I.
PENDAHULUAAN
Filsafat / filosofi
berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang
berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti
filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal
dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan
alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode
berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat
bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat
mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik,
epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.[1]
Ketika kita memasuki alam pustaka filsafat maka
kita akan bingung sendiri dengan begitu banyaknya buku, thesis, teori yang
jumlahnya ribuan banyaknya. Untuk itu agar tidak membuang waktu dan terhindar
dari kekacauan, kita dapat memakai cara Engels memisahkan filsafat itu menjadi
dua kubu besar yaitu filsafat materialis dan filsafat idealis, materialisme dan
idealisme.[2]
Yang dipisahkan menurut Engels ialah didasarkan
atas sikap yang diambil oleh si pemikir, yakni apa yang pertama ada terlebih
dahulu. Yang mengatakan benda dahulu baru datang fikiran itulah yang materialis
dan yang mengatakan fikiran dahulu baru datang benda itulah yang idealis. Pada
kubu idealis kita dapatkan beberapa pemikir terkemuka seperti Plato, Hume,
Berkeley dan “raksasa pikiran” Hegel, pada kubu materialis kita berjumpa dengan
Heraklit, Demokrit, Diderot dan berpuncak pada Marx dan Engels. Diantara kedua
kubu ini ada juga yang berdiri ditengah-tengah setengah idealis dan setengah
materialis ini disebut dengan penganut filsafat dualisme.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan membahas tentang
beberaapa kajian masalah yang bisa dirumuskan sebagai berikut:
A.
Apa pengertian Ilmu Agama Islam?
B.
Apa Macam-macam ilmu Agama Islam?
C.
Bagaimana Pengemabangan perspektif epistemologi, aksiologi,
ontologi?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Agama Islam
Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad
saw. sehingga untuk mengerti / memahami Islam haruslah bersandar kepada
informasi dari Allah (Al Quran) dan Nabi Muhammad saw (Hadits). Hanya Sang
Pembawa Risalah (Nabi) yang berwenang memberi pengertian tentang agama yang
dibawanya. Penilaian seseorang terhadap sesuatu sangat tergantung kepada
pengetahuan dan pemahaman orang tersebut kepada sesuatu yang dinilainya.
Dalam Al Qur'an Allah berfirman: " wa ma utiitum minal 'ilmi
illa qaliilaa " (dan tidaklah Aku memberikan ilmu kepada manusia kecuali
sedikit), juga firmanNya yang lain: " innahu kaana dzaluuman jahuula
" (sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan bodoh). Oleh karenanya,
manusia itu perlu diberi petunjuk dan dibimbing. Allah memberi petunjuk melalui
RasulNya, dan Rasul itulah yang memberi bimbingan kepada manusia berdasar wahyu
Allah. Manusia diciptakan oleh Allah dan Allah pula yang mengurusnya, bahkan
seluruh alam ini.
Dengan demikian Islam adalah agama sejak adanya manusia dan
syariatnya (aturannya) terus berkembang sesuai perkembangan zaman, hingga
akhirnya Allah menyempurnakan agama Islam dengan syariat yang dibawa oleh
RasulNya (Muhammad saw) sebagai penutup nabi dan Rasul sebelumnya dan tidak ada
lagi nabi maupun Rasul yang diutus sesudahnya. Dalam Al Quran surat Al Maidah
ayat 3 Allah berfirman: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Kucukupkan nikmatKu atasmu dan telah kuridhoi Islam menjadi
agamamu". Itulah Agama Allah yakni Islam, agama yang sempurna, yang tidak
ada keraguan atasnya. dan barangsiapa yang beragama selain agama Islam maka
tidak akan diterima oleh Allah karena agama tersebut bukan Agama Allah.[3]
B.
Macam-macam ilmu Agama Islam?
Ilmu
Tauhid dan Ilmu Aqidaha
Ilmu
tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang sifat – sifat allah swt dan sifat
– sifat para utusanya yang terdiri dari sifat yang wajib, sifat jaiz dan sifat
yang mustahil. selain dari itu juga menerangkan segala yang memungkinkandan
dapat diterima oleh akal, untuk menjadikan bukti dan dalil, dengan dibantu oleh
masalah sam’iyat agar dapat mempercayai dalil itu dengan yakin tanpa keraguan
di hati.
Kitab : Aqidatul awwam, Jauhar Tauhid dll
Kitab : Aqidatul awwam, Jauhar Tauhid dll
Ilmu Al-quran
Secara etimologi, kata
Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum”
dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang berarti
ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan
dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari
segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnaya.
Dengan demikian, ilmu
tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil Qur’an, ilmu asbabun
nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari
ulumul Qur’an. ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya,
sanadnya, adabnya makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-lafadznya maupun
yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya
Ilmu Hadis
Ilmu Hadis atau
yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits yang mengandung
dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-Hadis’. Kata ulum dalam bahasa Arab adalah
bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadis dari segi
bahasa mengandung beberapa arti, diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan,
sesuatu yang sedikit dan banyak. Kitab : Fathul Bari, Subulus Salam, Bulughul
Maram dll.
Ilmu fiqih
Ilmu fiqih
adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan segala amaliah
mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah, makruh atau haram yang digali dari
dalil-dalil yang jelas (tafshili). Produk ilmu fiqih adalah “fiqih”. Sedangkan
kaidah-kaidah istinbath (mengeluarkan) hukum dari sumbernya dipelajari dalam
ilmu “Ushul Fiqih”.
Kitab :
Kifayatul Akhyar, Safinatun Najah Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi)
adalah: memperindah sesuatu.Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah
pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan
sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Quran dari
kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca.
Belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah, sedang membaca Al-Quran dengan
baik (sesuai dengan ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain. Kitab : Tuhfatul
Athfal, Hidayatul Mustafid dll.[4]
C.
Pengemabangan perspektif epistemologi, aksiologi, ontologi
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih
sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah
diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan
untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir.
Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu
pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab.
Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga
pemula namun telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan
pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi
kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif,
artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data
secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan
oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan
objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian
(verstehen, Bodgan & Biklen, dalam Umaedi: 1999) .
Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai
institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian
dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School
Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan
(developmental) disebut School Based Quality Improvement.
Islam tidak hanya mengatur
cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri
kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup
di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk
mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat
tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an
sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang
besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di
akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi
Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long
life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai
agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal
telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang
ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat
kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan
jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan
dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan
seterusnya.[5]
Aksiologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu
kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana
orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak ? ajaran tentang kebenaran hakiki yang menjadi
tujuan hidup manusia misal ajaran agama. Atau dapat juga berarti :
1) Ajaran tentang nilai-nilai dan sistem
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang membuat tentang nilai
4) Filsafat nilai
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang membuat tentang nilai
4) Filsafat nilai
Menurut
Kattsoff (2004: 319) aksiologi adalah ilmupengetahuan yang menyelidiki hakekat
nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Barneld juga
menjelaskan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang
nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu apa yang dianggap
baik di dalam tingkah laku manusia. Dalam filsafat, aksiologi merupakan salah
satu bidang kajian. [6]
Objek telaah
ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat
pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di
gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya.
1. Objek
Formal
Objek formal
ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif,
realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira
cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan.
Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan
pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para
ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme,
tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
2.
Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus
memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi
fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan
keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis.
Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.[7]
IV.
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan
pembaca umumnya, pemakalah menyadari banyak sekali kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi
Aksara, Jakarta, 1995.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Jamil,Abdul.”Muhammad Iqbal dan Falsafah Agama”.Semarang:Gunungjati.2002.
Taufik, Ahmad dkk.”Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam”.Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada.2005.
Qadri,C.A.”Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam”Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia.1989.
Kurzman,Charles.”Wacana Islam Liberal, Pemikiran Islam
Kontemporer tentang isu-isu global”Jakarta:Paramadina.2003.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9365170 (diunduh pada 21 desember 2011)
[1]
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar
Filsafat Islam, Cet.
IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990. Hlm. 27
[2]
Prasetya, Drs., Filsafat
Pendidikan, Cet.
II, Pustaka Setia, Bandung, 2000. Hlm. 10
[3] Jamil,Abdul.”Muhammad Iqbal dan Falsafah Agama”.Semarang:Gunungjati.2002.
hlm. 39
[4]
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9365170
[5]
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat
Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Hlm 68
[6]
Qadri,C.A.”Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam”Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia.1989. hlm. 19
[7]
Abuddin Nata, M.A., Filsafat
Pendidikan Islam, Cet. I,
Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997. Hlm120
0 komentar:
Post a Comment