Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 20 June 2014

Contoh Bab II Laporan KKL Unnes Lengkap



BAB II
PEMBAHASAN

BK di SD Ketewel 1
Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajara peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku bermasalah. Perilaku bermasalah yang na,pak di permukaan, baru merupakan indikator bahwa murid memiliki masalah. Guru hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya.
Murid SD merupakan individu yang khas, penghampiran terhadpa permasalahan individu yang memerlukan penanganan yang berbeda. Teknik-taknik membantu murid bermasalah memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah. Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada perilaku murid bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah ynag berkaitan dengan karakteristik perkembangan murid.
Di SD Ketewel 1 yang terletak di daerah Gianyar Bali pelaksanaan bimbingan konseling dilakukan oleh wali kelas dan dibantu oleh pihak sekolah. Di SD Ketewel 1 baik dari kelas I-VI tidak terdapat program bimbingan konseling untuk siswa. Pelaksanaan Bimbingan Konseling dilakukan oleh wali kelas itu sendiri karena wali kelas di SD mampu mengenali karakter siswa dan latar belakangnya. Dalam melakukan bimbingan di SD ini  sudah dapat dilaksanakan dengan baik, karena wali kelas mengetahui masing-masing siswa yang memerlukan bimbingan. Pelaksanaan bimbingan konseling di SD Ketewel 1 yaitu berupa les dan bimbingan.
Kepala Sekolah, orang tua murid, serta wali kelaslah yang berperan sebagai supervisor dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling. Untuk pelaksanaan individu misalnya saja dalam masalah pembelajaran setelah selesai mengerjakan latihan soal dikoreksi kembali, kemudian diadakan evaluasi dan perbaikan. Anak yang mendapatkan nilai yang kiurang diberikan bimbingan agar mampu mencapai KKM. Sedangkan pada siswa yang nakal, wali kelas memberikan bimbingan kepada siswa melalui pembinaan yang bertahap. Pada tahap pertama siswa diberikan peringatan, tahap kedua siswa diberikan surat perjanjian yang isinya menyatakan bahwa siswa tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Namun jika siswa sudah tiga kali melakukan perbuatan yang sama, wali kelas memanggil orang tua untuk membicarakan tentang masalah anaknya, tahap ketiga yaitu ketika siswa sudah tidak bisa dibina dan dibimbing akibatnya dapat tidak naik kelas ataupun dipindahkan ke sekolah lain, sesuai keinginan siswa dan kesepakatan pihak sekolah dan orang tua murid. Dalam pelaksannaa bimbingan kelompokpun sama, yaitu wali kelas harus mampu mengenali karakter siswa dan permasalahannya, dan pembinaanpun diadakan bertahap. Peran orang tua sangat penting dalam pelaksanaanbimbingan yaitu berupa pembinaan dan belajar di rumah. Di SD Ketewel 1 tidak menyediakan bimbingan khusus untuk ABK, karena SD tersebut bukan SD inklusi.
Dalam penerapan asas-asas bimbingan konseling di SD Ketewel 1 telah dilaksanakan dengan baik dan terstruktur walaupun tidak mempunyai ahli dalam bidang bimbingan konseling. Contoh kongkretnya yaitu pembinaan siswa Kelas III karena mencuri, siswa tersebut diberikan bimbingan dan pembinaan satu kali, namun jika siswa terus mengulangi perbuatannya kemudian siswa dipindahkan ke sekolah lain sesuai dengan kesepakatan pihak sekolah dengan orang tua murid. Pelaksanaan pelayanan antara pelaksana bimbingan dan konseling, dengan siswa telah mencapai tujuan yaitu sudah bisa dalam arti segi perubahan yang dilakukan oleh siswa, misal masalah siswa karena nilainya kurang sekarang siswa sudah bisa mencapai KKM bahkan lebih serta bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Tindak lanjut dari pemberian layanan yang belum berhasil yaitu dengan cara pihak sekolah memanggil orang tua, kendala yang sering dihadapi orang tua siswa sering tidak datang ke sekolah karena sibuk. Pendekatan bimbingan kepada siswa dapat dilakukan pada saat jam istirahat, jika di kelas pendekatan yang dilakukan seperti biasa. Evaluasi dalam pelaksanaan bimbingan konseling di SD Ketewel 1 yaitu berupa evaluasi jika sang anak bisa berubah dengan sikap-sikap yang lebih baik sesuai yang dibimbing dan dibina di sekolah.
PAIKEM di SD Ketewel 1
KELAS II
PERAN GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
            Dalam kegiatan pembalajaran kelas II SD Ketewel I Kecamatan Sukowati, Provinsi Bali pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri hewan, Guru berperan sebagai :
Fasilitator
Guru menfasilitasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok siswa. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi dan guru membimbing serta mengamati jalannya diskusi.
Motivator
Saat proses pembelajaran berlangsung guru memberikan penghargaan pada siswa yang aktif dan mendapatkan nilai baik dalam pembelajaran. Selain itu guru juga memberikan pujian-pujian sebagai motivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Seperti dengan kata-kata “ baik, bagus pintar”, sehingga anak akan senang dan terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Informator
Guru sebagai informator memberikan informasi baru kepada siswa mengenai ciri-ciri hewan.
Transformator
Guru memberikan materi kepada siswa sampai siswa itu paham terhadap materi yang diajarkan, sehingga tujuan yang ditentukan tercapai.
Transmitor
Dalam hal ini guru mengambil contoh materi pembelajaran dari lingkungan dan menerapkannya pada pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Sehingga anak lebih dapat menerima materi yang disampaikan dengan mudah.
Organisator
Guru mengorganisasikan siswa untuk berkelompok.
Inovator
Guru menggunakan inovasi baru dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yakni CTL dalam kegiatan pembalajaran.

PERAN SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Siswa kelas II SD Ketewel I dalam kegiatan pembelajaran sangat antusias megikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mereka aktif menjawab dan berpendapat mengenai apa yang disampaikan oleh Guru. Siswa mengerjakan tugas sesuai bimbingan/perintah guru yakni dimulai dari membentuk kelompok, berdiskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan guru dan setelah berdiskusi perwakilan dari kelompok maju membacakan hasil diskusi serta siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Akan tetapi mereka masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, itu disebabkan karena guru yang terkadang kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

PENILAIAN KOMPETENSI GURU
Penguasaan Materi
Guru cukup baik dalam menguasai materi ciri-ciri hewan. Guru selalu mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar anak. Guru menjelaskan materi ciri-ciri hewan dengan jelas serta banyak diberikan contoh-contoh.
Kemampuan Membuka Pelajaran
Guru dalam membuka kegiatan pembelajaran sudah baik, yakni dapat ditunjukkan dengan sebelum pelajaran dimulai, guru mengawalinya dengan doa, salam, dan presensi. Untuk pengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaranya, guru mengajak siswa menyanyi bersama-sama. Guru sebelumnya juga menyampaikan materi yang akan dipelajari. Namun guru tidak menyampaikan tujuan belajar serta motivasi diawal pelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran di awal dirasa perlu dilakukan, supaya siswa mengetahui materi yang akan mereka pelajari. Demikian pula dengan pemberian motivasi diawal pelajaran termasuk hal yang penting agar siswa merasa semangat dalam belajar.

Kemampuan Bertanya
Kemampuan bertanya adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru. Dalam hal ini, guru kelas II SDN Ketewel I sudah mempunyai kemampuan bertanya yang baik sekali. Guru menggunakan kalimat tanya yang benar  sehingga siswa memahami pertanyaan guru dan berani untuk menjawabnya.  Guru juga memberi kesempatan siswa yang angkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Guru selalu memperhatikan siswa yang duduk di belakang, di samping kanan-kiri, dan di depan untuk menjawab pertanyaan.
Kemampuan Mengadakan Variasi Pembelajaran
Guru kelas II SDN Ketewel I menggunakan tekhnik ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Akan tetapi, guru kurang variatif dalam menggunakan ketiga teknik tersebut. Sehingga sebagian siswa merasa cepat jenuh, dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Kejelasan dan Penyajian Materi
Guru menyampaikan materi dengan suara yang keras dan pengucapan kata yang jelas,  sehingga terdengar sampai ke belakang dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Namun guru kurang mengadakan variasi dalam proses pembelajaran.
Kemampuan Mengelola Kelas
Guru melakukan pengelolaan kelas dengan baik. Guru kelas II SDN Ketewel I memperhatikan semua siswa di kelas, baik yang duduk di depan, di belakang, di samping kanan, dan samping kiri. Guru memperhatikan dengan seksama bila siswa menjawab pertanyaan dari guru. Sesekali guru juga berjalan ke belakang, sehingga tidak selalu di selalu di depan saja. Apabila ada siswa yang terlihat tidak memperhatikan, maka guru menegurnya dengan sopan. Dalam mengelompokkan siswa pun guru sudah baik yaitu dengan mengelompokkan siswa secara heterogen. Satu kelompok terdiri laki-laki, perempuan, anak yang pintar, anak yang kurang pintar, anak yang pendiam, dan anak yang aktif. Dan ketika para siswa berdiskusi, guru juga menghampiri mereka untuk membantunya jika ada kesulitan. Penataan ruang kelas juga sangat bagus, sehingga nak merasa nyaman dalam belajar.
Kemampuan Menutup Pelajaran
Kemampuan menutup pelajaran adalah salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai. Namun sayang, guru kelas II SDN Ketewel I kurang menguasai hal tersebut. Pada saat akhir pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal sebagai alat evalusi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
Ketepatan dan Materi Pelajaran
Materi yang di ajarkan guru sudah tepat dengan karakteristik siswa. Penyampaiannya juga cukup baik, sehingga anak mudah menangkap materi tersebut.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan
Guru selalu merencanakan dan merangcang proses pembelajaran yang akan di sampaikan kepada siswa. Hal itu di buktikan dengan adanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah di rancang oleh guru. Dalam RPP tersebut tercantum Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru. Selain itu guru juga merancang media pembelajaran yang akan digunakan sebagai sarana untuk kelancaran proses pembelajaran.
Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai siswa kelas II SD Ketewel I menyiapkan buku dan alat tulis di meja. Setelah guru datang salah satu siswa memimpin siswa yang lain meberikan salam kepada guru. Kemudian guru mengabsen siswa, dan mengajak siswa untuk bernyanyi sebagai apersepsi.
Kegiatan Inti Pembelajaran
Penguasaan materi pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran guru terlihat sudah menguasai materi pembelajaran. Guru juga sudah menyampaikan materi secara jelas dan terperinci sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga anak mudah dalam memahami materi yang diberikan. Materi yang diajarkan juga sudah tepat sesuai dengan kondisi siswa. Begitu juga penyampaian materinya sudah mengaitkan dengan materi yang lain.
Pendekatan atau strategi pembelajaran
Guru menggunakan pendekatan tematik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas 2 SD Ketewel I. Selain itu guru juga menggunakan model pembeajaran CTL. Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan yang mengaitkan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain dalam satu tema yang sama. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran guru selalu mengajar dalam satu tema. Sedagkan model pembelajran CTL merupakan model pembelajaran dengan menerapkan prinsip conseptual teacing learning.  Dengan pendekatan tematik dan model pembelajaran CTL guru berharap siswa dapat belajar secara aktif, kreatif, efektif serta menyenangkan atau disebut juga pembelajaran PAKEM.
Dalam proses pembelajaran kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan pendekatan tematik adalah anak tidak bisa fokus dalam pembelajaran, karena dalam tematik semua bidang studi tergabung dalam satu tema yang sama. Kendala lain guru kurang dalam melakukan pengelolaan kelas, dimana guru terpaku haya di depan kelas. Seharusnya guru tidak terpaku hanya di depan kelas, tetapi selalu berkeliling agar suasana kelas tetap kondusif.
Selama proses pembelajaran siswa sangat aktif, hal ini dapat dilihat dari partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk guru dan memecahkan masalah melalui diskusi kelompok.
Pemanfaatan media pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas 2 Ketewel I memanfaatkan beberapa media untuk memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. Guru hanya memanfaatkan media gambar, guru tidak menggunakan media belajar audio, dan audio visual.

Evaluasi pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru tidak melakukan pretes, tapi guru melakukan post tes dilakukan siswa secara berkelompok. Guru memberikan kuis kepada siswa seperti siswa disuruh menebak gambar sesuai dengan ciri-ciri hewan yang disebutkan. Guru melakukan penilaian proses yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Guru juga melakukan pengayaan yang dilakukan setelah materi selesai disampaikan oleh guru dan seluruh siswa secara bersama-sama. Dalam evaluasi pembelajaran guru tidak melakukan remidial karena penilaian berdasarkan kelompok.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
Pada saat akhir pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal sebagai alat evalusi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.

KELAS V SD KETEWEL I

PERAN GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
                        Dalam kegiatan pembalajaran kelas V SD Ketewel I Kecamatan Sukowati, Provinsi BALI pada mata pelajaran PKn materi peraturan daerah dan pusat, Guru berperan sebagai :
Fasilitator
Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dalam kegiatan diskusi kelompok siswa. Guru membimbing dan mengamati jalannya diskusi.
Motivator
Dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan dorongan, pujian dan bimbingan seperti memberikan ucapan “ Bagus” dan “ Betul” serta guru memberikan penghargaan pada siswa yang aktif dan mendapatkan nilai baik dalam pembelajaran.
Informator
Guru memberikan informasi baru kepada siswa mengenai apa itu peraturan daerah dan peraturan pusat.
Transformator
Guru telah menciptakan lingkungan yang kondusif baik hubungan guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Sehingga siswa menganggap guru sebagai orang tua sendiri di lingkungan sekolah. Guru memberikan materi kepada siswa sampai siswa itu paham terhadap materi yang diajarkan, sehingga tujuan yang ditentukan tercapai.
Transmitor
Dalam hal ini guru meneruskan budaya menghargai orang tua serta mematuhi tata tertib di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Guru memberikan contoh - contoh bagaimana sebagai seorang anak menghargai orang tua.
Organisator
Guru mengorganisasikan siswa untuk berkelompok.
Inovator
Guru menggunakan inovasi baru dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yakni cooperative learning dalam kegiatan pembalajaran.

PERAN SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Siswa dalam kegiatan pembelajaran antusias megikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mereka aktif menjawab dan berpendapat mengenai apa yang disampaikan oleh Guru. Mereka mengerjakan tugas sesuai perintah guru yakni dimulai dari membentuk kelompok, berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada dan maju membacakan hasil diskusi serta menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Akan tetapi mereka masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru.

PENILAIAN KOMPETENSI GURU
Penguasaan Materi
Guru termasuk kategori cukup baik dalam menguasai materi Peraturan Daerah dan Peraturan Pusat. Guru sudah menjelaskan pengertian peraturan daerah dan peraturan pusat. Akantetapi, pengertian yang diberikan guru masih sebatas abstrak. Sehingga siswa kurang mengerti tentang 2 hal yang dianggap asing oleh mereka. Untuk  mengatasi masalah tersebut, guru memberi contoh tentang peraturan lalu lintas. Hal ini diharapkan supaya siswa  memahami materi peraturan daerah dan peraturan pusat dengan contoh yang tidak jauh dari dunia anak. Sayangnya, guru hanya memberikan 1 contoh saja yang  membuat siswa belum mampu untuk membedakan peraturan daerah dan peraturan pusat.
Kemampuan Membuka Pelajaran
Sebelum pelajaran dimulai, guru mengawalinya dengan doa, salam, dan presensi. Untuk pengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaranya, guru mengajak siswa menyanyi bersama-sama. Akantetapi, guru lupa menyampaikan materi  yang akan diajarkan dan tujuan belajar serta motivasi diawal pelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran di awal dirasa perlu dilakukan, supaya siswa mengetahui materi yang akan mereka pelajari. Demikian pula dengan pemberian motivasi diawal pelajaran termasuk hal yang penting agar siswa merasa semangat dalam belajar. Sehingga kemampuan membuka pelajaran yang dilakukan guru termasuk katagori baik.
Kemampuan Bertanya
Kemampuan bertanya adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru. Dalam hal ini, guru kelas V SDN Ketewel I termasuk kategori baik sekali. Guru menggunakan kalimat tanya yang benar  sehingga siswa memahami pertanyaan guru dan berani untuk menjawabnya.  Guru juga memberi kesempatan siswa yang angkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Kadang guru menunjuk siswa yang duduk di belakang, di samping kanan-kiri, dan di depan.
Kemampuan Mengadakan Variasi Pembelajaran
Guru kelas V SDN Ketewel I menggunakan tekhnik ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Akantetapi, guru kurang variatif dalam menggunakan ketiga teknik tersebut. Sehingga pembelajaran dirasa kurang menyenangkan. Meskipun begitu, sama sekali tidak menyurutkan semangat belajar sebagian siswa.
Kejelasan dan Penyajian Materi
Suara guru keras dan jelas sehingga terdengar sampai ke belakang. Akan tetapi materi yang disajikan oleh guru dirasa kurang mengena. Pada hari itu, guru menjelaskan tentang pengertian peraturan daerah dan peraturan pusat yang kurang disertai contoh yang konkrit. Apalagi mata pelajarannya adalah Kewarganegaraan. Sehingga dalam kejelasan dan penyampaian materi, guru kelas V SDN Ketewel I termasuk kategori cukup.
Kemampuan Mengelola Kelas
Guru melakukan pengelolaan kelas dengan baik. Guru kelas V SDN Ketewel I memperhatikan semua siswa di kelas, baik yang duduk di depan, di belakang, di samping kanan, dan samping kiri. Guru memperhatikan dengan seksama bila siswa menjawab pertanyaan dari guru. Sesekali guru juga berjalan ke belakang, sehingga tidak selalu di selalu di depan saja. Apabila ada siswa yang terlihat tidak memperhatikan, maka guru menegurnya dengan sopan. Dalam mengelompokkan siswa pun guru sudah baik yaitu dengan mengelompokkan siswa secara heterogen. Satu kelompok terdiri laki-laki, perempuan, anak yang pintar, anak yang kurang pintar, anak yang pendiam, dan anak yang aktif. Dan ketika para siswa berdiskusi, guru juga menghampiri mereka untuk membantunya jika ada kesulitan.
Kemampuan Menutup Pelajaran
Kemampuan menutup pelajaran adalah salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai. Namun sayang, guru kelas V SDN Ketewel I kurang menguasai hal tersebut. Pada saat akhir pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal sebagai alat evalusi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
Ketepatan dan Materi Pelajaran
Guru menetapkan satu indikator untuk materi peraturan daerah dan peraturan pusat. Hal ini dirasa kurang jika mencantumkan 1 indikator saja yaitu “Pengertian peraturan daerah dan peraturan pusat”. Padahal untuk materi ini bisa mencantumkan beberapa indikator lagi. Untung saja, guru tidak terpaku pada indikator. Selain menjelaskan pengertiannya, guru juga menjelaskan perbedaannya dan contoh-contohnya. Namun guru kurang mendetail dalam menjelaskan perbedaan dan contohnya. Akibatnya siswa belum paham dalam membedakan antara peraturan daerah dan peraturan pusat. 

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran di mulai guru berdoa bersama-sama. Kemudian dilanjutkan dengan presensi. Para siswa sudah terkondisi dengan baik dan siap memulai pembelajaran.
Kegiatan Inti Pembelajaran
Kurikulum
Guru telah menyiapkan RPP sebelumnya. RPP yang di buat guru sudah mencerminkan keaktifan siswa. RPP juga telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan penyusunan RPP. Guru juga telah menggunakan sumber belajar yaitu buku PKn BSE kelas V, hal 25-29. Akantetapi, guru kurang variatif dalam menggunakan sumber belajar untuk materi peraturan daerah dan peraturan pusat. Alangkah lebih baik jika guru menggunakan sumber lain sebagai sumber belajar, misalnya koran ataupun berita ditelevisi.  Meskipun sumber belajar hanya berasal dari 1 buku saja, guru memberi contoh yang cukup dekat dengan dunia anak yaitu tentang peraturan lalu lintas.
Pendekatan/ strategi pembelajaran
Guru menggunakan pendekatan inovatif yaitu CTL (Contextual Teaching Learning) dengan model example dan non-example. Akantetapi, dilapangan guru kurang maksimal dalam menjalankan model pembelajaran tersebut. Guru kurang  memberi contoh tentang peraturan daerah dan peraturan pusat. Jadi siswa belum mampu membedakan antara peraturan daerah dan peraturan pusat.
Guru menggunakan metode tanya jawab, ceramah, dan diskusi. Untuk mengetahui keaktifan siswa, guru memberi sejumlah pertanyaan. Para siswapun dengan antusias menjawabnya. Ketika siswa menjawab benar, maka guru memberi pujian. Sedangkan ketika siswa kurang tepat dalam menjawab, guru juga tetap memberikan pujian karena keberaniannya untuk menjawab.
Pemanfaatan Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
Untuk mempermudah penyampaian materi maka guru menggunakan media pembelajaran visual berupa gambar pelanggaran lalu lintas. Gambar yang dibuat oleh guru terbukti menarik perhatian siswa.

Evaluasi Pembelajaran
Dalam evaluasi pembelajaran guru hanya mengadakan post test yaitu tes setelah materi selesai di berikan. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru menarik pekerjaan siswa. Kemudian guru bersama dengan siswa menjawab bersama-sama. Namun karena pekerjaan siswa sudah dikumpulkan guru, maka siswa tidak dapat mengoreksi jawabannya. Lebih baik guru mengumpulkan pekerjaan siswa setelah di koreksi jawabannya, sehingga siswa tahu hasil pekerjaannya. Untuk menghindari kecurangan siswa dalam mengoreksi jawabannya sendiri, maka siswa dapat menukarkan pekerjaannya dengan siswa lain. Di samping kognitif siswa yang di nilai, guru juga menilai afektif siswa. Jadi guru kelas V SDN Ketewel I tidak hanya menilai hasil belajar siswa tapi juga menilai proses belajar siswa.

Kegiatan Akhir Pembelajaran
Pada saat akhir pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Guru tidak memberikan kesimpulan materi dan tidak memberi kesempatan anak untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal sebagai alat evaluasi. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.

MBS di SD Ketewel 1
PELAKSANAAN
Rasional
Pelaksanaan MBS disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan tiap-tiap sekolah. Ada empat halm pokok yang memerlukan perubahan dalam melaksanakan MBS :
Peraturan perundang-undangan yang menetapkan sekolah bersifat otonom.
Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan dengan tuntutan MBS.
Peran sekolah menjadi sekolah yang mandiri dan bermotivasi diri tinggi.
Struktur organisasi pendidikan perlu di tata kembali sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
                  B.   Tahap-tahap pelaksanaan MBS
                         1. Sosialisasi.
Sekolah mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat melalui berbagai kegiatan antara lain seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja.
                            Kegiatan mensosialisasi MBS dapat dilakukan dengan cara :
Melakukan identifikasi dan mengenalkan sistem, budaya, dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelenggarakan MBS.
Membuat komitmen secara rinci jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan sumber daya yang cukup mendasar.
Mengklarifikasikan visi,misi dan tujuan, sasaran rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS.
Memberikan penjelasan secara rinci mengapa diperlukan manajemen berbasis
sekolah.
Mendorong sistem, budaya, dan sumber daya manusia yang mendukung penerapan
MBS dan memberi penghargaan kepada warga sekolah yang menerapkannya.
Mengarahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran,
rencana, dan program-program sekolah.
Identifikasi Tatangan sekolah
Sekolah mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih antara hasil yang diharapkan di masa yang akan datang, contoh hasil prestasi akademik dan non akademik . Tantangan sekolah bersumber dari hasil sekolah yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kualiatas, produktivitas, efektivitas, dan efisien.

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah.
Visi
Setiap sekolah memiliki visi yang berisi tentang :
Wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memanduperumusan misi sekolah.
Pandangan jauh ke depan kemana sekolah akan di bawa.
Gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang bersang-
kutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Visi sekolah harus mengacu kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan
butuhan peserta didik yang dilayani. Oleh karena itu, visi suatu sekolah tak harus sama dengan sekolah lainsepanjang tidak keluar dari ketentuan nasional yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi sebaiknya dilengkapi dengan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan oleh visi tersebut agar tidak menimbulkan aneka tafsir. Misalnya Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa.
Misi
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam merumuskan misi harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi semua warga sekolah yang terkait. Misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Contoh Visi sekolah ” Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa dapat merumuskan misi sebagai berikut :
Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, bagi siswa sesuai potensi masing- masing.
Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.
Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga
dapat dikembangkan secara optimal.
Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yanga dianut dan juga budaya
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
Tujuan
Tujuan adalah apa yang akan dicapai dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan tersebut akan dicapai. Tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah ditetapkan.
Sasaran
Sasaran adalah penjabaran tujuan : yaitu suatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanading tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung peningkatan baik peningkatan kualitas, efektivitas, produktivitas, maupun efisiensi.Sasaran harus dibuat spesifik, terukur jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rinci, dan mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah.
Identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan
Fungsi-fungsi yanag digunakan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu tingkat kesiapannya, antara lain fungsi proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.
Analisis SWOT
Analisis SWOT ( Strenht, Weakness, Opprtunity, Threat ) dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Fungsi yang memadai sebagai kekuatan dan fungsi yang kurang dinyatakan sebagai kelemahan, untuk faktor internal dan ancaman.
Alternatif Pemecahan Masalah
Tindakan tersebut merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan maupun ancaman, agar menjadi kekuatan atau peluang, yakni dengan memanfaatkan faktor lain yang menjadi kekuatan atau peluang.
Rencana dan Program Sekolah
Rencana harus menjelaskan secara detail aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan siapa, kapan dan dimana dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Program adalah bentuk dukumen untuk menggambarkan langkah dalam mewujudkan keterpaduan dlam pelaksanaan.
Implementasi Rencana dan Program Sekolah
Dalam kaitannya dengan implementasi Rencana dan Program sekolah kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin semata-mata untuk kualitas pembelajaran.
Evaluasi Pelaksanaan
Sekolah harus melakukan evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek  ( akhir semester ), jangka menengah ( satu tahun ), jangka panjang uantuk mengetahui seberapa jauh program sekolah memenuhi tuntutan pasar. Hasil evaluasi dibuat laporan meliputi laporan teknis yang menyangkut program pelaksanaan dan hasil MBS dan laporan keuangan tentang penggunaan uang serta pertanggungjawabannya.
Sasaran Baru
Hasil evaluasi untuk menentukan sasaran baru untuk tahun yang akan datang. Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam sekolah.
C. Tugas dan Fungsi Sekolah
Tugas dan fungsi sekolah adalah mengelola penyelenggaraan MBS di sekolah masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit terdepan dalam penyelenggaraan MBS, maka sekolah menjalankan tugas dan fungsi sebagai berikut :
Menyusun rencana dan program pelaksanaan MBS dengan melibatkan semua unsure sekolah.
Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah ditetapkan.
Melaksanakan MBS secara efektif dan efisien
Melaksanakan pengawasan dan bimbingan dalam pelaksanaan MBS untuk mencapai sasaran MBS
Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat ketercapaian sasaran program MBS yang telah ditetapkan guna untuk menentukan sasaran baru pro-gram MBS tahun-tahun berikutnya.
Menyusun laporan-laporan program MBS secara lengkap.
Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan MBS kepada semua pihak yang
berkepentingan.
Berdasarkan uraian di atas dalam pelaksanaan MBS perla dilakukan monitoring dan evaluasi dengan tujuan dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan baik pada tingkat sekolah, dinas pendidikan tingkat kota/kabupaten, dinas propinsi maupun pusat. Monitoring menghasilakn informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan monitoring sdan evaluasi kita dapat melihat apakah MBS benar-benar mampu menyelenggarakan sekolah dengan baik khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Monitoring hádala statu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan MBS. Fokus monitoring pada pelaksanaannya. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan ( umpan balik ) bagi perbaikan pelaksanaan MBS baik pada konteks, input, proses, output maupun dampaknya.

E.   Fungsi-fungsi yang Didesentralisasikan ke Sekolah
Secara umum, pergeseran dimensi pendidikan dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah telah diuraikan pada Butir A. Secara lebih spesifik, pertanyaannya adalah: Fungsi-fungsi apa sajakah yang perlu didesentralisasikan ke sekolah? Pada dasarnya Undang-undang Nomor 22 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) tahun 1999 beserta sejumlah Peraturan Pemerintah (PP) sebagai pedoman pelaksanan terutama PP. No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah, Propinsi dan Kabupaten/Kota, harus digunakan sebagai referensi /patokan. Dengan demikian , pendesentralisasian fungsi-fungsi pendidikan tidak akan merubah peraturan perundang-undangan yang ada. Namun demikian, sampai saat ini  belum ada resep yang pasti tentang hal ini, karena seperti kita ketahui, otonomi pendidikan sedang bergulir dan sedang mencari formatnya, sehingga secara peraturan perundang-undangan (legal aspect) belum dimiliki, tugas dan fungsi sekolah dalam era otonomi saat ini.
Sementara. Menunggu legal aspect yang akan diberlakukan kelak, fungsi-fungsi sekolah yang semula dikerjakan oleh Pemerintah Pusat/Dinas Pendidikan Propinsi /Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, sebagian dari fungsi dapat dilakukan oleh sekolah secara professional. Artinya, suatu fungsi tidak dapat dilimpahkan sepenuhnya ke sekolah, sebagian masih merupakan porsi kewenangan Pemerintah Pusat, sebagian porsi kewenangan Dinas Propinsi, sebagian porsi  kewenangan Dinas Kabupaten/Kota, dan sebagian porsi lainnya yang dilimpahkan ke sekolah. Adapun fungsi-fungsi yang sebagian porsinya dapat digarap oleh sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar menagajar, (2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah-masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah. 
1.     Pengelolaan Proses belajar Mengajar
Proses belajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumberdaya  yang tersedia di sekolah. Secara umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada siwa (student centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena itu cara-cara belajar siswa aktif seperti misalnya active learning, cooperative learning, dan quantum learning perlu diterapkan.
2.     Perencanaan dan Evaluasi
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan). Kebutuhan yang dimaksud misalnya, kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan hasil analisis kebutuhan mutu inilah kemudian sekolah membuat rencana peningkatan mutu.
Sekolah diberi wewenang untuk melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evalusi internal dilakukan oleh warga sekolah  untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi semacam  ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri harus  jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi yang sebenarnya. 
3.     Pengelolaan Kurikulum
Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasionl. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam implementasinya, sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Sekolah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya, apa yang diajarkan boleh dipertajam dengan aplikasi yang bervariasi. Sekolah juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan, artinya apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, dan seharusnya, dan yang dapat diajarkan. Demikian juga, sekolah dibolehkan memodifikasi kurikulum, artinya apa yang diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta didik. Selain itu, sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal. 
4.      Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dsb) dapat dilakukan oleh sekolah kecuali yang menyangkut pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi diatasnya. 
5.     Pengelolan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar mengajar. 
6.     Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengelokasian/penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi pengalokasian/penggunaan uang sudah seharusnya dilimpihkan ke sekolah. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan (income generating activities), sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah. 
7.     Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa, mulai dari peneriman siswa baru, pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni, sebenarnya dari dahulu memang sudah didesentralisasikan. Karene itu, yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya. 
8.     Hubungan Sekolah Masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyrakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral  dan finasial. Dalam arti yang sebenarnya hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan ekstesitas hubungan sekolah-masyarakat.
9.     Pengelolaan Iklim Sekolah
Iklim sekolah (fisik dan non fidik) yang kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan kewengan sekolah, sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstentif. 

PSM di SD Ketewel 1
Sekolah sangat membutuhkan peran serta dari masyarakat untuk mendukung kegiatan dan program sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Harus ada komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan orang tua terhadap sekolah. Orang tua siswa dilibatkan dalam penyusunan program sekolah melalui rapat komite sekolah yang dilaksanakan settiap yahun yang antara lain membahas tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah, pengadaan sarana dan prasarana sekolah, pemecahan masalah yang dihadapi sekolah (misalnya sekolah membutuhkan dana untuk mendukung program sekolah) dan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
Selain itu orang tua didiwa selaku stake holder juga dilibatkan dalam regenerasi anggota komite sekolah jika masa kerja sudah berakhir. Setiap akhir tahun sekolah mengajak orang tua siswa untuk mengevaluasi semua program kerja sekolah yang dilaksanakan. Semua kegiatan sekolah dari mulai pelaksanaan, hasil kerja dan adminiistrasi keuangan dari program kerja sekolah dipaparkan kepada orang tuua siswa secara transparan dan terbuka agar antara pihhak komite sekolah dengan orang tua siswa tidak ada perbedaan persepsi dan orang tua dapat mempercayakan pendidikan anak mereka kepada sekolah.
           
Kesimpulan Observasi Peran Serta Masyarakat di SD Ketewel 01 adalah sebagai berikut :
Tanggapan masyarakat terhadap SD Ketewel 01 sangat bagus, masyarakat mau bekerja sama dan tidak hanya menyerahkan tanggung jawab kepada pihak sekolah.
Masyarakat memberikan kontribusi berupa uang dan tenaga. Pemberian uang terutama pada kegiatan pengembangan diri dan ekstra kurikuler.
Pihak sekolah tidak mengistimewakan tokoh masyarakat karena menganggap bahwa dapat menimbulkan kesenjangan dan ketidak meratanya peran serta masyarakat.
Pihak sekolah dalam 1 tahun sekali rutin melakukan pertemuan dengan seluruh orang tua siswa untuk membahas program sekolah yang akan dilaksanakan dan evaluasi program sekolah yang telah terlaksana.
RAPBS dilaporkan secara terbuka dan dijabarkan secara terperinci.
MUATAN LOKAL (MULOK) di SD KETEWEL 1
SD Negeri 1 Ketewel merupakan sekolah dasar negeri yang telah melaksanakan program muatan lokal berdasarkan kurikulum dan kebijakan sekolah. Muatan lokal di SD Negeri 1 Ketewel meliputi bahasa Inggris dan Bali, seni budaya (menari), pengembangan diri ( tabuh, pramuka, karate ). Bahasa Inggris diajarkan bertujuan untuk memberikan keterampilan berbahasa kepada siswa mengingat Bali adalah kota tujuan wisata favorit di mancanegara. Seni budaya dan bahasa Bali dipilih dengan alasan untuk melestarikan kebudayaan Bali. Pengembangan diri seperti tabuh diajarkan untuk membekali siswa dengan keterampilan musik daerah. Sedangkan pramuka dan karate diberikan agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Semua muatan lokal ini dilaksanakan mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan materi yang berkelanjutan dimana sekolah memiliki guru-guru sesuai dengan jenis muatan lokal yang diajarkan di SD Negeri 1 Ketewel. Antara lain guru seni budaya ( menari ) yaitu Ni Nyoman Asriani, guru tabuh I Wayan Suparda, guru pramuka Elsia, guru karate  I Wayan Guntur.
Pembelajaran muatan lokal pengembangan diri di semua kelas dilaksanakan setiap hari Sabtu dengan mata pelajaran yang berotasi setiap minggu agar siswa tidak bosan. Sedangkan untuk bahasa Inggris, bahasa Bali, dan seni budaya diajarkan anatara hari Senin sampai Jumat sesuai jadwal pelajaran kelas masing-masing.  Ketika pelajaran mulok berlangsung siswa merasa senang dan bersemangat karena pelajaran tersebut banyak kegiatan diluar ruangan kemudian apa yang mereka pelajari dapat langsung teraplikasi melalui pentas-pentas seni di sekolah tiap akhir tahun ajaran serta upacara-upacara adat di masyarakat.
Kegiatan pembelajaran mulok dapat berjalan dengan baik karena antar stakeholder mau bekerjasama. Yaitu kepala sekolah sebagai pihak penanggung jawab, komite sekolah dan orangtua sebagai pendukung secara moral dan materiil. Peran serta dari masyarakat yaitu ikut serta memfasilitasi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan muatan lokal. Misalnya ketika pelajaran tabuh siswa diajak kerumah salah satu warga yang memiliki alat musik yang lengkap kemudian siswa berlatih disana, kemudian jika akan pentas siswa dipinjami kostum tari dan dari pihak sekolah membayar sukarela sebagai balas jasa.
Pada akhir semester diadakan tes tertulis dan tes praktek sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi muatan lokal. Dengan demikian guru mampu merefleksi ketercapaian materi yang diajarkan sehingga ke depan dapat  menentukan langkah untuk meningkatkan pembelajaran muatan lokal yang lebih tepat, efektif, efisien.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Contoh Bab II Laporan KKL Unnes Lengkap Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda