Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 27 June 2014

Kegiatan PAIKEM di SD Bali



Kegiatan PAIKEM
Peran guru
Guru di sekolah dasar, terutama kelas rendah, memiliki peran utama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena pada kelas rendah, peserta didik masih perlu dibimbing secara detail. Dari pengamatan kami ketika kami melaksanakan pengamatan secara langsung, untuk  kelas I  di SD Saraswati 2 Denpasar, dipercayakan 1 wali kelas dan 1 guru pendamping. Mengingat peserta didik usia kelas rendah masih butuh bimbingan lebih. Dalam hal ini ibu Dra. Suwastini telah mampu memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dengan didampingi oleh guru pendamping, yang mana fungsi dari guru pendamping ini adalah untuk membantu guru / wali kelas dalam mengasuh peserta didik.
Ibu Dra. Suwastini mampu memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif. Namun, pada saat kami mengadakan observasi, ibu Dra. Suwastini tidak memperkenalkan kami selaku observer kepada peserta didik. Dan ini memberi kesan bahwa ibu Dra. Suwastini kurang menganggap keberadaan kami selaku observer. Dan ini pula menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik tentang keberadaan kami selaku observer.
Guru kelas memang berperan penting, walaupun tetap menerapkan student center. Hal ini dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang sudah tertib membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Penerapan nilai ini sukses diterapkan ibu Dra. Suwastini dengan baik.
Sedangkan untuk kelas tinggi diwakili oleh kelas V dan VI. Di kelas V untuk pendekatan PAKEM guru tidak berperan penuh, guru hanya berfungsi sebagai motivator guru memberi motivasi  pada siswa dalam proses pebelajaran dikelas, guru juga berfungsi sebagai informator, guru selalu memberikan informasi pada siswa mengenai hal-hal yang belum diketahui.
Peran guru kelas VI diperoleh data berdasarkan wawancara dengan siswa dan guru kelas VIA, kami mendapatkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari peran guru, yaitu :
Peran guru sebagai fasilitator, di kelas ini peran guru sebagai fasilitator sudah terlaksana. Akan tetapi peran tersebut hanya dilaksanakan oleh beberapa guru saja. Belum semua guru telah melaksanakan perannya sebagai seorang fasilitator. Hal ini dikarenakan mereka(Guru) yang masih menganggap pembelajaran lebih efektif jika guru memberikan penjelasana secara langsung.
Peran guru sebagai motivator, kami sangat terkesan dikarenakan peran guru sebagai motivator terlaksana sangat baik. Guru yang selalu memberikan motivasi kepada siswa, hubungan yang begitu dekat dengan siswa membuat siswa nyaman sehingga ketika guru memberikan dukungan kepada siswanya, siswa begitu antusias untuk melaksanakannya. Namun untuk motivasi dalam bentuk reward belum terlaksana.
Peran guru sebagai informator, guru sebagai informator(materti pelajaran) sudah tercapai. Pembelajaran yang menempatkan guru mata pelajaran membuat ilmu yang disampaikan lebih jelas karena guru tersebut berapa pada bidang keahlian masing-masing.
Peran guru sebagai transformator, berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada siswa, penataan lingkungan kelas yang begitu kondusif baik secara lahir maupun batin. Membuktikan bahwa peran seorang guru sebagai transformator telah dilaksanakan dengan baik. Ruang maupun sumber belajar ditata secara baik oleh guru, begitu pula siswa juga mendukung penataan tersebut. Siswa juga memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kondisi kelas. Sebagai contoh, ketika mereka menggunakan media/sumber belajar, mereka akan mengembalikannya sewaktu pelajaran usai.
Peran guru sebagai transmitor, penanaman nilai-nilai kepada siswa begitu baik dan terarah. Siswa pada kelas tersebut begitu ramah dan sopan. Kegiatan pembiasaan yang telah ditentukan oleh sekolah serta ditunjang pelaksaan kegiatan tersebut, menghasilkan sebuah sikap yang khas. Sikap semacam itu menjadi sebuah kebanggan bagi mereka(siswa). Melalui teladan guru, siswa merasa guru mereka sebagai orang yang sangat dihargai.
Peran guru sebagai inovator, sangat disayangkan untuk pembentukan sikap yang begitu baik di kelas tersebut kurang ditunjang dengan peran guru sebagai inovator. Guru sendiri mengakui bahwa mereka kurang mampu membuat inovasi dalam pembelajaran. Guru mengakui bahwa di lingkungan sekolah tengah kota membuat mereka kesulitan untuk mengeksplorasi lingkungan sebagai sumber belajar. Namun ada beberapa kegiatan yang menunjukan bahwa guru tidak memiliki inovasi sama sekali. Terkadang siswa diajak menuju museum atau tempat lain. Hal tersebut ditujukan agar siswa dapat mengambangkan pengetahuan mereka dari kegiatan kunjungan tersebut.

Peran siswa
Keaktifan siswa
Dengan jumlah 23 putra dan 28 putri, maka total dalam kelas 1 B ada 51 peserta didik. Menurut kami, siswa sudah cukup aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dibuktikan dengan keaktifan peserta didik untuk bertanya kepada guru kelas maupun guru pendamping tentang hal yang dirasa kurang dimengerti. Antusiasme peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari semangat peserta didik saat ibu Dra. Suwastini akan mengadakan tes ulangan singkat. Yaitu tes tertulis yang diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran berupa 5 soal tentang teori penjaskes.
Untuk peranan siswa di kelas V C itu sendiri  meliputi keaktivan siswa dalam bertanya, menjawab, dan berpendapat serta dalam mengerjakan tugas, siswa melakukan dengan baik terbukti dengan adanya dilakukan tryout untuk setiap mata pelajaran dan siswa dapat memecahkan masalah terlihat dari siswa dapat mengerjakan soal-soal tryout dengan benar. Sementara dikelas V B keaktifan siswa tidak terlihat karena pada saat observasi siswa sibuk sendiri dengan tugas individu yang diberikan oleh guru.tetapi antusiasme siswa pada saat mengerjakan tugas sangat tinggi, mereka tampak bersemangat mengerjakan tugas individu yang diberikan. Disini siswa melakukan kegiatan dan memecahkan masalah dengan mengerjakan tugasnya.
Sedangkan VIA dengan menggunakan teknik wawancara di kelas dapat disimpulkan bahwa, siswa kelas VIA memiliki keaktifan yang cukup bagus. Siswa begitu kritis, banyak pertanyaan yang muncul dari mereka, kemudian pula kemampuan mereka dalam menjawab dan memaparkan pendapat mereka. Mereka tidak takut salah dengan pendapat mereka maupun jawaban mereka, karena mereka memahami bahwa belajar tidak hanya dari sesuatu yang bersifat benar saja, namun dari kesalahan pula mereka dapat belajar. Kepribadian semacam sudah tertanam pada diri mereka. Namun tidak semua siswa demikian, ada satu siswa yang masih malu dan kurang berani dalam berpendapat. Setelah kami tanyakan kepada wali kelas, ternyata siswa tersebut memang memiliki masalah. Kemudian kewajiban dalam melaksanakan tugas, siswa begitu disiplin untuk melaksanakan tugas, namun terkadang masih ada siswa yang kurang disiplin. Ini sudh menjadi masalah klasik bagi para guru karena hal semacam ini begitu umum di negeri kita sehingga penanaman disiplin sangat diperlukan ketika kita mengajar.
Sebagaimana telah diungkapkan pada awal pembahasan, siswa di SD tersebut begitu akrab dan sangat antusias terhadap kegiatan pembelajaran. Informasi tersebut kami dapatkan dari wali kelas serta pengamatan kami secara langsung ketika kami masuk ke kelas dan melakukan wawancara. Apresiasi yang diberikan siswa kepada temannya menurut kami masih dalam kondisi biasa. Kemudian untuk keaktifan siswa untuk melakukan kegiatan, siswa juga sudah mampu melaksanakannya. Namun ketika mereka menemukan masalah, tentu saja mereka meminta panduan dari guru apabila mereka kesulitan untuk memecahkannya.
Kurikulum
RPP yang digunakan masih menggunakan RPP yang dibuat dari Gugus SD. RPP ini dibuat pada kegiatan KKG. Mereka mengacu pada RPP PAKEM. Namun sebagaimana kami amati dari RPP yang diperlihatkan, RPP yang digunakan masih biasa. Terkadang ada pula yang masih menggunakan cara konvensional. Tapi tidak semuanya demikian, ada pula RPP yang sudah menggunakan tahapan PAKEM. Sumber belajar yang digunakan pun masih menggunakan buku paket, terkadang ada pula guru yang menggunakan sumber dari media online.  Sedangkan untuk penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, guru menyadari bahwa mereka belum mampu mengembangkan hal tersebut, mengingat letak mereka yang berada di tengah kota sehingga keterbatasan itu menjadi kendala. Untuk kelas rendah tambahan jam pelajaran tidak ada, sedangkan untuk kelas rendah terutama kelas VI jam tambahan sangat sering dilaksanakan, seperti jam ke 0 (nol) maupun jam tambahan di akhir pelajaran. Karena kelas VI sudah mendekati waktu ujian membuat penambahan jam lebih sering dilakukan, hal semacam ini ditujukan agar siswa dapat mendalami materi serta terbiasa terhadap soal-soal yang diberikan. Sehingga nantinya akan mempermudah mereka ketika UN.


Strategi Pembelajaran
Untuk kelas rendah, khususnya kelas I, dalam strategi pembelajaran, guru tidak menggunakan model pembelajaran inovatif, hal ini dikarenakan kelas gemuk atau jumlah siswa dalam kelas tertalu banyak yaitu 49 siswa. Dengan jumlah siswa yang banyak, guru juga merasa kesulitan dalam melakukan pengelolaan kelas, dalam mengajar, guru dibantu oleh guru bantu, jadi satu kelas diampu oleh dua orang guru. Meskipun demikian, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, kelas gaduh sehingga suara guru tidak terdengar sampai belakang. Guru juga menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar dan mengajar, alat peraga atau media ini biasanya dari lingkungan sekitar. Akan tetapi penggunaan media atau alat peraga ini masih kurang karena guru tidak membuat media, sehingga pembelajaran sering tidak menggunakan media atau alat peraga. Terkadang guru membawa murid ke laboratorium pada mata pelajaran tertentu, misalnya Bahasa Indonesia dan Sains, tetapi hal ini juga jarang dilakukan karena keterbatasan laboratorium serta laboratorium sering gunakan oleh kelas tinggi. Tata tertib sekolah dipajang didinding bersama dengan bank data siswa, sehingga tata tertib ini bisa dilihat oleh semua siswa, selain tata tertib tertulis, guru juga memberikan tata tertib secara lisan seperti ketika melihat sampah disekitar lingkungan kelas harus segera dibuang, selain itu kedisiplinan siswa terlihat ketika pergantian jam pelajaran, siswa langsung memasukkan buku pelajaran yang usai kemudian mengeluarkan buku pelajaran yang akan dipelajari. Contoh lain misalnya ketika jam istirahat, siswa memasukkan barang kepunyaan mereka kedalam tas sehingga meja belajar mereka terlihat rapi dan bersih. Ketika jam istirahat tiba, guru memberikan peringatan agar siswa tidak main dekat-dekat pagar lantai dua karena SD Saraswati 2 sedang dalam proses pembangunan. Ketika mengajar, guru menguasai materi, guru memberikan cara mewarnai yang benar serta penggunaan warna-warna, namun, guru tidak membatasi kreativitas siswa. Guru juga bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, jika ada guru akan membantu siswa tersebut secara personal. Seperti kemarin, terdapat siswa yang kesulitan mengerjakan tugas, siswa tersebut diberi kelonggaran waktu untuk menyelesaikan kemudian dibimbing oleh guru bantu. Untuk evaluasi pembelajaran, guru kadang melakukan pretest untuk mengualang pelajaran yang telah diajarkan serta post test atau ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Selain itu guru juga melakukan penilaian proses untuk menilai tulisan siswa, ketepatan, dan kecepatan siswa. Untuk kelas I sendiri tidak ada program pengayaan, program remidial diberikan ketika ulangan akhir semester untuk membantu memperbaiki nilai siswa.
Di kelas V B dalam hal strategi pembelajaran, guru telah menggunakan model pembelajaran inovatif tetapi tidak bisa efektif karena keterbatasan fasilitas dan waktu. Soalnya ruang kelas digunakan bergantian
Di kelas VI dilakukan wawancara dengan wali kelas dan siswa kelas VIA. Model pembelajaran yang dilaksanakan di SD Saraswati 2 Denpasar masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional. Hanya saja terkadang model pembelajaran inovatif digunakan apabila materi yang diajarkan kiranya mudah untuk disampaikan dengan menggunakan media ataupun model inovatif seperti cooperatif learning. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa metode maupun model pembelajaran yang digunakan masih minim akan pembaharuan. Sedangkan untuk pengelolaan kelas, wali kelas VI 6 sudah cukup memperhatikan beberapa aspek seperti pencahayaan, penataan buku, penataan pajangan, serta sarana lain yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Karena guru yang mengajar adalah guru mata pelajaran, maka pembelajaran terpadu kurang terlaksana. Secara umu guru bidang studi hanya mengajarkan materi sesuai dengan kemampuannnya saja. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk memadukan pelajaran dengan pelajaran yang lain. Kondisi tersebut disesuaikan dengan materi serta kemampuan guru untuk mengembangkan materi. Serta pengembangannnya pun bersifat spontan atau tidak direncanakan dalam RPP.
Dalam penanaman disiplin, tentu saja tidak terlepas dari tata tertib yang berlaku di sekolah. Termasuk SD Saraswati 2 Denpasar. Tata tertib yang digunakan di kelas VI A sebagian besar menggunakan tata tertib yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Serta untuk setiap kelas juga memiliki  aturan tersendiri yang ditetapkan oleh siswa bersama dengan wali kelas. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yangg dibuat sendiri olehnya sehingga tanggung jawab disiplin dapat tertanam pada diri mereka.
Penilaian kompetensi guru
Pada kelas rendah sendiri terdapat dua guru dalam satu kelas. Satu guru kelas dan satunya lagi guru bantu. Dua guru ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam mengelola kelas. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, guru menguasai materi dengan baik. Guru juga bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, jika ada guru akan membantu siswa tersebut secara personal. Seperti kemarin, terdapat siswa yang kesulitan mengerjakan tugas, siswa tersebut diberi kelonggaran waktu untuk menyelesaikan kemudian dibimbing oleh guru bantu.
Selain itu juga melakukan penilaian kompetensi guru  berdasarkan wawancara dengan siswa kelas VIA. Disampaikan oleh para siswa bahwa penguasaan materi bapak ibu guru sangatlah baik. Mereka (Guru) mampu menjelaskan materi dengan baik, serta mampu memberikan solusi apabila siswa mengalami masalah. Selain itu, sebagaimana disampaikan oleh wali kelas, beliau mengakui bahwa guru-guru dapat menjelaskan materi secara mendetail karena pada dasarnya mereka adalah guru bidang studi. Darisitulah yang mendasari kemampuan para guru SD Saraswati 2 untuk memberikan materi secara terperinci dan jelas. Dengan demikian, materi sesuai dengan tingkatan perkembangan siswa dan kompetensi mampu tercapai oleh siswa.
Untuk aspek yang lain, kami belum menemukan apakah aspek tersebut terlaksana secara langsung. Akan tetapi berdasarkan wawancara kami dengan siswa kelas VIA, mereka menjelaskan bahwa kemampuan para guru untuk membuka pelajaran, variasi pembelajaran, serta kemampuan menutup pelajaran masih kurang. Kemudian kami kroscekkan dengan Pak Dewa, beliau pun mengakui kekurangan tersebut. Beliau juga menjelaskan bahwa hal tersebut kadang terlupakan karena mereka(guru) lebih fokus untuk menjelaskan materi dan menyelesaikan masalah siswa.
Media Pembelajaran
Dikelas rendah (kelas I) guru juga menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar dan mengajar, alat peraga atau media ini biasanya dari lingkungan sekitar. Akan tetapi penggunaan media atau alat peraga ini masih kurang karena guru tidak membuat media, sehingga pembelajaran sering tidak menggunakan media atau alat peraga. Terkadang guru membawa murid ke laboratorium pada mata pelajaran tertentu, misalnya Bahasa Indonesia dan Sains, tetapi hal ini juga jarang dilakukan karena keterbatasan laboratorium serta laboratorium sering gunakan oleh kelas tinggi.
Pemanfaatan media pembelajaran dikelas tinggi sendiri juga masih kurang. Media pembelajaran jarang digunakan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, media pembelajaran hanya digunakan pada materi tertentu yang kiranya dapat ditunjang dengan media. Alat peraga pun demikian, menyesuaikan dengan materi, apabila alat peraga bisa digunakan maka pembelajaran akan menggunakan alat peraga.
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan dikelas I, guru kadang melakukan pretest untuk mengualang pelajaran yang telah diajarkan serta post test atau ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Selain itu guru juga melakukan penilaian proses untuk menilai tulisan siswa, ketepatan, dan kecepatan siswa. Untuk kelas I sendiri tidak ada program pengayaan, program remidial diberikan ketika ulangan akhir semester untuk membantu memperbaiki nilai siswa.
Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas V B berupa post tes yaitu berupa ulangan harian. Pada ulangan harian bagi siswa yang tidak tuntas diberikan remidial sampai yang dilaksanakan maksimal 2 kali dan terdapat pengayaan bagi siswa yang nilainya sudah baik. Pada kelas V B tidak terdapat pre tes tetapi ada kuis yang diberikan oleh guru saat pembelajaran berlagsung yang tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan siswa dengan pembelajaran yang monoton. Penilaian proses diberikan pada saat siswa melakukan diskusi kelompok. Pada mata pelajaran IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia siswa sering melakukan diskusi kelompok.
Sedangkan untuk kelas VI hampir keseluruhan evaluasi telah di laksanakan di SD Saraswati 2 Denpasar. Pre tes biasanya diberikan secara insidental. Demikian pula untuk kuis, sebagaimana kuis diberikan secara insidental pula ketika pembelajaran. Kemudian untuk post test, dilaksanakan pada akhir bab/materi. Sedangkan untuk pengayaan dan remidial, dilaksanakan pada jam tambahan. Sangat disayangkan penilaian proses jarang dilakukan oleh guru, karena kegiatan yang mengacu pada penilaian proses jarang dilakukan.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Kegiatan PAIKEM di SD Bali Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda