan sarana dan prasarana sekolah, pemecahan masalah yang
dihadapi sekolah (misalnya sekolah membutuhkan dana untuk mendukung program
sekolah) dan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
Selain itu orang tua didiwa selaku stake
holder juga dilibatkan dalam regenerasi anggota komite sekolah jika masa kerja
sudah berakhir. Setiap akhir tahun sekolah mengajak orang tua siswa untuk
mengevaluasi semua program kerja sekolah yang dilaksanakan. Semua kegiatan
sekolah dari mulai pelaksanaan, hasil kerja dan adminiistrasi keuangan dari
program kerja sekolah dipaparkan kepada orang tuua siswa secara transparan dan
terbuka agar antara pihhak komite sekolah dengan orang tua siswa tidak ada perbedaan
persepsi dan orang tua dapat mempercayakan pendidikan anak mereka kepada
sekolah.
Kesimpulan Observasi Peran Serta Masyarakat
di SD Ketewel 01 adalah sebagai berikut :
Tanggapan masyarakat terhadap SD Ketewel 01
sangat bagus, masyarakat mau bekerja sama dan tidak hanya menyerahkan tanggung
jawab kepada pihak sekolah.
Masyarakat memberikan kontribusi berupa
uang dan tenaga. Pemberian uang terutama pada kegiatan pengembangan diri dan
ekstra kurikuler.
Pihak sekolah tidak mengistimewakan tokoh
masyarakat karena menganggap bahwa dapat menimbulkan kesenjangan dan ketidak
meratanya peran serta masyarakat.
Pihak sekolah dalam 1 tahun sekali rutin
melakukan pertemuan dengan seluruh orang tua siswa untuk membahas program
sekolah yang akan dilaksanakan dan evaluasi program sekolah yang telah
terlaksana.
RAPBS dilaporkan secara terbuka dan
dijabarkan secara terperinci.
MUATAN LOKAL (MULOK) di SD KETEWEL 1
SD Negeri 1 Ketewel merupakan sekolah dasar
negeri yang telah melaksanakan program muatan lokal berdasarkan kurikulum dan
kebijakan sekolah. Muatan lokal di SD Negeri 1 Ketewel meliputi bahasa Inggris
dan Bali, seni budaya (menari), pengembangan diri ( tabuh, pramuka, karate ).
Bahasa Inggris diajarkan bertujuan untuk memberikan keterampilan berbahasa
kepada siswa mengingat Bali adalah kota tujuan wisata favorit di mancanegara.
Seni budaya dan bahasa Bali dipilih dengan alasan untuk melestarikan kebudayaan
Bali. Pengembangan diri seperti tabuh diajarkan untuk membekali siswa dengan
keterampilan musik daerah. Sedangkan pramuka dan karate diberikan agar siswa
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Semua muatan lokal ini
dilaksanakan mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan materi yang berkelanjutan
dimana sekolah memiliki guru-guru sesuai dengan jenis muatan lokal yang
diajarkan di SD Negeri 1 Ketewel. Antara lain guru seni budaya ( menari ) yaitu
Ni Nyoman Asriani, guru tabuh I Wayan Suparda, guru pramuka Elsia, guru
karate I Wayan Guntur.
Pembelajaran muatan lokal pengembangan diri
di semua kelas dilaksanakan setiap hari Sabtu dengan mata pelajaran yang
berotasi setiap minggu agar siswa tidak bosan. Sedangkan untuk bahasa Inggris,
bahasa Bali, dan seni budaya diajarkan anatara hari Senin sampai Jumat sesuai
jadwal pelajaran kelas masing-masing.
Ketika pelajaran mulok berlangsung siswa merasa senang dan bersemangat
karena pelajaran tersebut banyak kegiatan diluar ruangan kemudian apa yang
mereka pelajari dapat langsung teraplikasi melalui pentas-pentas seni di
sekolah tiap akhir tahun ajaran serta upacara-upacara adat di masyarakat.
Kegiatan pembelajaran mulok dapat berjalan
dengan baik karena antar stakeholder mau bekerjasama. Yaitu kepala sekolah
sebagai pihak penanggung jawab, komite sekolah dan orangtua sebagai pendukung
secara moral dan materiil. Peran serta dari masyarakat yaitu ikut serta
memfasilitasi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan muatan lokal. Misalnya
ketika pelajaran tabuh siswa diajak kerumah salah satu warga yang memiliki alat
musik yang lengkap kemudian siswa berlatih disana, kemudian jika akan pentas
siswa dipinjami kostum tari dan dari pihak sekolah membayar sukarela sebagai
balas jasa.
Pada akhir semester diadakan tes tertulis
dan tes praktek sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
menerima materi muatan lokal. Dengan demikian guru mampu merefleksi
ketercapaian materi yang diajarkan sehingga ke depan dapat menentukan langkah untuk meningkatkan
pembelajaran muatan lokal yang lebih tepat, efektif, efisien.
0 komentar:
Post a Comment