PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
FORTA
(FORUM REMAJA ANTI AIDS)
UPAYA
SADAR AIDS PADA REMAJA
BIDANG
KEGIATAN:
PKM GT
Diusulkan oleh:
Dian Marta
Wijayanti/ 1401409125/ 2009
Yubaedi Siron/
1402408202/ 2008
Hari Agus Prasetyo/
1402408261/ 2008
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2011
|
HALAMAN PENGESAHAN USUL
PKM-GT
1.
Judul Kegiatan : FORTA(Forum Remaja Anti Aids) Upaya Sadar Aids
Pada Remaja
2.
Bidang Kegiatan : PKM GT
Ketua Pelaksana Kegiatan
a.
Nama Lengkap : Dian
Marta Wijayanti
b.
NIM : 1401409125
c.
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
d.
Universitas : Universitas Negeri Semarang
e.
Alamat Rumah dan no. Tel / HP : Desa
Tambahrejo RT 03 RW 01 Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora
f.
Alamat email : girlsmarta@yahoo.com
3.
Anggota Pelaksana Penulisan : 2 orang
4. Dosen
Pendamping
a. Nama Lengkap : Drs.
Sukardi, M.Pd.
b. NIP : 19590511.198703.1.001
c. Alamat Rumah dan No. Tel / HP : Tegalsari
RT 05 RW 11 Tambakaji
Ngaliyan
/ 08156692354
Semarang, 27-02-2011
Menyetujui,
Ketua Jurusan PGSD
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Drs. A.
Zaenal Abidin, M.Pd.) (Dian Marta Wijayanti)
NIP. 19560512.198203.1.003 NIM. 1401409125
Pembantu Rektor Dosen Pembimbing
Bidang Kemahasiswaan
(Dr. Masrukhi,M.Pd.) (Drs. Sukardi, M.Pd.)
NIP.
19620508.198803.1.002 NIP.19590511.198703.1.001
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah, serta
karuniaNya, penulisan karya tulis PKM GT yang berjudul “FORTA(Forum
Remaja Anti Aids) Upaya Sadar Aids Pada Remaja” telah dapat terselesaikan. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, yaitu :
- Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo
sebagai Rektor Universitas Negeri Semarang.
- Drs. Hardjono, M.Pd. sebagai Dekan
Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan birokrasi kepada
penulis.
- Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. sebagai
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis.
- Drs. Sukardi, M. Pd, sebagai pembimbing
yang telah memberikan saran dan pengarahan dengan penuh kesadaran sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
- Semua pihak yang telah membantu yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Upaya kearah
kesempurnaan karya tulis ini telah penulis lakukan. Akan tetapi karena
keterbatasan penulis, karya tulis ini tidak terlepas dari kekurangan. Meskipun
demikian, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN USUL .............................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. vi
RINGKASAN ................................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................... 2
Manfaat ............................................................................................... 2
GAGASAN
Remaja ................................................................................................ 3
Sadar HIV-Aids ................................................................................. 4
FORTA Sebagai
Upaya Sadar HIV-Aids Pada Remaja ................... 7
Sasaran Program ................................................................................. 9
KESIMPULAN ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11
LAMPIRAN
|
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar
Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 2. Biodata
Dosen Pembimbing
|
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Potret Remaja
Gambar
2. Penderita Aids
Gambar 3. Diskusi Masalah Remaja
Gambar 4. Forum Peduli Remaja
|
RINGKASAN
Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus HIV-AIDS
di Indonesia sudah sekitar 169.000-216.000. Remaja yang masih rentan dalam
pergaulan yang sangat bebas di era modern ini perlu mendapat masukan mengenai
bahaya HIV-AIDS dan bagaimana cara penularannya. Banyaknya jumlah remaja
penderita HIV-AIDS ditengarai karena keterbatasan akses informasi dan layanan
kesehatan bagi remaja yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang
HIV/AIDS yang benar dan menyeluruh di kalangan remaja berusia 15-24 tahun. " (Kompas, 20 Agustus 2004). Maka dari itu penulis
bermaksud mencari solusi untuk mengatas masalah ini. Perumusan masalah yang
kami rumuskan adalah Apakah Forum Remaja Anti Aids(FORTA) penting bagi remaja?
Bagaimana cara FORTA membekali pengetahuan HIV-AIDS kepada remaja?
Melihat kurangnya akses informasi
yang ditawarkan bagi remaja untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/Aids
penulis memberikan gagasan untuk mendirikan Forum Remaja Anti Aids(FORTA) di
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas agar informasi mengenai
HIV-AIDS dapat tersalurkan secara optimal. Implementasi FORTA dilaksanakan
dalam bentuk audiensi, FORTA’s grup facebook, serta dibentuknya tutor
sebaya.
Karya tulis ini menggunakan pendekatan deskriptif berdasarkan
kajian kepustakaan. Pemillihan pendekatan ini diharapkan dapat mempermudah
penulis
untuk mencapai tujuan penulisan. Termasuk dalam pendekatan ini
menggunakan studi korelasi yang menghubungkan antara keberadaan Forum Remaja
Anti Aids(FORTA) dengan kurangnya fasilitas akses informasi HIV/Aids di
kalangan remaja.
Data-data yang dimanfaatkan penulis berasal dari kepustakaan antara
lain:
berbagai buku, jurnal, surat kabar, majalah, hasil penelitian,
internet, televisi, maupun wawancara.
Penulisan karya tulis ini, dilakukan dengan tahapan-tahapan sesuai
dengan panduan yang digunakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan
Tertulis (PKM-GT) tahun 2011, yaitu :
1. Menentukan dan merumuskan masalah
2. Mengumpulkan sumber pustaka
3. Mengkaji data
4. Menarik kesimpulan dan merumuskan saran
5. Menyusun karya tulis
Penulis berharap gagasan ini dapat bermanfaat bagi pihak terkait
untuk mengimplementasikan Forum Remaja Anti Aids(FORTA) remaja dalam upaya
sadar HIV/Aids pada remaja.
|
|
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada konferensi pers di Burkina Faso, Afrika, sekelompok peneliti dari
USAID dan John Hopkins University (JHU) mengumumkan temuan dari laporan terbaru
JHU mengenai AIDS pada remaja. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa AIDS
menyebabkan banyak korban pada remaja sehingga dibutuhkan upaya untuk
meningkatkan dukungan politik, keuangan, pendidikan dan sosial dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka. Pembicara menekankan bahwa remaja harus menjadi
fokus dari semua strategi mendatang yang mengandung informasi penyebaran virus,
dengan menekankan bahwa tekanan sebaya, kekurangsadaran dan kebingungan remaja
berpengaruh lebih besar dari perilaku berisiko pada generasi ini. Laporan ini
menekankan kebutuhan program pendidikan seks ditujukan khusus untuk remaja di
negara berkembang. Tercatat bahwa 95% dari semua infeksi HIV terjadi pada
negara miskin dan berkembang, padahal 95% dana pencegahan AIDS telah dihabiskan
di negara maju.
Keberadaan HIV-AIDS di
negara berkembang masih sering dianggap tabu dan hal yang sangat menakutkan.
Bahkan penyampaian HIV-AIDS masih belum tersalurkan sepenuhnya karena faktor
norma, mitos, dan agama. Salah satu contohnya adalah kasus informasi dibalut
norma muncul pada tulisan Febrian A.
Tulasekat, VIII B, SMPN 01, Manokwari, melalui tulisan ”HIV dan AIDS,
Narkoba dan Kesehatan Reproduksi”. Informasi yang dibalut norma
menghasilkan mitos (anggapan yang salah). Remaja ini menulis: ”Contoh orang dewasa
yang sering melakukan hubungan seks diluar nikah dan tidak menggunakan alat
pelindung yaitu kondom, ....” Dua pernyataan yang saling bertentangan. Tertular
karena tidak memakai kondom benar, tapi bukan karena hubungan seks di luar
nikah karena penularan HIV melalui hubungan seks bisa terjadi di dalam atau di
luar nikah jika salah satu atau kedua-dua pasangan itu HVI-positif.
Kasus yang terdeteksi oleh Departemen Kesehatan
didapatkan bahwa jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS terhitung sejak 1987-akhir Desember 2008
di Indonesia adalah 22.664 kasus, dengan rincian kasus HIV 16.110 kasus dan
kasus AIDS 6.554 kasus. Dari jumlah tersebut telah ada 3.362 kasus kematian. "Sekarang ini yang paling berisiko terkena
HIV-AIDS
adalah para remaja yang masih belum paham bahayanya," kata Koordinator
Kampanye Yayasan AIDS Indonesia Adrian Yulianto saat Yayasan AIDS Indonesia
menggelar "Pos Informasi Road Mall to Mall" di ITC Cempaka Mas
Jakarta, Jumat (24/4).
Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO),
jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah sekitar 169.000-216.000. Remaja yang
masih rentan dalam pergaulan yang sangat bebas di era modern ini perlu mendapat
masukan mengenai bahaya HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya.
Menko Kesra selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Nasional, A. Malik Fadjar menyatakan bahwa “Institusi pendidikan memiliki pekerjaan rumah berat untuk menjawab
masalah ini. Bukan malah sebaliknya, muncul dengan reaksi-reaksi yang semakin
memperburuk keadaan. Banyaknya jumlah remaja penderita HIV-AIDS ditengarai
karena keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja yang
berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS yang benar dan menyeluruh
di kalangan remaja berusia 15-24 tahun. " (Kompas, 20 Agustus 2004).
|
Maka dari itu kami bermaksud memberikan kontribusi berupa
ide untuk mendirikan Forum Remaja Anti Aids (FORTA) di jenjang Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas agar dapat dijadikan wadah bagi remaja yang
masih berstatus pelajar sebagai tempat diskusi perihal HIV-AIDS. Namun yang
menjadi permasalahan disini adalah bagaimana pelaksaan FRONTA di
sekolah-sekolah sehingga dapat berjalan efektif dan tujuan dapat tercapai.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulisan gagasan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pentingnya Forum Remaja
Anti Aids (FORTA) sebagai upaya sadar
HIV-AIDS melalui pendidikan di luar mata pelajaran yang mampu membekali pengetahuan tentang HIV-AIDS kepada remaja.
Manfaat
Secara Teoretis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama
mengenai cara memberikan pendidikan HIV-AIDS bagi remaja serta teknik yang sesuai untuk menyalurkannya.
Secara Praktis
a.
Bagi Remaja
Memberikan pengetahuan kepada remaja mengenai keberadaan HIV-AIDS
yang patut untuk diwaspadai.
b.
Bagi Sekolah
Memberikan kontribusi kepada sekolah untuk mendirikan FORTA sebagai wadah bagi siswa untuk
berkomunikasi perihal HIV-AIDS.
c.
Bagi Dunia
Pendidikan
Memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan bahwa pendidikan tidak
hanya dapat dilakukan di dalam mata pelajaran saja. Melainkan membuat forum
kesiswaan adalah salah satu alternatif solusi untuk membekali pengetahuan
siswa.
d.
Bagi Pemerintah
Memberikan kontribusi kepada pemerintah agar keberadaan FORTA di jenjang SMP-SMA menjadi bahan
pertimbangan untuk pendidikan di masa yang akan datang.
|
GAGASAN
Remaja
Remaja, yang
dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari abahsa Latin adolescere
adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki
arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa
secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung
banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Remaja juga sedang
mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual
dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mempu
mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik
yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985).
Pada dasarnya
setiap remaja menghendaki semua kebutuhannya dapat terpenuhi secara wajar.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut secara memadai akan menimbulkan keseimbangan
dan keutuhan pribadi. Remaja yang kebutuhannya terpenuhi secara memadai akan
memperoleh suatu kepuasan hidup. Selanjutnya, remaja akan merasa gembira,
harmonis, dan produktif manakala kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi secara
memadai.
Sebaliknya
remaja akan mengalami kekecewaan, ketidakpuasan, atau bahkan frustasi dan pada
akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya jika kebutuhannya
tidak terpenuhi. Bischof (1983) dalam Interpreting Personality Theories mengemukakan
bahwa setidaknya ada dua komponen kunci mengenai terjadinya frustasi pada
individu, yaitu adanya kebutuhan(need) dan rintangan yang menghambat
individu sebagai upaya mencpaai tujuan.
Menurut Maslow
(Goble, 1987), ada sejumlah kondisi yang merupakan prasyarat dan sekaligus
menjadi intervensi edukatif dalam rangka pemuasan kebutuhan dasar manusia,
termasuk remaja, yaitu
1.
Kemerdekaan
untuk berbicara
2.
Kemerdekaan
melakukan apa saja yang diinginkan selama tidak merugikan dirinya dan orang
lain
3.
Kemerdekaan
untuk mengeksplorasi lingkungan
4.
Kemerdekaan
untuk mempertahankan atau membela diri
5.
Adanya keadilan
6.
Adanya
kejujuran
7.
Adanya
kewajaran
8.
Adanya
ketertiban
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional, salah satu di antaranya adalah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T.Grant Consortium tentang
“Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut:
1.
|
Pengembangan ketrampilan emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan emosional
individu adalah
a.
Mengidentifikasi
dan memberi nama atau label perasaan.
b.
Mengungkapkan
perasaan
c.
Menilai
intensitas perasaan
d.
Mengelola
perasaan
e.
Menunda
pemuasan
f.
Mengendalikan
dorongan hati
g.
Mengurangi
stress, dan
h.
Memahami
perbedaan anatara perasaan dan tindakan
2.
Pengembangan
ketrampilan kognitif
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan kognitif
individu adalah sebagai berikut
a.
Belajar
melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau
memeprkuat perilaku diri sendiri.
b.
Belajar dan
menafsirkan isyarat-isyarat sosial misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap
perilaku dan melihat diri sendiri dalam
perspektif masyarakat yang lebih luas.
c.
Belajar
menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
misalnya mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran, mengidentifikasi
tindakan-tindakan alternatif dan memperhitungkan akibat-akibat yang timbul.
d.
Belajar
memahami sudut pandang oranglain(empati).
e.
Belajar
memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang
tidak.
f.
Belajar
bersikap positif terhadap kehidupan.
g.
Belajar
mengembangkan kesadaran diri misalnya mengembangkan harapan-harapan yang
realistis tentang diri sendiri.
3.
Pengembangan
ketrampilan perilaku
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan perilaku
individu adalah sebagai berikut.
a.
Mempelajari
ketrampilan komunikasi nonverbal, misalnya berkomunikasi melalui pandangan
mata, ekspresi wajah, gerak-gerik. posisi tubuh, dan sejenisnya.
b.
Mempelajari
ketrampilan komunikasi verbal, misalnya mengajukan permintaan dengan jelas,
mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain dengan jelas, menanggapi kritik
secara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, dan ikut
serta dalam kelompok-kelompok kegiatan positif yang abnyak menggunakan
komunikasi verbal.
Sadar HIV-Aids
Dewasa ini
sering kali kita mendengar kata “HIV dan AIDS“. Sesungguhnya apakah HIV itu?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menumpang hidup dan
merusak sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. HIV
tergolong retrovirus yang memiliki kemampuan untuk mengkopicetak (replikasi). Sedangkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa seorang penderita HIV belum tentu menderita AIDS karena untuk
mencapai tingkatan AIDS, penderita HIV masih memerlukan waktu sekitar 3-10 tahun.
|
Namun gambaran negatif tentang HIV-AIDS telah dimiliki oleh orang-orang yang ada
di sekitar kita. Gambaran itu tanpa disadari telah
memberi stigma. Stigma adalah label negatif
yang diberikan pada Orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Ini akibat persepsi yang keliru.
Gambaran negatif pada ODHA dibangun dari informasi yang tidak lengkap, tidak
benar dan tidak jelas.
Gambaran negatif yang terus menerus direproduksi tentang HIV/AIDS antara
lain:
1.
Penyakit/virus mematikan
Apakah HIV-AIDS virus mematikan? Ada dan bahkan banyak
penyakit lain ketika masuk kedalam tubuh seseorang tidak perlu waktu yang
panjang untuk sampai membawa orang tersebut menuju kematian. Tetapi HIV masih
memerlukan waktu panjang, bahkan bertahun-tahun untuk membawa orang menjemput
ajal.
2. Penyakit yang tidak ada obatnya
Kalau orang berkata bahwa AIDS tidak ada
obatnya ini adalah pendapat yang salah. Sebagian besar infeksi oportunistik
dapat diobati bahkan dicegah dengan obat yang tidak terlalu mahal dan tersedia
di pasaran. Ada obat yang dapat memperlambat aktivitas HIV menginfeksi sel yang
masih sehat. Obat ini disebut ARV atau Anti Retro Viral. Pengobatan HIV menggunakan kombinasi 3 obat agar terapi ini dapat
efektif untuk jangka waktu lama. Terapi ini disebut Terapi Anti Retro Viral
(ART). Hanya, ARV tidak menghilangkan virus HIV sama sekali. ARV berfungsi
memperlambat pertumbuhan virus HIV.
3. Penyakit memalukan
Tidak ada penyakit yang memalukan. Gambaran penyakit yang memalukan berasal dari
orang yang diidentifikasi positif HIV dengan berlatar belakang stigma moral
negatif. Bagaimana dengan ODHA yang berlatar belakang ibu rumah tangga atau
bahkan anak-anak atau balita? Apakah ini juga penyakit yang memalukan bagi
mereka? Padahal HIV bisa
menyerang siapa saja.
4. Penyakit mudah menular
HIV memang penyakit menular. Tetapi tidak
semudah yang dibayangkan orang. Masih banyak yang beranggapan bahwa HIV bisa
menular melalui berjabat-tangan, gigitan nyamuk, ciuman, pelukan bahkan tinggal
serumah. Pandangan itu sangat keliru. HIV tidak semudah itu menularkan kepada
orang lain. Bahkan, hepatitis jauh lebih mudah menular daripada HIV. Bagian terpenting
disini adalah mengetahui media penularannya dan melakukan pencegahan. Jadi
tidak perlu mengucilkan ODHA.
5. Penyakit ganas, menakutkan dan berbahaya
Kebanyakan orang yang teridentifikasi HIV
positif adalah orang yang sudah menunjukkan gejala dan sudah mengalami berbagai
penyakit oportunistik. Gambaran ini yang menjadikan masyarakat berkesimpulan
bahwa penyakit HIV-AIDS adalah penyakit ganas dan menakutkan. Apalagi jika
ditambah suasana panik keluarga dan masalah-masalah yang dibesar-besarkan.
|
Sikap masyarakat yang seperti ini hendaknya tidak bisa dibenarkan.
Karena sebelum menstigma dan mendiskriminasi ODHA, seharusnya mereka mengetahui
cara penularan HIV dan AIDS terlebih dahulu. Virus HIV sebagian besar dapat
ditemukan di dalam darah, cairan vagina dan sperma serta sebagian kecil
terdapat dalam ASI, air liur, air mata, dan air kencing. Namun yang terbukti
menularkan HIV dan AIDS adalah melalui darah, cairan vagina, sperma dan ASI.
Penularan HIV dan AIDS pun tidak semudah yang kita pikirkan. Penularan HIV dan
AIDS dapat ditularkan melalui
1.
Kontak Seksual
a.
Hetero Seksual
b.
Homo Seksual
c.
Bi Seksual
2.
Kontak Darah
Kontak darah dapat terjadi melalui transfusi, penggunaan jarum
suntik berulang, akupunktur, tindik dan tatoo.
3.
Ibu ke Anak
Proses persalinan dan pemberian ASI dapat menularkan HIV dan AIDS.
Berdasarkan
paparan di atas dapat diketahui bahwa HIV dan AIDS tidak dapat menular begitu
saja. Namun ada penyebab-penyebab tertentu yang menyebabkan HIV dan AIDS dapat
merenggut korbannya. Jadi hendaknya kita tidak mendiskriminasi ODHA. Karena
bagaimanapun ODHA adalah manusia yang memiliki keinginan untuk diakui dan
diberi tempat yang layak baik disisi keluarga maupun masyarakat. Oleh karena
itu, hendaknya kita bisa hidup nyaman dan aman bersama ODHA begitupun ODHA bisa
hidup nyaman dan aman bersama kita. Rasa aman dan nyaman itu bisa terlaksana
jika tidak terdapat stigma pada ODHA. Dengan kata lain, tidak ada perlakuan
khusus untuk melakukan hubungan sosial dengan ODHA dalam masyarakat.
Kehidupan ODHA
yang sebagian besar jauh kontak sosial masyarakat, menstimulasi kita untuk mencari jalan terbaik
bagi berlangsungnya kehidupan ODHA yang lebih baik lagi. Diantaranya adalah
ODHA membutuhkan CST(Care, Support and Treatment).
Ternyata tidak
semua orang dengan
HIV-AIDS (ODHA) butuh perawatan (Care) Rumah Sakit. Karena sebagian
besar bisa dirawat di rumah. Aktivitas perawatan fisik, psikososial dan
spiritual bisa dilakukan oleh ODHA sendiri, keluarga/perawat khusus. Buku
petunjuk perawatan ODHA mengingatkan agar jangan menggunakan alat tajam secara
bersamaan seperti cukur, sikat gigi jarum, atau yang mungkin terkena infeksi
HIV bila terpaksa harus direbus dulu alat tersebut sampai mendidih sebelum
digunakan jangan lupa tutup luka. Karena luka terbuka memungkinkan adanya
kontak darah, jagalah sprei dan baju selalu tetap bersih. Barang bekas dipakai
ODHA harus disimpan pada tempat yang tertutup dan jauh dari jangkauan
anak-anak.
Dukungan (Support) memberikan peran yang sangat
besar bagi kelangsungan hidup ODHA. Seperti yang kita tau bahwa ODHA sering
kali dijauhi oleh teman, tetangga bahkan keluarga. Kondisi seperti ini akan
memperburuk daya tahan ODHA, terutama pada ketahan mentalnya. ODHA yang telah
menderita karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya, masih ditambah beban
mental berupa hinaan dan cemoohan dari orang-orang di dekatnya dapat
memperkecil semangatnya untuk bertahan hidup. Pikiran-pikiran buruk akan terus
membayangi ODHA dimanapun ia berada. Rasa malu, gelisah, dan takut secara tidak
langsung akan mempercepat penyakit HIV dan AIDS berkembang semakin cepat. Hal
ini dikarenakan menurunnya semangat ODHA untuk hidup merupakan titik awal
ketidakinginan ODHA untuk berusaha mencari obat atau mempertahankan hidupnya.
Stigma buruk yang telah ia miliki telah menghambat keinginannya untuk bertahan.
ODHA akan berhenti begitu saja. Ia merasa sudah tidak ada gunanya lagi hidup di
dunia ini. Keadaannya sekarang telah menjadi sampah bagi masyarakat. Ia pun
menjadi gusar dan tidak mau melakukan apa-apa. Maka dari itu, dukungan
khususnya keluarga dekat sangat membantu ODHA untuk dapat mempertahankan
hidupnya. Walaupun kita tau bahwa HIV dan AIDS tidak dapat disembuhkan. Namun
dengan adanya dukungan dari keluarga terdekat, paling tidak akan menumbuhkan
semangat baru dalam diri ODHA bahwa dirinya masih dibutuhkan dan berguna bagi
orang lain. Dengan semangat baru itu, ODHA akan berusaha sekuat mungkin untuk
melawan penyakitnya dan mencari jalan untuk dapat mempertahankan hidup.
|
Pengobatan (Treatment) sesungguhnya
tidak untuk mengobati HIV dan AIDS sampai menghilangkan penyakitnya. Namun yang
dimaksud disini adalah menghambat pertumbuhan penyakit HIV dan AIDS. Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa ada obat yang dapat memperlambat aktivitas HIV menginfeksi sel yang masih
sehat. Obat ini disebut ARV atau Anti Retro Viral. Untuk mengobati HIV
memakai kombinasi 3 obat agar terapi ini dapat efektif untuk jangka waktu lama.
Terapi ini disebut Terapi Anti Retro Viral (ART). Hanya, ARV tidak menghilangkan
virus HIV sama sekali. ARV berfungsi memperlambat pertumbuhan virus HIV.
FORTA
Sebagai Upaya Sadar HIV-AIDS Pada Remaja
FORTA merupakan
gagasan yang ditawarkan penulis untuk mengendalikan laju penderita HIV-AIDS
yang semakin banyak. Berbagai fenomena
kurangnya kurangnya kapasitas HIV-AIDS di kalangan remaja merupakan suatu
kekhawatiran tersendiri. Remaja sebagai aset bangsa seharusnya mulai Sadar
HIV-AIDS sebagai upaya melindungi diri dari bahaya penyakit ini.
FORTA lahir karena termotivasi pernyataan Arief Rachman, Ketua Harian
Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, mengatakan: ”Edukasi tentang HIV-AIDS
dapat diintegrasikan ke kurikulum yang sudah ada, yang tak kalah penting ialah
sejauh mana integrasi itu benar-benar terjadi di sekolah. Perlu diperhatikan
bahwa informasi tentang HIV-AIDS yang disampaikan harus akurat agar remaja,
dalam hal ini siswa-siswi, bisa mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan
yang realistis.”(kompas, 27-11-2010).
Hal ini
mengindikasikan bahwa pendidikan mengenai HIV-AIDS tidak hanya dapat
dilaksanakan melalui mata pelajaran Biologi, Penjaskes, maupun mata pelajaran
lain yang terkait. Namun, pendidikan HIV-Aids memerlukan ruang yang luas
sehingga fakta dapat tersampaikan kepada remaja tanpa harus dibumbui kata
norma, moral dan agama. Remaja membutuhkan info yang jelas mengenai HIV-AIDS
tanpa harus ada hal-hal yang ditutupi dengan alasan masih dianggap tabu bagi
usia remaja. Justru pada saat usia inilah mereka membutuhkan jawaban yang
sebenarnya sehingga tidak ada keraguan lagi di hati remaja.
|
FORTA memiliki konsep yang unik dan menyenangkan sebagai upaya penanaman
Sadar HIV-AIDS di kalangan remaja. FORTA merupakan suatu wadah dimana remaja berkesempatan mendapatkan
informasi mengenai HIV-AIDS. Pengelolaan FORTA dilakukan oleh sekolah yang bekerja sama dengan BKKBN sebagai
tutor resmi FORTA. 3 bulan sekali FORTA mengadakan audiensi bagi remaja yang ada di sekolah (siswa) untuk
saling bertukar informasi mengenai HIV-AIDS. Narasumber dalam audiensi ini
adalah ahli medis yang sudah faham seluk beluk HIV-Aids ditemani petugas dari
BKKBN. Secara berkala narasumber juga dapat mengajak salah satu penderita
HIV-Aids ke hadapan siswa. Sehingga siswa dapat langsung bertatap muka dengan
ODHA (Orang Dengan HIV-Aids). Hal ini bertujuan agar siswa dapat melakukan
tanya jawab secara langsung kepada ODHA sehingga jawaban yang mereka dapat akan
lebih terekam di dalam pikiran dan tidak hanya sekedar teori.
FORTA tidak hanya memfasilitasi remaja dalam kegiatan audiensi. Namun
seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. FORTA menyesuaikan
kebiasaan remaja zaman sekarang yang cinta akan facebook (facebook lovers).
Untuk mendapatkan perhatian dari remaja, setiap FORTA yang berdiri
di sekolah dapat membuat grup FORTA yang beranggotakan siswa pada sekolah tersebut. Sedangkan admin FORTA adalah tenaga
ahli yang faham perihal HIV-Aids sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang masuk. FORTA’s
grup juga dapat dijadikan wadah diskusi remaja mengenai HIV-Aids. Hasil diskusi nanti akan diluruskan oleh ahli
jika masih ada ketidaktepatan opini yang disampaikan pengguna FORTA’s grup.
Mencetak tutor
sebaya juga merupakan salah satu visi FORTA. Setiap 6 bulan sekali FORTA mengadakan pelatihan khusus kepada siswa yang sebelumnya sudah
terseleksi untuk mendapatkan bekal tambahan sehingga dirinya bisa disebut tutor
sebaya. Keberadaan tutor sebaya FORTA di sekolah diasumsikan memiliki peran yang positif mengingat
keterbukaan antara tutor dan klien yang diutamakan dalam FORTA.
Keefektifan tutor sebaya dalam FORTA
jika diberlakukan di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas antara
lain:
1. Tutor lebih dekat dengan klien
Sebagai forum yang ada di lingkungan pendidikan, tutor sebaya memiliki keuntungan yang vital dalam
memberikan penyuluhan kepada klien (siswa). Posisi yang dekat dengan klien akan
mempermudah tutor FORTA
mengenali karakter klien satu per satu. Karena dalam memberikan bimbingan
antara klien yang satu dengan yang lain, tentu menghadapinya membutuhkan cara yang
berbeda walaupun inti permasalahannya sama.
2. Tutor sebaya sebagai teman
Pemilihan tutor FORTA tidak begitu saja asal pilih. Ada seleksi dan tutorial terlebih dahulu dari
BKKBN sebagai badan yang mengurusi bidang ini. BKKBN bekerja sama dengan
sekolah maupun kampus mengelola penyeleksian tutor sebaya FORTA yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Meskipun konsep dari FORTA adalah
tutor sebaya. Namun tutor tidak dilepas begitu saja. Pendampingan dari guru/
pihak sekolah dan BKKBN tetap diperlukan. Bahkan perlu adanya pembimbingan
terus menerus kepada tutor agar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki terus
bertambah. Keefektifan tutor sebaya adalah pertimbangan bahwa dengan adanya
tutor sebaya klien tidak perlu malu untuk mengungkapkan permasalahan karena
bercerita dengan teman sendiri. Namun sebelumnya tutor juga harus meyakinkan
klien untuk bisa saling percaya dalam menjaga rahasia. Tutor sebaya akan
mempererat komunikasi antara tutor dengan kliennya
|
Sasaran Program
Materi kurikulum tentang HIV-AIDS rencananya diintegrasikan dalam
kurikulum sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Implementasinya tidak dalam
bentuk mata pelajaran tersendiri, melainkan terintegrasi dalam beberapa mata
pelajaran, seperti biologi, pendidikan jasmani, dan pelajaran lain yang
relevan. (Anonim, 2010). "(Kurikulum) ini adalah bentuk penyampaian informasi tentang
HIV-AIDS melalui kampanye di sekolah. Tujuannya mencegah merebaknya kasus HIV-AIDS
di Indonesia," kata Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal Kemendiknas
Hamid Muhammad kemarin (30/11). Hamid yang menjabat ketua pelaksana Peringatan
Hari AIDS Sedunia 2010 itu mengatakan, tema peringatan tahun ini adalah
pendidikan. Artinya, akan ada lebih banyak upaya memberikan informasi, sosialisasi,
dan edukasi kepada anak didik, mulai usia sekolah sampai perguruan tinggi.
"Target kita tahun ini adalah memberikan sosialisasi yang benar kepada
kelompok anak usia 15-24 tahun." tuturnya.
Melihat keadaan
semakin besarnya kemungkinan remaja terjangkit AIDS. FORTA berharap AIDS tidak
lagi membayangi remaja Indonesia akan masa depan yang mengkhawatirkan. Maka
dari itu FORTA hadir sebagai alternatif solusi upaya pencegahan sadar HIV-AIDS
pada remaja di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Keberadaan
Forum Remaja Anti Aids (FORTA) di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Atas diharapkan dapat menjadi wadah akses informasi HIV-AIDS yang positif bagi
siswa. Selain itu FORTA diharapkan mampu membawa mengubah cara pandang remaja terhadap
keberadaan HIV-AIDS. Remaja sebagai manusia terpelajar diharapkan mampu
berperan aktif di dalam FORTA. Peran aktif yang dimaksudkan adalah adanya
kemauan remaja untuk tidak hanya mempelajari HIV-AIDS, melainkan juga dalam hal
pencegahannya.
KESIMPULAN
Forum Remaja
Anti Aids (FORTA)
merupakan suatu forum yang beranggotakan guru, siswa, ahli kesehatan, serta
pengurus BKKBN yang bergerak untuk memberikan pengetahuan mengenai HIV-AIDS
kepada siswa di jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Program FORTA
antara lain audiensi, FORTA’s grup pada jejaring sosial facebook, serta perekrutan tutor
sebaya yang akan membantu ahli kesehatan untuk berdiskusi dengan remaja di sekolah
tersebut.
Program yang
kami tawarkan ini berawal dari fenomena semakin banyaknya pertumbuhan angka
penderita HIV-AIDS di Indonesia yang sebagian besar mengancam remaja. Sementara
remaja sendiri belum memiliki wadah yang mampu menampung aspirasi dan pertanyaan
mereka perihal HIV-AIDS yang sampai sekarang masih menjadi dilema di kalangan
remaja.
|
Melalui program ini kami dapat memprediksikan bahwa pengetahuan
remaja mengenai HIV-AIDS akan bertambah asalkan unsur-unsur pembangunannya
dapat terpenuhi. Unsur-unsur pembangun yang dimaksud adalah adanya kerjasama
yang baik antara pihak-pihak terkait serta keaktifan siswa untuk mengikuti
forum diskusi yang dilaksanakan oleh Forum Remaja Anti Aids(FORTA).
|
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Mohammad. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Anonim. 2010. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/seks-bebas-2/.
(diakses pada tanggal 8 Februari 2011).
Harahap, Syaiful W. 2010. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/30/informasi-hivaids-yang-diterima-remaja-menyesatkan/. (diakses pada tanggal 18 Februari 2011)
Maris, Inke. 1993. Remaja,
Alkohol, dan Regenerasi. Surabaya: Usaha Nasional.
Mozes, Alan. 2011. http://www.kesrepro.info/?q=node/361. (diakses pada tanggal 20 Februari 2011).
Paper Seminar Kesehatan
Reproduksi Remaja di BKKBN Jawa Tengah Tahun 2008.
Purwanto, Ngalim. 1992. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Siagian, Toenggoel P.
1985. Pendekatan Pokok dalam Mempertimbangkan Remaja Masa Kini. Prisma,
No. 9.
Soekanto, Soejono. 1989. Kreativitas
dan Orang-Orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Bandung: Disertasi Doktor
di Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung.
Zulkifli. 1992. Psikologi
Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Post a Comment