a.
Peran
guru
Guru
di sekolah dasar, terutama kelas rendah, memiliki peran utama dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Karena pada kelas rendah, peserta didik masih perlu
dibimbing secara detail. Dari pengamatan kami ketika kami melaksanakan
pengamatan secara langsung, untuk kelas
I di SD Saraswati 2 Denpasar,
dipercayakan 1 wali kelas dan 1 guru pendamping. Mengingat peserta didik usia
kelas rendah masih butuh bimbingan lebih. Dalam hal ini ibu Dra. Suwastini
telah mampu memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dengan didampingi oleh guru
pendamping, yang mana fungsi dari guru pendamping ini adalah untuk membantu
guru / wali kelas dalam mengasuh peserta didik.
Ibu
Dra. Suwastini mampu memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif. Namun,
pada saat kami mengadakan observasi, ibu Dra. Suwastini tidak memperkenalkan
kami selaku observer kepada peserta didik. Dan ini memberi kesan bahwa ibu Dra.
Suwastini kurang menganggap keberadaan kami selaku observer. Dan ini pula
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik tentang keberadaan kami
selaku observer.
Guru
kelas memang berperan penting, walaupun tetap menerapkan student center. Hal
ini dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang sudah tertib membiasakan
diri membuang sampah pada tempatnya. Penerapan nilai ini sukses diterapkan ibu
Dra. Suwastini dengan baik.
Sedangkan untuk kelas tinggi diwakili
oleh kelas V dan VI. Di kelas V untuk pendekatan PAKEM guru tidak berperan penuh,
guru hanya berfungsi sebagai motivator guru memberi motivasi pada siswa dalam proses pebelajaran dikelas, guru
juga berfungsi sebagai informator, guru selalu memberikan informasi pada siswa mengenai
hal-hal yang belum diketahui.
Peran
guru kelas VI diperoleh data berdasarkan wawancara dengan siswa dan guru kelas
VIA, kami mendapatkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari peran guru, yaitu
:
1) Peran
guru sebagai fasilitator, di kelas ini peran guru sebagai fasilitator sudah
terlaksana. Akan tetapi peran tersebut hanya dilaksanakan oleh beberapa guru
saja. Belum semua guru telah melaksanakan perannya sebagai seorang fasilitator.
Hal ini dikarenakan mereka (Guru) yang masih menganggap pembelajaran lebih
efektif jika guru memberikan penjelasana secara langsung.
2) Peran
guru sebagai motivator, kami sangat terkesan dikarenakan peran guru sebagai
motivator terlaksana sangat baik. Guru yang selalu memberikan motivasi kepada
siswa, hubungan yang begitu dekat dengan siswa membuat siswa nyaman sehingga
ketika guru memberikan dukungan kepada siswanya, siswa begitu antusias untuk
melaksanakannya. Namun untuk motivasi dalam bentuk reward belum terlaksana.
3) Peran
guru sebagai informator, guru sebagai informator(materti pelajaran) sudah
tercapai. Pembelajaran yang menempatkan guru mata pelajaran membuat ilmu yang
disampaikan lebih jelas karena guru tersebut berapa pada bidang keahlian
masing-masing.
4) Peran
guru sebagai transformator, berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada siswa,
penataan lingkungan kelas yang begitu kondusif baik secara lahir maupun batin.
Membuktikan bahwa peran seorang guru sebagai transformator telah dilaksanakan
dengan baik. Ruang maupun sumber belajar ditata secara baik oleh guru, begitu
pula siswa juga mendukung penataan tersebut. Siswa juga memiliki kesadaran yang
tinggi untuk menjaga kondisi kelas. Sebagai contoh, ketika mereka menggunakan
media/sumber belajar, mereka akan mengembalikannya sewaktu pelajaran usai.
5) Peran
guru sebagai transmitor, penanaman nilai-nilai kepada siswa begitu baik dan terarah.
Siswa pada kelas tersebut begitu ramah dan sopan. Kegiatan pembiasaan yang
telah ditentukan oleh sekolah serta ditunjang pelaksaan kegiatan tersebut,
menghasilkan sebuah sikap yang khas. Sikap semacam itu menjadi sebuah kebanggan
bagi mereka(siswa). Melalui teladan guru, siswa merasa guru mereka sebagai
orang yang sangat dihargai.
6) Peran
guru sebagai inovator, sangat disayangkan untuk pembentukan sikap yang begitu
baik di kelas tersebut kurang ditunjang dengan peran guru sebagai inovator.
Guru sendiri mengakui bahwa mereka kurang mampu membuat inovasi dalam
pembelajaran. Guru mengakui bahwa di lingkungan sekolah tengah kota membuat
mereka kesulitan untuk mengeksplorasi lingkungan sebagai sumber belajar. Namun
ada beberapa kegiatan yang menunjukan bahwa guru tidak memiliki inovasi sama
sekali. Terkadang siswa diajak menuju museum atau tempat lain. Hal tersebut
ditujukan agar siswa dapat mengambangkan pengetahuan mereka dari kegiatan
kunjungan tersebut.
b.
Peran
siswa
a)
Keaktifan
siswa
Dengan
jumlah 23 putra dan 28 putri, maka total dalam kelas 1 B ada 51 peserta didik.
Menurut kami, siswa sudah cukup aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dibuktikan dengan keaktifan peserta didik untuk bertanya kepada guru kelas
maupun guru pendamping tentang hal yang dirasa kurang dimengerti. Antusiasme
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini dapat
dilihat dari semangat peserta didik saat ibu Dra. Suwastini akan mengadakan tes
ulangan singkat. Yaitu tes tertulis yang diberikan pada akhir kegiatan
pembelajaran berupa 5 soal tentang teori penjaskes.
Untuk peranan siswa di kelas V C itu
sendiri meliputi keaktivan siswa dalam
bertanya, menjawab, dan berpendapat serta dalam mengerjakan tugas, siswa
melakukan dengan baik terbukti dengan adanya dilakukan tryout untuk setiap mata
pelajaran dan siswa dapat memecahkan masalah terlihat dari siswa dapat
mengerjakan soal-soal tryout dengan benar. Sementara dikelas V B keaktifan siswa tidak terlihat karena pada saat observasi siswa
sibuk sendiri dengan tugas individu yang diberikan oleh guru.tetapi antusiasme
siswa pada saat mengerjakan tugas sangat tinggi, mereka tampak bersemangat
mengerjakan tugas individu yang diberikan. Disini siswa melakukan kegiatan dan
memecahkan masalah dengan mengerjakan tugasnya.
Sedangkan VIA dengan menggunakan teknik
wawancara di kelas dapat disimpulkan bahwa, siswa kelas VIA memiliki keaktifan
yang cukup bagus. Siswa begitu kritis, banyak pertanyaan yang muncul dari
mereka, kemudian pula kemampuan mereka dalam menjawab dan memaparkan pendapat
mereka. Mereka tidak takut salah dengan pendapat mereka maupun jawaban mereka,
karena mereka memahami bahwa belajar tidak hanya dari sesuatu yang bersifat
benar saja, namun dari kesalahan pula mereka dapat belajar. Kepribadian semacam
sudah tertanam pada diri mereka. Namun tidak semua siswa demikian, ada satu
siswa yang masih malu dan kurang berani dalam berpendapat. Setelah kami
tanyakan kepada wali kelas, ternyata siswa tersebut memang memiliki masalah.
Kemudian kewajiban dalam melaksanakan tugas, siswa begitu disiplin untuk
melaksanakan tugas, namun terkadang masih ada siswa yang kurang disiplin. Ini
sudh menjadi masalah klasik bagi para guru karena hal semacam ini begitu umum
di negeri kita sehingga penanaman disiplin sangat diperlukan ketika kita
mengajar.
Sebagaimana telah diungkapkan pada awal
pembahasan, siswa di SD tersebut begitu akrab dan sangat antusias terhadap
kegiatan pembelajaran. Informasi tersebut kami dapatkan dari wali kelas serta
pengamatan kami secara langsung ketika kami masuk ke kelas dan melakukan
wawancara. Apresiasi yang diberikan siswa kepada temannya menurut kami masih
dalam kondisi biasa. Kemudian untuk keaktifan siswa untuk melakukan kegiatan,
siswa juga sudah mampu melaksanakannya. Namun ketika mereka menemukan masalah,
tentu saja mereka meminta panduan dari guru apabila mereka kesulitan untuk
memecahkannya.
0 komentar:
Post a Comment