Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday, 27 June 2014

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) PGSD Lengkap



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kuliah kerja lapangan (KKL) merupakan salah satu program wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang. Berbekal teori, materi, dan konsep yang telah diperoleh selama mengikuti proses perkuliahan, maka mahasiswa diharapkan dapat membandingannya dengan bentuk pelaksanaan pembelajaran yang ada di lapangan.  Kegiatan KKL ini bertujuan agar mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang yang merupakan calon guru sekolah dasar mengetahui seluk beluk serta berbagai aktivitas yang berlangsung di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah, sehingga dengan dilakukannya kegiatan KKL ini mahasiswa diharapkan dapat memiliki bekal pegetahuan tentang kegiatan yang terjadi di Sekolah Dasar dan dapat digunakan sebagai acuan pada saat nantinya terjun langsung di lapangan.
Bertempat di provinsi Bali, pada tahun 2011 mahasiswa semester 5 PGSD Universitas Negeri Semarang mengadakan kegiatan KKL. Dalam kegiatan KKL ini seluruh mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok besar yang akan melaksanakan kegiatan KKL di 7 SD berbeda. Sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditentukan oleh pihak jurusan sebelumnya, kami dari kelompok 2 bertugas untuk melaksanakan kegiatan KKL di SDN 22 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Utara.
Yang menjadi bahan observasi pada kegiatan KKLyang telah dilakukan ini terbagi menjadi 5 aspek, yaitu Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan(PAIKEM), Manajemen Berbasis Sekolah(MBS), Bimbingan Konseling(BK), Peran Serta Masyarakat(PSM) dan Muatan Lokal(Mulok).

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, kami merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas pada bab berikutnya, antara lain :
1.         Bagaimanakah konsep dasar PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok?
2.         Bagaimanakah pelaksanaan PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok di SDN 22 Dauh Puri?
3.         Apa sajakah kelebihan, kekurangan, peluang serta ancaman yang ada di SDN 22 Dauh Puri?

C.      Tujuan
1.      Mengetahui konsep dasar PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok.
2.      Mengetahui pelaksanaan PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok di SDN 22 dauh Puri.
3.      Mengetahui kelebihan, kekurangan, peluang serta ancaman yang ada di SDN 22 Dauh Puri.









BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Dasar PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok
PAIKEM
1. Dasar Pemikiran
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Mengembangkan kreativitas peserta didik
3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan  (PAIKEM)
5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna
6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat
7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya
9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah
2. Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Dari kepanjangannya, PAIKEM mempunyai 5 ciri-ciri pembelajaran yaitu aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1.         Aktif
       Pembelajaran yang aktif adalah apabila guru dapat memantau kegiatan siswa dengan baik, memberi umpan balik kepada siswa, dapat mengajukan pertanyaan menantang dan mempertanyakan gagasan siswa. Sedangkan bagi siswa, pembelajaran yang aktif adalah apabila siswa sudah berani aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain.
2.         Inovatif
      Dalam pembelajaran PAIKEM, guru diharapkan dapat memunculkan sebuah inovasi baru dalam pembelajaran, baik dari segi metode, model pembelajaran maupun media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.
3.         Kreatif
       Pembelajaran yang memuat unsur PAIKEM mengharuskan guru dapat kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran serta mengembangkan kegiatan yang beragam. Sehingga siswa nantinya tidak akan merasa bosan dalam belajar.
4.         Efektif
       Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila guru sudah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan dari aspek siswa, pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila siswa sudah mampu menguasai keterampilan yang diperlukan dalam belajar.
5.         Menyenangkan
       Maksud dari pembelajaran yang menyenangkan adalah ketika pembelajaran itu tidak membuat siswa menjadi takut salah, takut ditertawakan dan takut dianggap sepele. Sebaliknya, dengan adanya pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa untuk berani mencoba, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat dan mempertanyakan gagasan orang lain dengan tanpa paksaan. Sehingga pada akhirnya nanti, perhatian siswa terhadap pembelajaran dan tugas-tugas yang didapatkan dari guru menjadi penuh dan berujung pada hasil belajar siswa yang meningkat.
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bagian penjelasan pasal 51 ayat 1, MBS didefinisikan sebagai “bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”. Tilaar berpendapat bahwa inti dari MBS adalah partisipasi masyarakat (Irawan, dkk, 2004), dan pendapat tersebut sangat masuk akal sebab komite sekolah yang menjadi instrumen kunci dalam implementasi MBS memang terdiri dari elemen-elemen yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri, misalnya seperti orang tua peserta didik dan masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah.
Sedangkan yang menjadi landasan teori dari MBS yaitu pertama, prinsip ekuifinalitas menjadi landasan yang harus dimiliki oleh para pelaksana MBS di sekolah ataupun otoritas pendidikan diatasnya. Artinya setiap personel yang terkait dengan pengambilan keputusan sekolah harus memiliki perspektif yang luas dan setiap permasalahan dapat didekati dari berbagai cara yang berlainan. Tidak ada cara tunggal terbaik untuk memecahkan setiap masalah yang muncul di sekolah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
Kedua, prinsip desentralisasi memandang bahwa masalah yang muncul di sekolah akan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya apabila penyelesaiannya diserahkan kepada pihak yang paling dekat dengan keberadaan masalah tersebut. Dalam menyelesaikan masalah pendidikan di sekolah, yang paling tahu adalah warga sekolah itu sendiri terutama guru, staf, kepala sekolah dan orang tua siswa. Sebagaimana Mohrman dkk bahwa otonomi secara luas menyangkut empat komponen penting yaitu kekuasaan atau kewenangan, pengetahuan dan keterampilan, informasi dan penghargaan.
Ketiga, prinsip sistem pengelolaan mandiri. Desentralisasi dalam kekuasaan, pengetahuan dan keterampilan, informasi dan penghargaan akan terlaksana bila sekolah diberi keleluasaan dalam pengelolaan sekolahnya secara mandiri. Hal terpenting agar sekolah dapat melakukan pengelolaan mandiri apabila para guru dan staf memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Di Indonesia sistem pengelolaan mandiri ini belum dimiliki karena banyak guru dan kepala sekolah yang belum memenuhi syarat untuk menjalankan pekerjaannya.
Keempat, prinsip inisiatif sumber daya manusia. MBS akan berhasil dengan baik apabila warga sekolah memiliki inisiatif dalam menjalankan pekerjannya dan inisiatif setiap individu dihargai. Yang menjadi masalah di Indonesia adalah kurangnya inisiatif dari warga sekolah karena tidak adanya rasa memiliki terhadap sekolah tersebut.
Dasar hukum pelaksanaan MBS adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat 1, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah”. Legalisasi pelaksanaan MBS juga termuat dalam peraturan turunan undang-undang sistem pendidikan nasional, yaitu dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 49 ayat 1, “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”. Sementara itu, Kemendiknas memberikan 10 alasan dibalik pemberlakuan kebijakan MBS, sebagaimana berikut (Irawan, dkk, 2004):
a.    Bila sekolah memiliki otonomi yang lebih besar maka sekolah akan lebih leluasa dalam mengekspresikan keaktifan atau kreativitasnya dalam meningkatkan mutu sekolah;
b.    Bila sekolah memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam mengelola sumber dayanya maka sekolah akan lebih lincah dalam memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah;
c.    Bila sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada maka sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dalam memajukan sekolah;
d.   Bila sekolah lebih mengetahui input pendidikan lembaganya maka sekolah dapat mendayagunakannya dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik;
e.    Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolah;
f.     Bila masyarakat sekitar sekolah mengontrol penggunaan sumber daya pendidikan maka penggunaannya akan menjadi lebih efektif dan efisien;
g.    Bila seluruh warga sekolah dan masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan sekolah maka akan tercipta transparansi dan demokrasi yang sehat;
h.    Bila sekolah bertanggung jawab secara langsung terhadap orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah, maka sekolah akan berupaya secara optimal dalam pelaksanaan pencapaian mutu pendidikan yang telah direncanakan;
i.      Dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah, maka sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah lainnya dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya yang lebih inovatif;
j.      Sekolah dapat melakukan respon yang lebih cepat terhadap aspirasi masyarakat yang berubah dengan cepat.
Dari kesepuluh alasan yang dikemukakan oleh Kemendiknas tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pemberlakuan kebijakan MBS adalah peningkatan mutu pendidikan melalui model pengelolaan sekolah yang lebih demokratis. Tujuan utama Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari atas. Mereka dapat pengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri. Menurut Slamet PH (Irawan, dkk, 2004) secara empiris, memang MBS perlu diimplementasikan sebab model pengelolaan sekolah secara sentralistis yang telah cukup lama diterapkan terbukti kurang mengakomodasi kebutuhan sekolah, menumpulkan daya kreativitas sekolah, dan mengikis habis sense of belonging warga sekolah terhadap sekolahnya. Tentunya pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap (Depdiknas, 2007:17- 18) Dengan begitu, MBS sebagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan (Mulyasa, 2005: 126).

BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan memiliki makna bantuan yang diberikan kepada individu-individu agar mereka dapat:
a.       mengatur kegiatannya sendiri;
b.      mengembangkan pandangannya sendiri;
c.       mengambil keputusan sendiri;
d.      menanggung bebannya sendiri sebagai akibat keputusan itu.
Konseling atau penyuluhan adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan di dalam Undang-undang No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional beserta perangkat peraturan pemerintahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan Dasar, dimana Sekolah Dasar ada didalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No.28 tahun 1989. pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa:
        1.          bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi , mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
        2.          bimbingan diberikan oleh guru pembimbing, sesuai dengan peraturan tersebut setiap sekolah khususnya sekolah dasar diwajibkan memberikan bimbingan kepada siswa-siswinya.
Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
Kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling berlatar belakang beberapa aspek, diantaranya aspek psikologis, sosial budaya, dan paedagogis.
1.        Latar Belakang Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah SD Saraswati 02 Denpasar, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan yang individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, terdapat  adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar. Hal tersebut merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subjek didik dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Untuk itu perlu adanya upaya pemecahan melalui layanan bimbingan dan konseling. Beberapa masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah yaitu:

a.         Masalah perkembangan individu
Sejak individu terbentuk sebagai suatu organisme hingga akhir hayatnya individu terus tumbuh dan berkembang. Tujuan proses pertumbuhan dan perkembangan adalah mencapai kedewasaan yang sempurna secara optimal. Proses perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri individu maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh faktor bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Akan lebih baik kalau faktor-faktor tersebut saling mendukung dan saling melengkapi. Oleh karena itu harus ada asuhan yang terarah melalui belajar sering disebut dengan pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap perkembangan individu. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya, juga daapt membantu dalam mencapai tugas-tugas perkembangan individu dengan baik.
b.        Masalah perbedaan individu
Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek – aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Oleh karena itu, antara siswa yang satu dengan yang lain mempunyai keunikan sendiri-sendiri dan biasanya keunikan tersebut menimbulkan suatu permasalahan disinilah fungsi dari bimbingan dan konseling yang setidaknya dapat mengurangi atau menghindaripermasalahan diantara individu. Beberapa aspek perbedaan individu yang perlu mendapatkan perhatian adalah kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola dan tempo perkembangan, ciri – ciri jasmani, latar belakang keluarga ( lingkungan ).
c.         Masalah kebutuhan individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Secara psikologis ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Selain itu perlu diperhatikan juga kebutuhan fisiologis, rasa aman , cinta dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri.
d.        Masalah penyesuaian diri
Penyesuaian diri banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu itu sendiri. Perananan sekolah dan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu sebagai lingkungan yang memberikan kemudahan untuk tercapaianya penyesuaian diri yang baik.
e.         Masalah belajar
Dalam perbuatan belajar timbul berbagai masalah baik bagi diri pelajar maupun pengajar.
2.    Latar Belakang Sosial Budaya
Makin derasnya perubahan sosial dan makin kompleksnya keadaan masyarakat akan membawa pengaruh besar terhadap kehidupan dan perkembangan anak – anak dan remaja. Untuk itu sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil dalam menyesuaikan diri dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui program bimbingan dan konseling yang diterapkan dalam sekolah.
3.    Latar Belakang Paedagogis
Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung disekolah maupun diluar sekolah. Dengan kata lain kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi yang berkembang secara menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional tetapi kegiatan yang menjamin setiap anak didik mendapat layanan untuk berkembang secara optimal.
     Fungsi dan Peranan Bimbingan Konseling
Empat fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
1.      Fungsi pemahaman
Dengan fungsi ini memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan peningkatan perkembangan dan kehidupan klien memahami berbagai hal yang esensial berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien. Pemhaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak-pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan diri klien. Pemahaman dituju pada pemahaman tentang klien, pemahaman tentang masalah klien, dan pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.
2.      Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangan. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data, dan sebagainya.
3.      Fungsi pengentasan
Individu yang mengalami masalah akan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya. Klien yang mengalami masalah akan datang kepada konselor dengan tujuan untuk dientaskannya masalah yang tidak mengenakan dari dirinya. Fungsi ini yaitu mengahsilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami klien.
4.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Diharapkan klien dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi bimbingan terdiri atas kegiatan dan pelayanan yang merupakan usaha perseorangan untuk membantu anak dalam mengembangkan potensinya secara maksimal sesuai dengan latar belakang dan bakatnya yang khas. Kegiatan ini membantu anak dalam memahami diri pribadinya dan masyarakat, sehingga ia dapat lebih bertanggung jawab dalam pengarahan kejuruan, pribadi, dan emosinya.
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah merupakan upaya dengan berbagai cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara optimal dan efektif, semua komponen dan smuber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) dan sistem informasi yang meliputi himpunan data bimbingan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan. Dalam menejemen bimbingan dan konseling terkandung aspek-aspek: perencanaan program, pelaksanaan dan pengarahan program, pengorganisasian,evaluasi dan supervisi.
Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah menganut pola pengorganisasian tertentu yang struktur hirarkisnya mengatur tugas dan tanggung jawab personil yang terlibat antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator guru pembimbing,guru pembimbing, guru, wali kelas dan staf administrasi atau tata usaha. Pada sekolah dasar yaitu dikhususkan kepada guru kelas.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
a.    Tujuan Umum
Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
b.    Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dimaksudkan untuk membantu individu agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karier.
Asas- Asas Bimbingan dan Konseling
a.    Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disebarluaskan pada pihak-pihak lain.
b.    Asas Kesukarelaan
Kesukarelaan itu ada pada konselor maupun pada klien artinya klien secara suka dan rela tanpa ada perasaan terpaksa, mau menyampaikan masalah yang dihadapinya dengan mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang dialaminya.
c.    Asas Keterbukaan
Suasana keterbukaan antara konselor dengan klien dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan, karena penerapan asas ini akan lebih mempermudah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling.
d.   Asas Kekinian
Masalah klien yang ditangani melalui kegiatan bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang saat ini sedang dirasakan.
e.    Asas Kemandirian
Konselor hendaknya senantiasa berusaha menghidupkan kemandirian pada diri klien, bukan justru menghidupkan ketergantungan klien pada konselor.
f.     Asas Kegiatan
Hasil usaha layanan bimbingan dan konseling tidak akan berarti bila klien yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
g.    Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan ini hendaknya mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada proses koinseling dan hasil-hasilnya.
h.      Asas Keterpaduan
Layanan bimbingan dan konseling berupaya memadukan berbagai aspek dari klien yang dibimbing.
i.        Asas Kenormatifan
Usaha layanan bimbingan dan konseling ttidak boleh bertentangan dengan norma- norma yang berlaku.
j.        Asas Keahlian
Usaha layanan bimbingan dan konseling dilakukan secara teratur, sistematik, dan dengan mempergunakan prosedur, teknik serta alat yang memadai.
k.      Asas Alih Tangan
Apabila masalah yang dialami klien berada di luar kemampuan dan kewenangannya, konselor mengalihtangankan klien tersebut pada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
l.        Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan keberadaannya pada waktu klien menghadapi masalah dan menghadap konselor saja, namun di luar hubungan kerja pelaksanaan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan keberadaan dan manfaatnya.

       PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM)
Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat publiknya, seperti para orang tua murid / anggota Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), dan atasan langsungnya. Demikian pula hasil pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapan bahkan dambaan masyarakatnya, maka kegiatan–kegiatan sekolah juga harus terpadu dengan derap masyarakatnya. Sekolah juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Tetapi orang tua hanya sebagai pembantu penyelenggara pendidikan, dan tidak berhak untuk mempengaruhi apalagi mengubah arah sasaran pendidikannya.
Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi sekolah. Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ditegaskan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan sumber daya penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada PP No. 19 tahun 2005 menyebutkan pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.
Ayat 1 Pasal 54 UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa “ Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.” Kemudian disebutkan lebih lanjut pasal 2 menyatakan bahwa “ masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan “. Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut, sesuai dengan fungsi dan peran masing – masing, harus berupaya agar mutu program pendidikan terselenggara secara optimal.

      MUATAN LOKAL (MULOK)
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2004 mengenai otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Salah satu upaya pemda dalam mengembangkan potensi di daerahnya dapat ditempuh melalui jenjang pendidikan dasar yaitu dengan menambahkan mata pelajaran muatan lokal. Menurut surat keputusan Mendikbud No. 0421/U/1987 tentang penerapan muatan lokal kurikulum SD dinyatakan bahwa muatan lokal sebagai program pendidikan yang isinya dan media penyampaiannya dikatkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa.
Muatan lokal adalah program pendidikan yang mengandung 2 hal, yaitu bahan ajar dan media penyampaian yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah. Muatan Lokal bertujuan mempersiapkan murid agar memiliki wawasan yang mantab tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan SDA, kualitas sosial dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional ataupun pembangunan setempat.
B.       Pelaksanaan PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok di SDN 22 Dauh Puri
PAIKEM
Dalam pelaksanaan PAIKEM, kami mengamati dari kelas tinggi dan kelas rendah, yaitu kelas satu dan kelas lima. Pada saat itu kelas satu terdapat pembelajaran Bahasa Bali sedangkan kelas lima pada pembelajaran Matematika . Demikian hasil pengamatan yang telah kami lakukan:
1.  Peran Guru dan Siswa
a.    Peran Guru
1.      Fasilitator
Dalam pembelajaran guru senantiasa memfasilitasi siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran matematika di kelas VB, guru menggunakan media jam agar siswa lebih mudah memahami materi materi derajat  waktu.
2.      Motivator
Dalam proses pembelajaran guru sudah menampakkan perilaku memotivasi siswa dalam belajar. Seperti misalnya ketika ada siswa yang maju mengerjakan soal matematika di papan tulis. Apabila jawabannya benar maka guru memberikan pujian verbal yang berupa kata-kata yakni dengan berucap “bagus sekali” atau “yak, betul”. Sedangkan apabila siswa belum benar dalam mengerjakan soal, guru  tidak langsung menyalahkan namun tetap menguatkan siswa dengan cara meminta siswa untuk mempelajari lagi materinya


.3. Informator
Dalam pembelajarannya guru senantiasa memberikan informasi tentang pengetahuan baru kepada siswa. Diantaranya  pada kelas rendah guru memberikan contoh hewan berkaki 2 dan berkaki 4 dengan bahasa bali .
4. Transformator
Sebagai transformator guru berusaha untuk menerjemahkan, memberikan contoh memperagakan sistem nilai dalam berinteraksi dengan siswa. Hal ini dapat dilihat suatu ketika siswa terjatuh saat bermain guru menolong anak tersebut. Pada kegiatan tersebut guru menerjemahkan nilai tolong-menolong dan membantu teman yang kesusahan secara langsung memberikan contoh dalam interaksinya dengan siswa.
5. Transmitor
Guru harus meneruskan nilai tersebut kepada siswa melalui keteladanan. Hal ini tampak ketika siswa terjatuh guru menolongnya. Hal ini memberi keteladanan bagi siswa mengenai pentingnya sikap tolong-menolong.
6. Organisator
Guru berperan dalam menciptakan lingkungan kelas yang baik bagi pembelajaran. Pengaturan tempat duduk yang baik dalam kelas akan menunjang terciptanya pembelajaran yang kondusif. Siswa laki-laki tidak diharuskan duduk dengan siswa laki-laki pula. Terdapat pemerataan tempat duduk bagi seluruh siswa. Guru terbukti dapat mengelola kelas dengan baik.
7. Inovator
Guru bertanggung jawab untuk berusaha memunculkan inovasi inovasi baru dalam pembelajaran. Guru sudah menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai dengan standar proses, namun belum terlihat adanya variasi metode pembelajaran yang digunakan. Guru masih menyampaikan materi dengan porsi metode ceramah dan demonstrasi yang lebih banyak. Media yang digunakan pun belum inovatif, masih menggunakan media ala kadarnya.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru sudah melaksanakan perannya dengan baik dalam melaksakan tugas upaya menciptakan pembelajaran yang optimal dengan pendekatan PAIKEM meskipun tidak semua semua aspek dilaksanakan dalam tiap pembelajaran, namun secara keseluruhan guru sudah mampu menciptakan suasana yang kondusif.
b.      Peran Siswa
1.      Keaktifan siswa
Mulai dari awal kegiatan sudah terlihat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini tampak pada awal pembelajaran bahasa bali yang diawali dengan bernyanyi siswa begitu bersemangat dan antusias melakukannya. Begitu pula dalam menjawab dan berpendapat, ketika diberi soal oleh guru dan meminta untuk menjawab, maka anak-anak sangat bersemangat mengangkat jari.
2.      Siswa memberi apresiasi
Apresiasi disini siswa dapat memberikan timbal balik dalam pembelajaran. Siswa menyebutkan kembali macam-macam hewan dengan jumlah kakinua dalam bahasa bali untuk kelas satu.
4. Siswa melakukan kegiatan
Kegiatan yang dilakukan kelas satu yaitu menulis tegak bersambung macam-macam hewan berdasarkan jumlah kakinya dalam bahasa bali. Sedangkan untuk kelas lima siswa mengerjakan evaluasi yang diberkan guru.
2.      Kurikulum
a.        Penggunaan RPP
Dalam praktek mengajarnya guru-guru di SDN 22 Dauh Puri  ini dari kelas rendah sampai kelas tinggi guru sudah menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai dengan standar proses, namun belum terlihat adanya variasi metode pembelajaran yang digunakan.
b.        Sumber Belajar
Sebagaimana materi yang diajarkan, sumber belajar berasal dari buku panduan, LKS, Guru, lingkungan masyarakat setempat, dsb.
3.      Strategi Pembelajaran
a.      Penggunaan Model Pembelajaran Inovatif
Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru beberapa sudah menggunakan model pembelajaran terpadu yang saling mengaitkan antara pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain, materi sebelum dan materi yang sedang yang diajarkan, serta mengacu pada pembelajaran yang mengaitkan dengan lingkungan keseharian siswa.
b.      Penggunaan Metode yang Efektif
Dari hasil pengematan menunjukkan bahwa tidak semua kelas menggunakan metode pembelajaran yang efektif, sebagaimana dikelas satu yang masih bersifat (teacher oriented) yaitu menggunakan metode ceramah . Namun, dilain pihak pada siswa kelas  tinggi menggunakan metode yang cukup efektif dalam meningkatkan keefektifan siswa yakni dengan diskusi pada kelompok kecil.
c.       Pengelolaan Kelas
Guru berperan dalam menciptakan lingkungan kelas yang baik bagi pembelajaran. Pengaturan tempat duduk yang baik dalam kelas akan menunjang terciptanya pembelajaran yang kondusif. Siswa laki-laki tidak diharuskan duduk dengan siswa laki-laki pula. Terdapat pemerataan tempat duduk bagi seluruh siswa. Guru terbukti dapat mengelola kelas dengan baik
d.      Tata Tertib
Tata tertib yang digunakan oleh guru di kelas merupakan tata tertib yang telah ditentukan secara bersama antara siswa dan guru. Terdapat jam kedatangan siswa sehingga akan terlihat kedisiplinan siswa. Siswa duduk tertib dan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran yang dipimpin  oleh ketua kelas. Semua peraturan tersebut ditetapkan bersama sehingga siswa melakukan dengan tertib dan senang hati tanpa paksaan.  
4.      Penilaian Kompetensi Guru
1)        Penguasaan materi
Ibu Siti Kalimah selaku guru matematika sekaligus guru kelas VB sudah dapat menyampaikan materi matematika yang saat itu sedang membahas tentang “derajat waktu” dengan baik. Banyak siswa yang sudah mengerti namun ada juga beberapa siswa yang belum mengerti. Guru pun tak segan untuk mengulangi lagi penjelasannya secara lebih perlahan agar siswa tersebut dapat memahaminya.
2)        Kemampuan membuka pelajaran
Observer tidak dapat mengetahui bagaimana guru membuka pelajaran matematika saat itu dikarenakan ketika observer datang, pelajaran sudah dimulai dan observer tidak dapat mengamati bagian awal dari pembelajaran seperti pra kegiatan yang berupa salam, doa maupun kegiatan awal yang berupa pengkondisian kelas dan apersepsi yang disampaikan guru.
3)        Kemampuan bertanya
Guru sudah cukup baik dalam bertanya kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan pun mudah ditangkap dan segera direspon oleh siswa dengan cara mengacungkan tangan dan berebut menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
4)        Kemampuan mengadakan variasi pembelajaran
Kemampuan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran belum terlihat dalam pelajaran matematika ini. Dikarenakan materi yang dibahas saat itu adalah menghitung derajat waktu, jadi guru hanya bisa menggunakan media seadanya yakni jam dinding yang ada di kelas dan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi di depan kelas. Belum terlihat pembagian kelompok dalam pelajaran matematika itu.
5)        Kejelasan dan penyampaian materi
Guru sudah terlihat jelas dalam menyampaikan materi, guru menyampaikan materi derajat waktu tersebut dengan banyak menggunakan contoh soal dan pemecahannya namun masih ada beberapa siswa yang kurang memahami materi terbukti dengan masih adanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa seputar materi tersebut.
6)        Kemampuan mengelola kelas
Kemampuan guru dalam mengelola kelas disini dapat dikatakan belum cukup baik karena guru masih membiarkan beberapa siswa untuk berbicara dan berdiskusi sendiri dibelakang kelas, walaupun hal yang didiskusikan adalah materi pelajaran, namun tidak seharusnya guru membiarkannya saja.
7)        Kemampuan menutup pelajaran
Guru terlihat sudah cukup baik dalam menutup pelajaran, dengan adanya soal-soal evaluasi yang diberikan ketika akan mengakhiri pelajaran dan menilai kemampuan pemahaman siswa dengan bertanya berapa nomor soal yang dijawab benar oleh mereka. Banyak yang menjawab benar semua, namun tidak sedikit pula yang menjawab salah banyak.
8)        Ketepatan materi pelajaran
Materi pelajaran yang disampaikan sudah tepat sesuai dengan kurikulum dan RPP yang digunakan saat itu.

5.      Media pembelajaran
a.      Audio
Di dalam kelas terlihat adanya speaker yang terpasang di sisi kanan tembok kelas, namun dalam pembelajarannya kami belum temukan adanya penggunaan media berupa audio tersebut, guru hanya berceramah seperti pembelajaran konvensional pada umumnya
b.      Visual
Di dalam kelas-kelas yang kami jumpai terdapat bahwa kelas terdapat  pajangan-pajangan gambarnya, mulai dari papan tempat duduk siswa, gambar berbagai macam anyaman, gambar makanan, hewan-hewan, gambar pemandangan, jam kedatangan siswa, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua gambar tersebut dapat membantu siswa dalam kegiatan beljar mengajar serta membantu meningkatkan kemampuan anak.
c.       Audio Visual
Di dalam kelas-kelas tersebut tidak terdapat dan guru juga tidak menggunakan media audio visual.
d.      Alat Peraga
Media yang digunakan guru sudah sesuai dengan materi yang disampaikan pada saat itu, yakni guru menggunakan media jam dinding sebagai alat peraga dalam menyampaikan materi. Akan tetapi guru mengakui bahwa seharusnya pada hari itu siswa diminta untuk membawa hasil kreasi jam dinding yang dibuat dari kertas, tetapi siswa belum dapat mengumpulkannya tepat pada hari itu. Sehingga guru belum bisa menunjukkannya pada observer. Sumber belajar yang dipakai selain dari lingkunga yakni siswa dan guru menggunakan buku paket Matematika untuk kelas V dan juga LKS.
Penggunaan media pembelajaran oleh guru di SDN 22 Dauh Puri, meskipun belum memanfaatkan media yang ada secara optimal namun pemilihannya sudah cukup tepat guna dan cukup memadai kebutuhan siswa untuk meningkatkan kemampuan dan membantu terhadap proses belajar mengajar di dalam kelas.

6.       Evaluasi Pembelajaran
a.      Pre tes
Pada pembelajarannya guru tidak menggunakan pre tes, karena guru merupakan guru kelas jadi sudah paham akan kemampuan siswa-siswanya sehingga pelaksanaan pos tes dirasa tidak perluu. Hanya saja di awal guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi sebelumnya baru kemudian dilnjutkan pada materi yang akan dibahas pada hari itu.
b.      Kuis
Dalam kegiatan pengamatan disana kami juga tidak mrnjumpai adanya pelaksanaan kuis pada pembelajaran.
c.       Post test
Pada pembelajarannya guru disana menggunakan penilaian proses dan hasil. Penilaian hasil disini dapat disebut juga penilaian dengan pos tes karena berada diakhir kegiatan. Hanya saja tidak dapat disebut pos tes karena tidak ada pre tes. Jadi hanya penilaian biasa.
d.      Penilaian proses
Dalam setiap kegiatan pembelajaran guru berputar-putar melihat pekerjaan setiap siswanya, hal tersebut dilaksanakan dalam rangka menilai seperti apa proses kegiatan yang dilakukan siswa serta sampai mana pemahaman siswa tentang suatu materi. Selain itu, pada pembelajaran membuat kalimat penilaian proses juga dilakukan oleh guru dengan meminta siswa membacakan hasil kalimatnya sebelum tugas dan KBM selesai.

e.       Pengayaan
Pengayaan dilaksanakan kepada siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibanding teman-teman yang lain. Pengayaan ini berupa pemberian tugas tambahan, ketika mengerjakan soal dan siswa ini selesai lebih dahulu kemudian pekerjaan siswa tersebut di nilai dan meminta siswa melanjutkan ke tugas halaman berikutnya sampai siswa lain juga selesai mengerjakan tugas yang pertama tadi.
f.       Remidial
Untuk kelas rendah, dalam remidial guru memakai sistem bahwa siswa yang kurang mampu, diberi pekerjaan rumah sampai pekerjaan yang telah dicapai oleh siswa lain di kelas, sehingga siswa yang kurang menjadi mampu mengerjakan tugas sebagaimana yang lain, hanya saja waktunya berbeda sebagai kegiatan remidial. Berbeda dengan kelas rendah, pada kelas tinggi biasa menggunakan kegiatan remidial dengan menambah jam bagi  siswa yang kurang saat jam pelajaran berakhir.

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
Dalam aspek MBS para Observer yang berjumlah 8 orang, masing-masing dilokasikan di kelas-kelas bertugas mengamati kelas serta mewawancarai guru kelas dan dilokasikan diruang Tata Usaha bertugas mewawancarai Kepala Sekolah secara intensif.  Aspek MBS ini kemudian kami bagi lagi menjadi 5 Sub Bidang Kajian yaitu :
a.    Bidang Kurikulum (Pengajaran)
Description: DSCF0140.JPGSecara umum pada setiap kelas yang kami amati, sekolah membuat rencana program pengajaran pada saat rapat antara pihak Sekolah, Kepala Sekolah, Guru-guru, dan Orang tua siswa. Silabus, Program Semester dan Tahunan, dan RPP telah disusun sejak awal tahun semester. Pelaksanaan Ulangan Harian salalu dilaksanakan minimal 6 kali per semester dan dibuat oleh guru secara mandiri dalam bentuk LKS. Jadwal pelajaran sudah disusun atau direncanakan pada awal semester. Melalui kokurikuler atau tambahan jam pelajaran setiap pagi sebelum jam masuk sekolah bagi siswa-siswa yang belum paham dengan materi pelajaran merupakan tanda bahwa dalam proses belajar mengajar sekolah memiliki efektifitas yang tinggi.
Sedangkan jadwal pelajaran sekolah tiap kelas ditempel di dinding kelas agar semua siswa dapat melihatnya.
Selain jadwal pelajaran, di dinding kelas juga ditempel data-data siswa seperti usia siswa dalam satu kelas, agama, mutasi, peta buta pada kelas rendah dan peta dunia pada kelas tinggi, Pancasila dan foto Presiden dan Wakil Presiden, denah tempat duduk, grafik absen, grafik daya serap siswa, daftar piket, jadwal mata pelajaran, struktur organisasi kelas, papan absensi, kalimat-kalimat penyemangat dan bank data kelas. Pada mata pelajaran olahraga SD 22 Dauh Puri memiliki sedikit kendala yaitu keterbatasan lahan terbuka, sehingga pihak sekolah menyediakan Bus sekolah untuk mengantar siswa-siswi ke gedung olahraga yang telah disediakan.
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pada setiap akhir KBM atau setelah semua materi selesai disampaikan. SD 22 Dauh Puri Denpasar memiliki Materi Muatan Lokal yang meliputi Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, sempoa, TIK, dan lain sebagainya yang wajib diikuti seluruh siswa. Siswa SD 22 Dauh Puri Denpasar diberikan kebebasan untuk memilih ekstrakurikuler yang diminati dari 23 ekstrakurikuler yang ada dan tidak dipungut biaya. Hubungan sekolah dan masyarakat berjalan dengan baik, masyarakat selalu mendukung program-program yang dilakukan oleh sekolah. Setiap kali ada masalah, sekolah selalu menggunakan cara alternatif dengan melakukan musyawarah untuk memecahkannya. Dalam merumuskan sasaran mutu baru, sekolah kadang mengadakan study banding dengan sekolah lain. Pelaksanaan fungsi pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang didisentralisasikan ke sekolah yayasan memberikan kebebasan untuk mengembangkan diri pada sekolah.
b.    Bidang Kesiswaan
Saat Ini jumlah siswa di SD 22 Dauh Puri telah mencapai 720 orang, yang terdiri dari 3 rombel pada tiap kelas.
Tabel jumlah siswa tiap kelas
Kelas
Rombel
A
B
C
I
45
44
46
II
45
46
45
III
42
44
39
IV
43
44
41
V
44
39
39
VI
37
40
40
Pendaftaran murid baru dilakukan jauh (bulan Januari-Februari) penerimaan murid baru, dan sering kali  jumlah  pendaftar melebihi  kapasitas yang dimiliki pihak sekolah, sehingga sekolah harus melakukan seleksi masuk melalui wawancara. Wawancara ini juga digunakan oleh sekolah untuk menentukan kelas unggulan dan kapasitas yang dimiliki calon siswa. SD 22 Dauh Puri mengakui bahwa minat orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di SD ini sangat tinggi, dan saat proses PSB dibuka sekolah hampir kewalahan untuk melakukan proses seleksi.
Namun, kepala sekolah mengakui bahwa pihak sekolah tidak melakukan ujian atau tes untuk PSB ini karena masih dianggap tabu dan masih terlarang sesuai dengan aturan dari Kemendiknas. Fokus dari pelanggan siswa sekolah berasal dari siswa sekitar SD Dauh Puri.
Description: G:\kkl\DSCF0172.JPGSD 22 Dauh Puri memiliki output yang bagus dan sering kali menjuarai  perlombaan akademik maupun non akademik sampai tingkat nasional.
 Semua itu dapat dicapai sekolahan karena jauh sebelum perlombaan sekolah telah terlebih dahulu melakukan pelatiahan-pelatihan, selain itu sekolah juga mempunyai 23 ekskul dalam bidang akademik dan non akademik. Semua itu membuat sekolah selalu siap setiap kali ada perlombaan. Siswa SD 22 Dauh Puri memiliki 4 macam seragam, yaitu senin hingga rabu menggunakan pakaian putih merah, kamis menggunakan pakaian putih merah yang disertai Jas sekolah, Jumat menggunakan Batik Sekolah, dan Sabtu menggunakan Pramuka.
Setiap akhir semester guru membagikan raport pada siswa dengan ketentuan pada saat raport kenaikan siswa orang tua siswa wajib datang beserta siswa untuk mengambilnya. Bagi siswa yang berkeinginan pindah sekolah dapat meminta surat permohonan pindah seekolah pada kepala sekolah. Hal ini biasanya terjadi pada siswwa yang pindah tempat tinggal, tetapi dapat juga surat keterangan pindah sekolah diberikan oleh sekolah sebagai syarat kenaikan kelas karena siswa terseebut terlalu bermasalah. Rekap murid naik kelas disimpan oleh guru sebagai dokumentasi sekolah.
c.    Bidang Kepegawaian (Personalia)
Kepemimpinan yang kuat telah dimiliki sekolah, karena kepala sekolah telah menjuarai teladan kepala sekolah. Dilihat dari kondisi lingkungan sekolah yang dekat dengan jalan raya, lingkungan sekolah dirasa kurang aman untuk siswa-siswa. Budaya mutu yang selalu dipegang oleh sekolah adalah budaya anak rajin belajar, setiap kali ada ulangan siswa duduk satu-satu untuk menghindari contek-mencontek antar siswa. Sekolah memiliki manajemen yang terbuka, semua hal dilakukan secara transparan. Sekolah selalu berkeinginan untuk menjadi lebih baik tiap tahunnya dan selalu disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Usulan pengadaan guru dan pegawai diusulkan pada saat rapat guru dan kepala sekolah, dan penentuan penerimaan yang menentukannya adalah kepala sekolah. Sampai saat ini SD 22 Dauh Puri Denpasar memiliki 1 kepala sekolah, 25 guru, dengan 1 guru S2, 3 guru menempuh studi S2, 17 guru S1, 1 guru bantu sedang proses menyelesaikan S1, 3 karyawan TU, 3 pak bon, 3 bu bon, dan 1 satpam. Sekolah memberi kesempatan pada guru-guru/pegawai untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi mengikuti : KKG, Seminar, Penataran, Pelatihan, Work Shop. Kepala Sekolah menerapkan manajemen terbuka dan partisipatif, sehingga semua guru/pegawai terlibat dalam pengambilan keputusan.
Usulan kenaikan gaji dilakukan oleh kepala sekolah kepada yayasan. Sedang usulan kenaikan pangkat dan golongan tergantung dari prestasi guru, dan diusulkan oleh kepala sekolah pada yayasan.  Ini dapat dilihat dari buku catatan penilaian guru yang langsung dinilai oleh kepala sekolah tiap bulannya atau setiap kali kepala sekolah ada waktu, di dalam buku tersebut terdapat daftar penilaian pekerjaan guru dalam KBM serta masukan-masukan yang diberikan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Semua staf yang berkompeten dan berdedikasi tinggi dimiliki oleh sekolah, mereka ahli dibidangnya. Harapan prestasi yang tinggi selalu dimiliki sekolah, sekolah selalu berantusias untuk terus maju dengan mengikuti lomba-lomba.
d.        Bidang Keuangan
Administrasi keuangan SD 22 Dauh Puri terbagi menjadi 2 aspek, yaitu :
1.    Sentralisasi keuangan  oleh BOS
Beberapa macam sentralisasi yang dilakukan oleh yayasan adalah sebagai berikut :
1)   Penarikan uang SPP yang dilakukan oleh sekolah, kemudian dikelola terlebih dahulu ke komite baru kemudian dibagi ke sekolah sesuai porsi.
2)   Pembagian gaji guru tetap maupun honorer dari  komite
3)   Kenaikan gaji guru dan karyawan diproses oleh kepala sekolah baru kemudian diserahkan ke komite
4)   Pembangunan Infrastruktur sekolah
5)   Penyelenggaraan Komite Sekolah
2.    Desentralisasi keuangan oleh Sekolah
1)   Penarikan uang SPP siswa perbulan.
2)   Pengelolaan dana BOS (APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kotamadya)
3)   Penyelenggaraan PSB dan Ektrakurikuler, serta pengelolaan dana yang berkaitan dengan kedua hal tersebut seperti perlombaan-perlombaan dan uang gedung siswa baru.

e.    Bidang Sarana Prasarana
Kebijakan sekolah, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas tertuang dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Sekolah memiliki sumber daya yang tersedia dan lengkap, semua peralatan yang dibutuhkan disediakan oleh sekolah. Beberapa sarana dan prasarana yang kami amati yaitu :
No.
Jenis Barang
Jumlah


1.
Ruang Kelas
18

2.
Ruang Guru/Kepsek
1

3.
Ruang Perpustakaan
1

4.
Ruang UKS dan Peralatan dokter gigi
1

5.
Ruang Multimedia
1

6.
Ruang Gong
1

7.
Ruang Kantin
1

8.
Bus sekolah
5

9.
Ruang Komputer
1

10.
Ruang pameran kesenian
1

11.
Ruang Alat peraga
1

12.
Toilet sekolah
5



BIMBINGAN KONSELING
A.       PELAKSANAAN BIMBINGAN  DAN KONSELING
            Dari hasil kegiatan wawancara dan pengamatan yang telah dilaksanakan pada kegiatan Kulian kerja Lapangan tanggal menunjukkan bahwa di SD Dauh Puri 22 Denpasar belum dilaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan BK belum terprogram secara intens, bimbingan dan konseling yang dilaksanakan mengacu pada tindakan dalam penanganan masalah yang timbul. Sekolah ini letaknya berdampingan dengan sekolah luar biasa yang lebih ditekankan unuk anak-anak autis. Dan direncanakan akan dilakukan penggabungan antara SD Dauh Puri 22 dengan sekolah tersebut.
Kewenangan sepenuhnya mengenai kegiatan bimbingan konseling diserahkan kepada guru kelas. Hal ini berarti guru kelas juga berperan sebagai guru BK karena di SD Dauh Puri 22 Denpasar tidak ada guru BK atau tenaga ahli tersendiri yang khusus untuk memberikan pelayanan bimbingan konseling kepada para siswa. Selain itu, guru kelas bersama-sama dengan kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling.
Sebagai supervisor, guru kelas dan kepala sekolah berusaha memonitoring pelaksanaan kegiatan bimbingan yang ada di SD Dauh Puri 22 Denpasar. Meskipun pelaksanaan kegiatan bimbingan di SD Dauh Puri 22 Denpasar belum terjadwal dengan baik, tapi kegiatan bimbingan di SD Dauh Puri 22 telah dilaksanakan dengan baik. Bimbingan konseling biasanya diberikan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran dan disesuaikan dengan kebutuhan (jika ada masalah maka akan ada kegiatan bimbingan konseling). Selain itu juga, apabila ada suatu permasalahan yang belum dapat diatasi, sekolah mengadakan rapat rutin yang dilaksanakan pada minggu genap.
Dalam penerapannya, bimbingan  di SD Dauh Puri 22 telah dilaksanakan dengan baik dan terstruktur walaupun tidak mempunyai ahli dalam bidang bimbingan konseling hal ini disebabkan masalah yang sering timbul hanya mencakup masalah kenakalan anak biasa.
Bentuk pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling di SD Dauh Puri di antaranya adalah peringatan dari guru kelas kepada siswa yang bermasalah, dimana peringatan yang diberikan oleh guru kelas adalah berupa teguran langsung kepada siswa. Peringatan ini juga diberikan sesuai tingkatan kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut, pengarahan dari guru kelas kepada siswa dan pelayanan khusus yang diberikan oleh guru kelas kepada siswa yang membutuhkan.
Pelayanan atau bimbingan khusus secara individual hanya diberikan kepada siswa yang bermasalah saja. Sedangkan siswa yang tidak bermasalah memperoleh bimbingan bersama dengan teman sekelasnya secara kelompok dimana bimbingan kelompok diberikan pada saat pengarahan yang dilaksanakan pada jam-jam pelajaran. Bimbingan konseling juga ditujukan untuk anak berkebutuhan khusus. Misalnya saja adanya pelayanan khusus bagi anak yang lambat belajar (pemberian jam tambahan pada saat istirahat kepada anak yang lambat belajar untuk memperdalam materi yang belum dimengerti). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi pelajaran kepada para guru. Selain itu juga, bimbingan diberikan guru secara klasikal melalui pemberian pendalaman materi. Bimbingan ini biasanya diadakan menjelang adanya tes tengah semester atau ujian semester.
Karena belum terdapat program layanan bimbingan konseling, maka tidak ada fasilitas dalam upaya layanan bimbingan konseling. Baik ruang Bimbingan Konseling maupun fasilitas lain terkait layanan Bimbingan Konseling. Bimbingan di lakukan pada saat guru menemukan suatu permasalahan dan diselesaikan di ruang itu juga.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling di SD Dauh Puri 22, guru juga bekerja sama dengan orang tua siswa. Sekolah dalam hal ini memberikan informasi tentang hasil prestasi belajar siswa dan juga perilaku yang di lakukan siswa dalam pembelajaran. Selain itu juga, guru bersama dengan orang tua siswa saling bekerja sama dalam menyelesaikan maslah yang timbul dalam pembelajaran. Misalnya saja, adanya motivasi belajar yang rendah dari siswa sehingga siswa tersebut malas untuk sekolah, sekolah berkomunikasi dengan orang tua siswa tersebut guna memberikan semangat agar siswa tersebut tergerak semangatnya untuk bersekolah kembali.
Selain itu juga, sekolah bekerja sama dengan intansi atau lembaga lain yaitu lembaga KB dan lembaga pelaksanaan tes IQ. Untuk kaitannya dengan lembaga KB, sekolah bekerja sama dalam bentuk penerimaan siswa berkebutuhan khusus. Dimana siswa yang berasal dari sekolah yang dibawah naungan lembaga KB yang terdiri dari anak-anak autis dan dianggap sudah mampu mengikuti pembelajaran di sekolah umum, mereka dimasukan ke dalalm SD Dauh Puri 22 yang letaknya saling berdekatan.
Upaya yang diakukan guru terkait dengan bimbingan konseling di kelas adalah upaya pencegahan dan penanggulangan. Upaya pencegahan ini, guru bersama dengan siswa membuat suatu kontrak sosial dengan siswa mengenai aturan mean dan sanksi pelanggaran. Apabila terdapat siswa yang melanggar, maka siswa tersebut akan menghukum dirinya sendiri sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Namun apabila pelanggaran tersebut dilakukan terus menerus, maka guru bersama dengan orang tua siswa mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sedangkan untuk upaya penanggulangannya adalah guru bertindak langsung untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
B.       Beberapa hal yang menjadi sorotan dalam pelaksanaan BK di SD Dauh Puri 22 Denpasar, antara lain :
1.      Program bimbingan dan konseling.
Dari hasil wawancara, bahwa tidak ada program khusus berkaitan dengan pelaksanaan proses bimbingan dan konseling di SD Dauh Puri 22. Pelaksanaannya tidak terjadwal dalam kurikulum atau terprogram secara sistematis. Tidak ditentukan jadwal tertentu sebagai implementasi pelaksanaannya.
Akan tetapi pelaksanaan BK di SD Dauh Puri 22 dilakukan secara langsung, yaitu jika ada anak yang bermasalah ditangani secara langsung untuk mendapatkan jalan keluar. Hal ini juga disebabkan karena sampai saat ini permasalahan yang timbul dari murid masih termasuk permasalahan yang ringan dan dapat langsung di selesaikan oleh guru.
2.      Pihak-pihak yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
Dalam pelaksanaannya, kegiatan BK di SD 22 Dauh Puri dipegang oleh guru kelas masing-masing yang dibantu oleh orang tua siswa, rekan guru, lembaga atau instansi dan kepala sekolah. Guru kelas menjadi tonggak dalam menangani permasalahan yang ada di sekolah terutama di kelas. Karena guru kelas adalah pihak yang mengetahui secara mendalam karakteristik siswa.
Sedangkan pelaksanaan bimbingan dan konseling di luar sekolah diserahkan pada orang tua murid masing-masing. Hal ini menjadi bentuk kerjasama diantara orang tua dan pihak sekolah.

PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM)
1.    Implementasi Peran Serta Masyarakat ( PSM )
  Peran serta masyarakat dalam pendidikan di SD N 22 Dauh Puri cukup besar. Peran serta tersebut antara lain dari tingkatan rendah – tinggi adalah adanya:
1.        Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia.
      Yakni adanya peran serta massyarakat dengan memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak – anak mereka. Hal ini terbukti dengan tanggapan masyarakat yang positif terhadap SD N 22 Dauh Puri yaitu orang tua mempercayakan sekolah untuk mendidik anak-anaknya.
2.        Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga.
      Yakni masyarakat ikut berpatisipasi dalam pelaksanaan pendidikan di SD N 22 Dauh Puri baik dari kepala dusun, ketua adat, orang tua murid dan masyarakat lain. Bentuk kontribusinya dengan menyumbangkan dana, bantuan sukarela dari orang tua/wali murid, bantuan berupa barang dan tenaga pendidik serta petugas-petugas lain yang mendukung kelancaran kegiatan disekolah.


3.        Peran serta masyarakat dalam pembuatan keputusan yang ada di SD
      Yaitu masyarakat dalam tingkatan ini memberikan usul, saran, kritik, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah ( yayasan ), misalnya yayasan memberi keputusan jumlah iuran yang harus dibayarkan orang tua murid bagi anaknya yang bersekolah dan orang tua mematuhinya. Selain itu orang tua juga menerima keputusan program – program yang telah ditetapkan dan akan dilaksanakan sekolah dengan mematuhinya, misalnya kegiatan ekstrakurikuler, penambahan jam pelajaran untuk mata pelajaran tertentu, kegiatan lomba, dll.
4.        Peran serta melalui adanya kegiatan konsultasi dengan guru kelas
       Yaitu orang tua senantiasa berkomunikasi untuk berkonsultasi dengan guru kelas mengenai kemajuan anaknya baik dalam bidang akademik maupun non akademik serta berkonsultasi mengenai permasalahan akademik maupun non akademik yang dialami murid di dalam pembelajaran di SD N 22 Dauh Puri.
5.        Peran serta masyarakat dalam bidang perencanaan, pengembangan, dan pembangunan SD
      Masyarakat tergabung dalam komite sekolah yang ikut merencanakan program-program yang ada di sekolah baik dari segi akademik maupun non akademik. Masyarakat mendukung kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah serta memberikan bantuan berupa dana demi kelancaran ekstrakurikuler tersebut. Selain itu, orang tua siswa juga mengikutsertakan anaknya untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar yang diselenggarakan oleh lembaga bimbingan belajar.
6.        Peran serta sebagai pelaksana kegiatan
      Yaitu sekolah meminta orang tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah gizi, memberikan motivasi, menyediakan fasilitas, serta mendidik dan membimbing anaknya untuk senantiasa belajar. Orang tua juga bisa dijadikan nara sumber dalam pembelajaran selama profesi yang digeluti orang tua sesuai dengan materi pembelajaran.
7.        Peran serta masyarakat dalam bidang evaluasi program SD
       Masyarakat sebagai anggota komite sekolah ikut berperan serta dalam mengevalusi program kegiatan di SD dengan mengikuti rapat komite sekolah yang membahas tentang kemajuan sekolah baik dalam bidang akademik maupun non akademik, program sekolah, pertanggungjawaban pembiayaan kegiatan yang diadakan sekolah. orang tua hadir dalam penerimaan raport siswa, serta berkonsultasi tentang perkembangan anaknya baik akademik maupun non akademik.
Dalam wawancara dan pengumpulan data, peran serta masyarakat di SD N 22 Dauh Puri adalah dari Komite Sekolah :
·      Anggota komite sekolah terdiri dari :
a.       Unsur masyarakat:
1.      Orang Tua/wali peserta didik
2.      Tokoh masyarakat
3.      Tokoh pendidik
4.      Usahawan/industrian
5.      Organisasi profesi tenaga pendidikan
6.      Wakil alumni
b.      Unsur Dewan Guru
·      Tujuan Komite Sekolah:
a.       Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan program dan kewajiban operasional di satuan sekolah
b.      Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
c.       Menciptakan suatu dan kondisi transparan dan akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
·         Kegiatan Komite sekolah sesuai dengan Peran, yaitu:
-        Pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan baik pendidikan di satuan pendidikan.
-        Pendukung (Suporty agency), baik berupa financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
-        Pengontrol (Controling Agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran (Output) pendidikan di satuan pendidikan
-        Mediator antara pemerintah (Eksekutif)  dan Masyarakat di satuan pendidikan
Kegiatan Komite Sekolah Sesuai dengan Fungsinya :
1.      Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggara pendidikan yang bermutu.
2.      Melakukan kerjasama dangan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
3.      Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang di ajukan oleh masyarakat
4.      Memberikan masukan pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:
-        Kebijakan dan program pendidikan
-        Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah
-        Kriteria kinerja satuan pendidikan
-        Kriteria tenaga pendidikan
-        Kriteria fasilitas pendidikan dan
-        Hal-hal yang terkait dengan pendidikan
-        Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung mutu pemerataan pendidikan
-        Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaran pendidikan
-        Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggara dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

2.      Dampak Peran Serta Masyarakat ( PSM )
Dampak peran serta masyarakat bagi SD N 22 Dauh Puri adalah :
a.         Memberikan dukungan dalam segala program – program yang ditetapkan sekolah
b.         Memberikan dukungan kualitas dan kuantitas infrastruktur sekolah
c.         Meningkatkan kualitas belajar siswa dengan segala dukungan sarana dan prasarana pembelajaran di rumah, motivasi orang tua dan hal – hal penunjang lain.
d.        Membantu segala usaha pemberdayaan siswa yang dilaksanakan sekolah.
e.         Membantu dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan potensi dan minat siswa dalam suatu kegiatan.
Dengan adanya peran masyarakat di dalam proses pendidikan maka akan memudahkan suatu sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik, berkualitas, berwawasan global, berbudaya dan menjunjung tinggi etika dalam berperilaku. Baik di dalam proses pembelajaran ataupun peningkatan kreatifitas siswa melalui berbagai ekstrakurikuler yang dilaksanakan sekolah.  Karena peningkatan mutu pendidikan itu harus senantiasa dilakukan oleh instansi sekolah untuk menuju negara yang maju dan berkompeten dalam bersaing dengan negara lain dalam hal yang positif.

MUATAN LOKAL (MULOK)
Muatan lokal yang dikembangkan di SD 22 Dauh Puri Denpasar terdiri dari tiga mulok wajib yaitu Bahasa Bali, Bahasa Inggris dan Budi Pekerti dan muatan lokal tidak wajib (ekstrakurikuler) terdiri dari menari, menabuh (gamelan bali), mejejahitan, keterampilan (menganyam, membuat kipat), sepak bola, bulu tangkis, renang, karate, dll.
Bahasa Bali dipilih sebagai mulok wajib karena merupakan bahasa daerah yang ada di Bali, sehingga Bahasa Bali perlu dilestarikan. Bahasa Inggris dipilih sebagai mulok wajib karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional dan di Bali penggunaannya cukup tinggi disebabkan  banyaknya  wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Budi pekerti dipilih sebagai mulok wajib karena pemerintah daerah menginginkan agar siswa-siswa mempunyai dasar moralitas yang kuat, agar mereka mempunyai budi pekerti yang luhur.
Untuk muatan lokal tidak wajib (ekstrakurikuler) merupakan kegiatan pilihan siswa yang dilaksanakan di luar jam pelajaran (sepulang sekolah). Mulok tidak wajib ini hanya di peruntukan bagi siswa kelas IV, V, dan VI. Untuk siswa kelas I , II dan III tidak diwajibkan untuk mengikuti ekstrakurikuler. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler (kelas IV, V, VI) dipersilakan memilih satu atau lebih ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat mereka masing-masing. 



Tabel 1. Daftar Muatan Lokal SDN 22 Dauh Puri
Muatan Lokal
Keterangan
Wajib
Tidak wajib (ekstrakurikuler)
Bahasa Bali
Bahasa Inggris
Budi pekerti
Menari
Mulok wajib = kelas I – VI

Mulok Tidak Wajib = kelas IV – VI
Menabuh (gamelan bali)
Mejejahitan
Keterampilan (menganyam, membuat kipat)
Sepak bola
Bulu tangkis
Renang
Karate
Tabel Muatan lokal SD 22 Dauh Puri Denpasar

Pendekatan dan strategi yang digunakan dalam pelaksanaan muatan lokal di SD 22 Dauh Puri cenderung menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) Pendekatan ini dipilih karena muatan lokal merupakan mata pelajaran yang mengembangkan potensi suatu daerah sehingga pembelajaraanya pun disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan dalam pembelajaran lebih mengutamakan ke  action siswa. Dalam hal ini praktikum mendominasi pada setiap pembelajaran karena keterampilan siswalah yang diutamakan. Sehingga dengan memberikan praktikum yang diberikan siswa dapat lebih mudah mengerti, memahami, dan dan langsung mempraktikan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Terutama pada muatan lokal budi pekerti sangat ditekankan pada kemampuan siswa untuk bertutur kata yang sopan dan bertingkah laku yang baik.
Siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran muatan lokal. Hal itu terlihat ketika pembelajaran mulok berlangsung, setiap anak terlihat sangat tertarik dan beruasaha mengerjakan tugasnya dengan baik. Bahkan terlihat adanya iklim persaingan untuk menghasilkan suatu benda yang lebih baik dari teman yang lain. Keantusiasan siswa juga terlihat pada kesiapan siswa dalam mmengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Pelaksanaan muatan lokal di SD 22 Dauh Puri telah terjadwal dengan baik yaitu dilaksanakan dua jam pelajaran pada setiap minggunya atau satu kali pertemuan. Waktu khusus yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran muatan lokal yaitu diberikannya jam khusus yang tercantum pada jadwal pelajaran sekali dalam seminggu tanpa menggunakan jam mata pelajaran lain. Untuk kelas I, II dan III (kelas rendah) guru yang mengampu mulok adalah guru kelas itu sendiri. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI yang mengampu mulok adalah guru khusus. Misalnya mulok bahasa Bali diampu oleh guru bahasa Bali.
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal disesuaikan dengan kebijakan pemerintah daerah dan sekolah itu sendiri. Muatan lokal wajib yaitu bahasa Bali, bahasa Inggris, dan Budi Pekerti merupakan kebijakan dari Pemerintah Daerah, sedangkan muatan lokal tidak wajib (ekstrakurikulerr) merupakan kebijakan sekolah. Sehingga yang bertindak sebagai supervisor dari pembelajaran muatan lokal di sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah kepada para guru pengajar.
Pihak-pihak yang terlibat dalam muatan lokal hanya terbatas pada masyarakat saja. Masyarakat merupakan sumber belajar yang sangat baik karena pembelajaran mulok disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat setempat atau daerah tersebut. Bentuk keterlibatan masyarakat dalam pembelajaran mulok yaitu lebih kepada peran sebagai sumber belajarnya dalam membantu siswa dalam melaksanakan pembelajaran mulok. Misalnya pada ekstrakurikuler tari, terdapat pihak luar (masyarakat) yang menjadi guru/ pengajar tari.
Kegiatan muatan lokal tidak wajib (ekstrakurikuler) sudah terlaksana dan terjadwal dengan baik.  Pelaksanaaan ekstrakuruikuler diampu oleh guru sekolah itu sendiri dan guru khusus yang didatangkan dari luar sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler diantaranya tari, menabuh (gamelan bali), mejejahitan, keterampilan (menganyam, membuat kipat), sepak bola, bulu tangkis, renang, karate. Siswa  banyak yang menyukai berbagai kegiatan ekstra yang ada. Ini terbukti, dari banyaknya siswa yang mengikuti ekstrakurikuler diluar jam sekolah.
Pihak yang berperan dalam proses kegiatan pembelajaran muatan lokal di sekolah adalah guru dan kepala sekolah. Guru berperan dalam pelaksanaan KBM mulok di kelas, sedangkan kepala sekolah sebagai supervisi/ pengawas pelaksanaan mulok di sekolah.
Hasil/produk dari pengembangan mulok di SD 22 Dauh Puri Denpasar yaitu siswa mempunyai keterampilan dalam Berbahasa Bali, Bahasa Inggris, menari/menabuh, membuat perlengkapan ibadah, membuat berbagai keterampilan, dll. Hasil karya siswa yang berupa keterampilan, di pajang didalam kelas. Untuk hasil karya siswa yang terbaik, dipajang di ruang guru dan kepala sekolah. Ini sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil karya siswa. Selain itu, banyak prestasi yang diperoleh siswa dari pembelajaran mulok ini. Misalnya menjadi juara lomba menulis huruf bali, juara lomba mecapat (tembang bali), dll. Implementasi dari hasil/ produk pengembangan mulok di SD 22 Dauh Puri Denpasar yaitu, siswa dapat berbahasa Bali dan Inggris dengan baik dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga melakukan pembiasaan yaitu menggunakan bahasa Inggris setiap hari Jum’at dan menggunakan bahasa Bali setiap hari Rabu. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi dalam berbahsa lisan. Selain itu, diadakan juga pentas budaya se-Kecamatan Denpasar Utara setiap seminggu sekali. Pentas budaya ini dilaksanakan dalam rangka pelestarian budaya yang ada di Bali. Misalnya tari-tarian, menyanyi Bali, dll.
Evaluasi mulok dilakukan oleh guru dimulai dari awal pembelajaran, proses pembelajaran dan akhir pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan meliputi penilaian secara lisan, praktik, maupun tertulis. Guru lebih mementingkan penilaian proses terutama pada mulok Budi Pekerti. Guru melakukan penilaian secara berkesinambungan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

C.      Kelebihan, kekurangan, peluang serta ancaman yang ada di SDN 22 Dauh Puri
1.         Kelebihan (Strength)
SDN 22 Dauh Puri memiliki jumlah siswa yang banyak sehingga besar kemungkinan untuk peningkatan kualitas sekolah dapat dilaksanakan. Banyaknya jumlah siswa juga didukung dengan tenaga pengajar yang memiliki keprofesionalitasan tinggi yang mampu menyerap potensi yang dimiliki oleh siswa. Manajemen sekolah yang baik dapat dilihat dari besarnya peran serta masyarakat yang ikut berkontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan di SDN 22 Dauh Puri.
2.         Kekurangan (Weaknesses)
Kekurangan dari SDN 22 Dauh Puri adalah belum adanya kerjasama dari sekolah dengan orangtua maupun masyarakat terkait upaya mempertunjukkan karya siswa di depan khalayak ramai. Siswa hanya memajang karya hasil belajar mereka di dalam kelas, sementara beberapa karya kerajinan belum dipertontonkan di hadapan masyarakat.
3.         Peluang (Opportunities)
Berbagai keterampilan yang telah diberikan kepada siswanya dapat memberikan dedikasi kepada SDN 22 Dauh Puri sebagai sekolah berbasis budaya dan pariwisata. SDN 22 Dauh Puri telah memiliki banyak prestasi di bidang ko- dan ekstrakurikuler yang dapat dioptimalkan lagi perannya.

4.         Ancaman (Threats)
Situasi yang diasumsikan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan di SDN 22 Dauh Puri adalah semakin banyaknya wisatawan asing yang tentunya membawa pengaruh budaya ke dalam lingkungan masyarakat Denpasar. Sebagai contoh adalah model pakaian, club malam, serta cara berinteraksi antara laki-laki dan perempuan di depan umum.















BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
1.         Konsep dasar PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok
-       PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
-       MBS adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.
-       Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan konseling atau penyuluhan adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
-       Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi sekolah. Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ditegaskan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan sumber daya penyelenggaraan pendidikan.
-       Upaya pemda dalam mengembangkan potensi di daerahnya dapat ditempuh melalui jenjang pendidikan dasar yaitu dengan menambahkan mata pelajaran muatan lokal.
2.         Pelaksanaan PAIKEM, MBS, BK, PSM dan Mulok di SDN 22 Dauh Puri
-       Guru di SDN 22 Dauh Puri telah menerapkan PAIKEM dalam pembelajarannya. Guru menggunakan RPP sesuai standar proses serta memasukkan model pembelajaran inovatif. Selain itu untuk menarik perhatian siswa, guru juga telah menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran sehingga siswa semakin antusias belajar.
-       MBS yang dalam hal ini mencakup 5 bidang kajian terdiri dari kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, keuangan dan sarana prasarana telah tersusun secara rapi dengan penuh pertimbangan yang matang dari pihak sekolah sebagai penyelenggara.
-       Guru sekaligus pembimbing dan konselor memiliki peran yang penting dalam hal pembinaan masalah yang dihadapi oleh anak.
-       Peran Serta Masyarakat tampak pada kontribusi bantuan computer serta pelatih ekstrakurikuler yang merupakan bentuk kepedulian masyarakat terhadap kemajuan SDN 22 Dauh Puri.

3.         Kelebihan, kekurangan, peluang serta ancaman yang ada di SDN 22 Dauh Puri
-       SDN 22 Dauh Puri memiliki banyak potensi di bidang akademik maupun non akademik.
-       SDN 22 Dauh Puri belum memiliki kesempatan bagi anak untuk memamerkan hasil karyanya di luar sekolah.
-       SDN 22 Dauh Puri berpeluang sebagai sekolah berbasis budaya
-       SDN 22 Dauh Puri terancam oleh kebudayaan asing yang dibawa oleh wisatawan manca negara.

B.       Saran
1.         Diharapkan munculnya berbagai inovasi baru yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.
2.         Peserta didik diberi kesmepatan untuk memamerkan hasil karyanya di depan khalayak ramai.
3.         Terjalin komunikasi yang lebih intens antara pihak sekolah, komite maupun pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di SDN 22 Dauh Puri.
4.         Kegiatan bimbingan tidak hanya tertuju kepada anak namun dapat pula terjalin upaya bimbingan bersama antara guru dan orangtua. Hal ini bertujuan agar terjadi hubungan timbal balik untuk mengetahui perkembangan siswa.
5.         Muatan lokal yang diberikan kepada siswa hendaknya diimplementasikan dalam bentuk pentas seni maupun pertunjukan di sekolah sehingga SDN 22 Dauh Puri menjadi sekolah yang penuh warna akan budaya.








  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) PGSD Lengkap Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda