Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Monday, 9 June 2014

Dorongan Mencari Rizki Yang Halal



DORONGAN MENCARI RIZKI YANG HALAL

I.      PENDAHULUAN
          Sebagai orang islam yang taat kepada Allah SWT, kita harus selalu menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan Allah SWT. Termasuk diantaranya adalah mencari dan mendapatkan rizki yang halal, karena apapun yang kita dapat dan kita makan dalam hidup kita ini akan dipertanggungjawabkan besuk pada hari qiyamat oleh Allah SWT. Hal inilah yang mendorong bagi kita untuk selalu mencari dan mendapatkan rizki yang halal dan sehat serta bermanfaat, namun pada kenyataanya dalam konteks negara kita ini masih banyak orang islam dari rakyat sampai pejabat masih mendapatkan rizki dengan jalan yang tidak sehat. Diantaranya adalah Mencuri, Merampok, Menodong, Manipulasi, sampai kasus yang besar yaitu Korupsi. Inilah tugas yang paling berat bagi kita sebagai mahasiswa sebagai Agen Sosial Of Change yang bertugas mengemban amanat dari rakyat, karena nasib suatu bangsa ada ditangan para pemudanya. Dari itu paling tidak kita sebagai mahasiswa memulai untuk merubah hal tersebut kita awali dengan hal-hal terkecil, Misalnya kita tidak membohongi orang tua ketika kita meminta uang kiriman dari rumah. Mungkin dengan tindakan yang terkecil seperti itu kita sebagai mahasiswa bisa menjadi orang islam yang senantiasa berbakti pada Allah SWT dengan bukti kita mencari dan memakan rizki yang halal.

II.    POKOK PEMBAHASAN
A.    Pengertian Rizki Yang Halal
B.     Hadist-Hadist Tentang Dorongan Mencari Rizki yang Halal
1.      Hadist Abdullah Bin Umar Tentang Orang Yang Memberi Lebih Baik Daripada Meminta-Minta
2.      Hadist Abu Hurairah Tentang Menjual Kayu Bakar Lebih Baik Daripad Meminta-Minta
3.      Hadist Miqdam Bin Ma’dikariba Tentang Nabi Daud Makan Dari Usahanya Sendiri
4.      Hadist Abu Hurairah Tentang Nabi Zakariya Seorang Tukang Kayu

III.     PEMBAHASAN
A.    Pengertian Rizki yang Halal
Rizki atau Rezeki artinya adalah segala sesuatu yang diberikan Tuhan yang bermanfaat dalam hidup[1]. Sedangkan Halal adalah sesuatu yang diperbolehkan dalam hukum agama, atau lawan dari haram.[2] Atau bisa dikatakan bahwa Rizki Halal adalah suatu yang dapat diambil manfaatnya oleh makhluk hidup, seperti makanan, minuman, dan sebagainya yang diperbolehkan agama.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
من جعل الهم هما واحدا كفاه الله هم الدنيا ومن تشعبته الهمو م لم يبال الله في اي اودية الدنيا هلك (رواه الحكم)
Artinya: ”Barang siapa yang mempunyai hanya satu keinginan (yaitu akhirat), niscaya Allh SWT akan mencukupkan kehidupanya di dunia. Dan barang siapa yang keinginanya bercabang-cabang, Allah SWT tidak akan memperdulikan kebinasaanya di lembah maupun di dunia ini” (HR. Hakim)[3]

Rizki yang dimaksud dalam hadist ini adalah jaminan dan tanggungan Allah SWT yang akan diberikan kepada setiap orang jika dia bersungguh-sungguh dalam mencarinya dengan ikhtiar lahir dan ikhtiar bathin. Allah SWT sudah menetapkan hidup, mati, dan rizki bagi setiap orang, Maka dari itu tidak seorangpun yang dapat menghalanginya.
Dalam buku M. Quraish Shihab, diterangkan bahwa kriteria halal itu ada dua macam, yaitu halal dari segi zat dan halal dari cara memperolehnya[4]. Sedangkan kata Thayyib artinya lezat, baik, sehat, menentramkan, dan paling utama. Sedangkan menurut pakar tafsir menerangkan bahwa thayyib artinya sesuatu yang tidak kotor dari segi zatnya, atau rusak dan dicampuri benda najis.[5]
B.     Hadist-Hadist Tentang Dorongan Mencari Rizki Yang Halal
1.      Hadist Abdullah Bin Umar Tentang Orang Yang Memberi Lebih Baik Daripada Meminta-Minta
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما ان رسو ل الله صلى الله عليه وسلم قال : وهو على المنبر وذكر الصدقة والتعفف والمسا لة اليد العليا خير من اليد السفلى فا ليد العليا هي المنفقة والسفلى هي السا نلة (البخاري في كتاب الزكاة)
Artinya: ”Dari Abdullah Bin Umar berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Di atas mimbar beliau  mengatakan tentang shadaqoh dan menahan diri dari meminta-minta. Katanya bahwa tangan adalah orang yang memberi shadaqoh dan tangan yang di bawah adalah orang yang meminta-minta” (HR. Bukhori).[6]

               Hadist ini menerangkan bahwa orang yang memberi lebih baik daripada orang yang suka meminta-minta, dan hendaklah sedekah itu dimulai dari orang yang menjadi tanggung jawabnya, bukan kepada orang lain. Sebab meminta-minta itu dilarang dalam agama, sehingga jangan sampai orang yang menjadi tanggung jawabnya datang meminta-minta.
               Memberi adalah perbuatan yang mulia, karena perbuatan suka memberi adalah menunjukkan sifat dermawan bagi seseorang, terutama bagi umat islam yang kaya dan dianggap punya harta yang lebih mereka bisa menjaga hartanya dan memberikan hak bagi mustahiq lewat infaq, zakat, dan shadaqoh dan lain sebagainya. Sedangkan perbuatan meminta-minta adalah perbuatan yang kurang mulia, karena jika kita masih diberi kesehatan, kekuatan dalam mencari rizki maka tidaklah baik bagi seseorang itu meminta-minta. Agama islam mengajarkan untuk bekerja keras, tidak mengajarkan pemeluknya untuk bermalas-malasan dan menggantungkan diri kepada orang lain.
2.      Hadist Abu Hurairah Tentang Menjual Kayu Bakar Lebih Baik Daripada Meminta-Minta
عن ابي هريرة رضي الله عنه يقول قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم لان يحتطب احدكم حزمة على طهره خيرله من ان يسال الدا فيعطيه او يمنعه (اخرجه البخاري في كتاب المساقاة)
Artinya: ”Dari Abu Hurairah RA berkata: Dari Rasululloh SAW bersabda: Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan di atas punggungnya, hal ini lebih baik daripada ia meminta-minta pada seseorang yang kadang-kadang diberi, kadang-kadang pula ditolak” (HR. Bukhori)[7]

               Pesan Rosululloh SAW dalam hadist ini adalah menganjurkan pada kita untuk bekerja dan makan dari hasil usaha kita sendiri, Beliau juga memerintahkan untuk memelihara kehormatan diri dan menghindari perbuatan yang hina (meminta-minta). Islam adalah agama yang mengajarakan untuk selalu semangat dalam hal apapun, termasuk semangat dalam mencari rizki. Karena apabila kita meminta-minta dan hidup selalu menggantungkan kepada orang lain atau menjadi suku benalu, maka kita akan menjadikan lemah dalam bersemangat, tidak mau berikhtiar lahir-bathin. Padahal Allah SWT selalu memberikan kesempatan bagi hambanya yang mau berusaha.
3.      Hadist Miqdam Bin Ma’dikariba Tentang Nabi Daud Makan Dari Usahanya Sendiri
عن المقدام رضي الله عنه رسو ل الله صلى الله عليه وسلم قال ما اكل احد طعاما قط خيرا من ان يا كل من عمل يده وان داود السلام كان ياكل من عمل يده (اخرجه البخاري في كتاب المساقاة)
Artinya: ”Dari Al-Miqdam RA, Dari Rasululloh SAW  bersabda: Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari hasil keringatnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud itupun memakan dari hasil karyang sendiri.”(HR.  Bukhori)[8]

               Hadist ini menerangkan bahwa rizki yang baik adalah rizki yang didapat dari jalan yang halal dan dari usahanya sendiri. Dalam hadist ini juga menerangkan bahwa Nabi Daud juga memberikan contoh bagi kita bahwa Nabi Daud walaupun dia seorang Nabi dan dijamin kehidupanya oleh Allah SWT, tetapi Nabi Daud tetap bekerja keras dan tetap berusaha dalam memenuhi kehidupanya. Ini memberikan suatu stimulan bagi kita yang hanya menusia biasa untuk terus bekerja keras dalam memenuhi kehidupan di dunia ini. Dalam kacamata agama islam bahwa rizki itu seharusnya memang harus halal dan dari usahanya sendiri, karena Allah SWT menyukai hal yang dicari dari jalan yang Haq dan tidak menyukai hal dari jalan yang Bathil.



4.      Hadist Abu Hurairah Tentang Nabi Zakariya Seorang Tukang Kayu
عن ابي هريرة ان رسو ل الله صلى الله عليه وسلم قال كان زكرياء نجارا (اخرجه مسلم في كتاب الفضانل)
Artinya: ”Dari Abu Hurairah berkata, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda: Nabi Zakariya adalah seorang tukang kayu”. (HR. Muslim)[9]

               Hadist ini menerangkan bahwa Nabi Zakariya juga bekerja sendiri, artinya beliau tidak mau menunggu rizki datang sendiri. Mustahil rizki itu akan turun dari langit di hadapan kita, karena tidak mungkin sesuatu itu datang secara tiba-tiba tanpa ada ikhtiar lahir maupun bathin untuk mendapatkanya. Dari itu kita sebagai umat islam selalu dianjurkan untuk selalu berikhtiar lahir dan bathin untuk selalu mendapatkan rizki yang halalan dan thoyyiban, karena dari rizki itulah kita tumbuh, dari rizki itulah kita besar, dan kesemuanya itu akan kita tanggung jawabkan dengan Allah SWT. Di dalam kitab suci Al-Quran juga diterangkan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum dia mengubah nasibnya sendiri. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa semua yang kita cita-citakan, semua yang kita inginkan, adalah mustahil akan kita dapatkan tanpa adanya usaha untuk mendapatkanya. Tapi usaha itu semua juga harus Halalan Thayyiban sesuai yang dianjurkan oleh agama islam.

IV. KESIMPULAN
Dari semua penjelasan-penjelasan dari beberapa hadist di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pertama, perbuatan memberi juga lebih baik daripada meminta-minta, karena itu adalah menunjukkan pribadi yang malas dan tidak mau berusaha serta menggantungkan diri kepada orang lain. Kedua, Nabi Muhammad menerangkan bahwa seseorang yang mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhanya itu lebih baik daripada orang yang meminta-minta. Ketiga, seorang Nabi yang memberikan contoh kepada kita untuk mencari makan dari usahanya sendiri, yaitu adalah Nabi Daud AS, meskipun dia seorang Nabi namun tetap berusaha dan berusaha untuk memenuhi kehidupanya. Keempat, usaha apapun yang dialakukan oleh seorang hamba adalah yang penting Halalan Thayyiban, meskipun itu hanya menjual kayu bakar, seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakariya. Jadi inti dari kesemuanya adalah Mencari rizki yang halal dan thayyiban adalah sangat dianjurkan oleh agama islam, karena semua itu sudah diajarkan pula oleh Rasulullah SAW dan juga Nabi Daud dan Nabi Zakariya.

V.   PENUTUP
            Demikianlah pembahasan makalah kami yang berjudul ”Dorongan Untuk Mencari Rizki Yang Halal” yang pasti di dalamnya terdapat kesalahan dan kekurangan. Dari itu kritik dan saran yang bersifat Konstruktif sangat kami harapakan demi kemajuan kita semua, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amien. Salam PLUR (Peace Leve Unity Respect).

DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Hasby. Mutiara Hadist 4. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2003
Departemen Agama. Al-quran dan Terjemahnya. Kudus: Menara Kudus. 1997
A.    Majid Hasyim, Husaini. Syarah Riyadush Sholihin. Surabaya: Bina Ilmu. 2003
Mansyur, Kahar. Bulughul Maram Jilid II. Jakarta: Rieneka Cipta. 2000
Mudjab Mahalli, Ahmad. Hadist-Hadist Muttafaqun Alaih. Jakarta: Perdana Media. 2003
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan. 1998
Sunarto, Achmad. Al-Jami’ush Shahih. Jakarta: Setia Kawan. 2000
Syihabudin, Imam Al-Abbas. Irsyadussari Bil Syarhil Shahih Bukhari. Libanon: Darul Kutub.
Usman, Ali. Hadist Qudsi. Bandung: Diponegoro.
Widodo, Amd. Dkk, Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absulut. 2001



[1]Widodo. Amd. Dkk. Kamus Ilmiah Populer. Jogjakarta: Absolut. hlm. 651
[2] Ibid,hlm. 187
[3] Ali Usman, Hadist Qudsi, Bandung: Diponegoro, 1995. hlm. 263
[4] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung:Mizan, 1998. hlm. 148
[5] Hasby Ash-Shiddiqy, Mutiara Hadist 4, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003. hlm. 155
[6] Ahmad Mudjab Mahalli, Hadist-Hadist Muttafaqqun Alaih, Jakarta: Perdana Media, 2003. hlm. 490
[7] Imam Syihabudin Al Abbas, Irsyahdussari Bil Syarhil Shohih Bukhori, Libanon: Darul Kutub. hlm. 78
[8] Husaini A. Majid Hasyim, Syarah Riyadush Sholihin, Surabaya: Bina Ilmu, 1993. hlm. 340
[9] Imam Syihabuddin, Op cit. hlm. 110
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Dorongan Mencari Rizki Yang Halal Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda