Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Monday, 9 June 2014

Resume Filsafat Pendidikan Islam



Hakikat Tujuan Pendidikan Islam
A.    Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif tapi juga harus secara kualitatif. Agar perkembangan manusia menjadi manusia itu manusiawi di butuhkan upaya humanisasi. Ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya untuk memanusiakan manusia adalah melalui proses pendidikan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Upaya humanisasi manusia melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang berperan besar adalah orang tua. Di sekolah yang berperan besar adalah para guru, sedangkan di lingkungan masyarakat yang berperan dalam pendidikan adalah teman pergaulannya. Selain itu faktor individu juga berperan juga menentukan hasil dari upaya tersebut. Mengapa manusia perlu di manusiakan lewat pendidikan? Dan apakah pendidikan itu sendiri? Esensi pendidikan itu apa? Dan tujuan akhir dari pendidikan yang di maksud?
B.     Hakekat Pendidikan
Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia .
Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (khalifatullah fi al-Ardhi). Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, YB. Mangunwijaya yang beranggapan pendidikan haruslah berbasis realitas sosial.
Kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha pemuliaan. Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan manusia . Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan) adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.
C.    Tujuan Pendidikan
Secara bahasa tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud . Suatu contoh adalah ketika orangtua menyekolahkan anaknya agar menjadi cerdas dan berakhlaq, maka tujuan dia mendidik anaknya ke sekolah adalah untuk hal tersebut. Dalam skala yang lebih besar pendidikan diatur oleh pemerintah baik sistem maupun managemennya. Di indonesia berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan mannusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan . Contoh lain tujuan pendidikan yang dipegang oleh negara adalah konsep tujuan pendidikan di Amerika yang di keluarkan pada tahun 1989 juga. Mereka menggunakan, konsep "clear, concise, target" untuk menyusun tujuan pendidikan mereka.
Dalam konsep ini adalah bahwa tujuan pendidikan itu harus jelas, ada kontroling dalam pelaksanaannya serta hasil yang akan dicapai dalam waktu tertentu. Ide tentang hal ini sebelumnya sudah dikritik sekali oleh Ivan Illich, dengan ide “de-sekolah-isasi masyarakat” , karena pendidikan di Amerika telah mengharuskan sekolah menjadi satu-satunya tempat belajar dan hanya kebanyakan melahirkan output akademik dengan biaya yang sangat mahal. Dalam bertahan hidup seseorang harus belajar dimanapun dan kapanpun dan tidak harus dalam kerangkeng bangku sekolah. Karena itulah Illich mengusulkan untuk bebas dari sekolah formal. Pendidikan dimanapun dan kapanpun pada esensinya adalah sama.Hal ini di ungkapakan oleh Robert Maynard Hutchins yaitu bahwa Satu tujuan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama dalam diri kita. Unsur unsur itu pada dasranya tidak berbeda meski tempat dan waktunya berlain-lainan. Jadi, anggapan bahwa manusia harus dididik untuk hidup di tempat atau di zaman tertentu, menyesuaikan manusia dengan lingkungan tertentu, adalah gagasan asing dan tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan sejati.Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan pengetahuan. pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama saja .
Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya . Pada Tahun 2005 BPS mennjukkan bahwa pengangguran lulusan Perguruan Tinggi adalah 385.418, yaitu posisi kedua setelah lulusan SMA . Pada survey bulan Agustus 2007 menunjukkan kenaikan menjadi 963.779 .Bila kita kembali kepada hakekat pendidikan maka pendidikan pada esensinya juga bertujuan untuk membantu manusia menemukan hakekat kemanusiaannya. Proses humanisasi ini adalah –meminjam istilah Freire- pembebasan. Pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosila, hegemoni kekasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya.
Hakekat dan tujuan pendidikan islam Pada abad ke-20 ada suatu pemberontakkan kepada Tuhan. Dimana pernyataan Darwin bahwa manusia adalah anak-anak dari monyet, bukan ciptaan Tuhan. Sigmund Freud yang menuhankan akal dan Nietzsche yaang mengatakan bahwa Tuhan telah mati . Pernyataan ini adalah pertanyaan apakah Tuhan telah gagal ataukah ada kesalahan dalam pendidikan terutama pendidikan agama?
Dalam Islam hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedang menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah (adz-Dzrariyat:56). Imam Al-Gazali (w.1111 M).
Sebagaimana disimpulkan oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam: (1) untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan (2) sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Mengutip Sayyid Quth, bahwa sessunnguhnya tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang yang baik (al-insan al-shalih) yang sudah pasti bersifat universal dan sudah pasti di akui semua orang dan semua aliran tanpa memperosalkan di mana pun negerinya dan apapun agamanya . Banyak sekali sebetulnya apa yang dikemukakanoleh para ahli muslim tapi kesemuanya pada esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
E. Kesimpulan
Pendidikan hakikatnya tidaklah berbuntu pada tembok sekolah saja. Lebih luas lagi kehidupan adalah pendidikan itu sendiri. Kehidupan adalah suatu perguruan yang mahaluas. Segala sesutu yang kita temua adalah sang guru. Namun dalam kehidupannya manusia membuat rule agar pendidikan itu berjalan sistematis dan memenuhi harapan daripada tujuan pendidikan itu. Bolehlah negara membuat aturan dan syarat administratif yang njilimeti sehingga muncul SKS, UMPTN, UN, dan sebagainya. Namun dari semua usaha itu janganlah sampai terus terperosok dan terjebak ke dalam jurang peraturan tersebut. Segala aturan tersebut harus kembali pada hakikat dan tujuan dari pendidikan. Janganlah sampai kita meninggalkan fitrah kita sebagai makhluq Allah yang harus beribadah kepadanya dan berakhlaqul karimah sebagaimana dalam pendidikan Islam.
HAKEKAT PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Jika menjelaskan pendidik ini selalu dikaitkan dengan bidang tugas dan pekejaan, maka fareable yang melekat adalah lembaga pendidika. Dan ini juga menunjukkan bahwa akhirnya pendidik merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada diri seseorang yang tugasnya adalah mendidik atau memberrikan pendidikan.
A.Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.
Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah :
1)      Membimbing peserta didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
2)      Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu ; suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
3)      Seorang penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan keagamaan, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah :
1)      Bertanggung moral.
2)      Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan.
3)      Tanggung jawab kemasyarakatan.
4)      Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.
B.Tujuan Pendidik.
Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Orang yang pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan anaknya.  Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak mempunayai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang dikira mampu atau berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik.
D.    Syarat-syarat dan Sifat-sifat yang Harus dimiliki oleh Seorang Pendidik.
Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat Jasmani dan Sehat Rohani. Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu :
1)      Harus beragama.
2)      Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.
3)      Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang demokratis.
4)      Harus memiliki perasaan panggilan murni.
Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :
1)      Integritas peribadi, peribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.
2)      Integritas sosial, yaitu peribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.
3)      Integritas susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila yang dipilihnya.
Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh beliau adalah :
1)      Memiliki sifat Zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari ridha Allah.
2)      Seorang Guru harus jauh dari dosa besar.
3)      khlas dalam pekerjaan.
4)      Bersifat pemaaf.
5)      Harus mencintai peserta didiknya.
HAKEKAT PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.  Seorang pendidik mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa” tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membawa hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT. Sedangkan peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiah, kata kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu a little racecource yang berarti suatu jarak yang ditempuh dalam pertandingan olah raga. Kemudian dialihkan makna ke dalam pengertian pendidikan menjadi circle of instruction yaitu suatu lingkaran pengajaran, di mana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata bahasa Arab, kata kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Jika dikaitkan dengan pendidikan, kata manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik dengan orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
Menurut Dr. Addamardasy Sarhan dan Dr. Munir kamil, kurikulum ialah sejumlah pengalaman-pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olah raga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Muzayyin Arifin, kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.
B.     Asas-Asas dan Kriteria yang Harus Diperhatikan dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum pendidikan hendaknya mengandung beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode pengajaran, dan penilaian. Kesemuanya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan.
Menurut S. Nasution terdapat beberapa asas yang mendasari setiap kurikulum yakni:
1.      Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat Negara.
2.      Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum.
3.      Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
4.      Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
C.    Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum karakteristik pendidikan Islam adalah pencerminan nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam praktiknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan rasul-Nya.
Menurut al-Syaibany, di antara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah:
1.      Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaidah, alat dan tekniknya.
2.      Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan, serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar.
3.      Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4.      Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, tetapi juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, pertukaran, bahasa asing, dan lain-lain.
5.      Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antarsiswa.
6.      Di samping itu juga keterkaitan dengan alam sekitar, budaya, dan sosial di mana kurikulum itu dilaksanakan.
D.    Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya kea rah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna melalui transformasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang harus tersusu dalam sebuah kurikulum, yakni kurikulum pendidikan Islam.
E.     SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a)      Kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.
b)      Terdapat empat asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam antara lain: asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asas sosial.
c)      Berdasarkan asas-asas tersebut di atas, terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan meliputi: sistem dan perkembangan kurikulum, pengarahan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik, memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan tetap bertopang pada cita ideal Islami, struktur dan organisasi kurikulum tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan dengan pola hidup Islami, kurikulum bersifat realistik, efektif, memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islamiah.
d)     Karakteristik kurikulum dalam pendidikan Islam meliputi: mementingkan tujuan agama dan akhlak, meluaskan perhatian dan kandungan, adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum, menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan, keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan individual siswa,  keterkaitan dengan alam sekitar, budaya, dan sosial.
e)      Hakikat dari kurikulum pendidikan Islam ialah suatu proses kependidikan Islam yang mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna melalui transformasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang tersusun dalam sebuah kurikulum.

HAKIKAT METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM


A.  Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui, bahwa metode merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam. Metode sangat penting untuk mencapai tujuan karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pendidikan Islam, metode harus bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formal maupun non formal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak dan relevansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam itu.
Adapun tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai melalui metode ialah yang pertama membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi hanya kepada Allah. Kedua, bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk al qur’an. Ketiga, berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran al qur’an yang disebut pahala dan siksaan.
B.  Hakikat Metode Pendidikan
Banyak dan beragam pengertian tentang metode pendidikan, baik dilihat dalam konteks mikro misalnya metode yang digunakan dalam penyajian bahan pelajaran/pembelajaran maupun dalam konteks makro dalam arti pengembangan pendidikan Islam termasuk didalamnya proses pembelajaran. Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosakata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Runes, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
1)      Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
2)      Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu
3)      Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
Selain itu, juga dikemukakan beberapa pendapat mengenai metode, yaitu:
1)      Jalaluddin dan Usman Said (1996), metode diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik)
2)      Mohammad Athiyyah al-Abrasyi (1980) mengartikan bahwa metode sebagai jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam berbagai macam pelajaran dalam segala mata pelajaran
3)      M. arifin (1991) metode berarti jalan untuk mencapai tujuan
Abudin nata (1997) metode pendidikan Islam adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan agama kepada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran yaitu pribadi yang Islami.
Menurut Abudin Nata (1996) dalam bahasa arab kata metode diungkap dalam berbagai kata, misalnya at thariqah = jalan, manhaj=system dan al wasilah=perantara/mediator. Namun yang dekat dengan pengertian metode adalah ath thoriqah. Menurut Muhammad Fuad Al Baqi (1987) dalam Abudin Nata (1996) kata ath thariqah terdapat di beberapa tempat di dalam al qur’an, misalnya surah al kaf (46) ayat 30 ath thariqah al mustaqima berarti jalan yang lurus, surah thoha (20) ayat 77 ath thariqah fi al bahr yang berarti jalan (yang kering) dilaut.
C.   Tujuan, Tugas Dan Fungsi Metode
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbukan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui tekhnik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, member kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat,serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu fungsi metode pendidikan adalah member inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik.
Tugas utama metode adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana factor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.
D.  Asas-Asas Metode Pendidikan Islam
Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam ini menurut al-syaibani adalah :
a. Asas agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al qur’an dan sunnah rosu
b. Asas biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik
c. Asas psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual
d. Asas social, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosia manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan=harapan, tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.
E.   Macam-Macam Metode Pendidikan
Sebagaimana metode pembelajaran umumnya, metode pembelajaran dalam pendidikan Islam juga cukup bervariasi bahkan terdapat persamaan antara metode pendidikan Islam dengan metode pendidikan umum. Namun demikiam kajian metode pendidikan islam berikut mencoba menelaah beberapa konsep dasar yang dimuat dalam al qur’an, hadis dan hasil ijtihad para filosof pendidikan Islam mengenai metode yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam
Menurut Abdurrahman Saleh Abdulah (1994) beberapa metode pendidikan Islam yang telah diisyaratkan dalam al qur’an dan hadis paling tidak terdiri dari : a) metode cerita dan ceramah, b) metode diskusi, Tanya jawab dan dialog, c) metode perumpamaan, d) metode simbolis verbal dan e) metode hukuman dan ganjaran.
Metode cerita dan ceramah adalah metode yang banyak ditemukan dalam al qur’an berisi kisah kesejarahan atau peristiwa yang pernah terjadi. Semua kisah, sejarah, peristiwa yang diungkap al qur’an dalam rangka sosialisasi dan internalisasi esensi muatan materi untuk diambil manfaat, hikmah dan kegunaanya. Metode diskusi, Tanya jawab/dialog adalah metode yang banyak digunakan dalam al qur’an. Tipe pertanyaan yang diajukan memiiki berbagai dimensi, misalnya dalam rangka titik awal penjelasan sesuatu lebih lanjut, dalam rangka menciptakan diskusi/dialog guna memperdalam/ mempelajari persoalan dan sebagainya. Metode perumpamaan atau metafora adalah metode yang mengembangkan kemampuan analisis dalam rangka menemukan makna
Metode simbolisme verbal adaah metode yang memerlukan kemampuan anaisis sekaligus pula membiasakan para murid mengembangkan kemampuan analisisnya, karena pembelajaran diberikan dalam bentuk symbol-simbol yang verbal sehingga memerukan pemahaman Metode ganjaran-hukuman adalah metode yang digunakan al qur’an guna memberikan motivasi kepada umat manusia untuk melakukan yang baik dan memberikan ancaman hukuman atau sanksi terhadap mereka yang melakukan perbuatan jahat/kesalahan
F.    Simpulan
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena berhasil tidaknya seorang pendidik menyampaiakan materi pengajaran tergantung pada metode. Metode sendiri berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Adapun asas-asas metode antara lain asas agama, biologis, psikologis, serta asas social. Metode banyak sekali macamnya yaitu metode cerita dan ceramah, metode diskusi, Tanya jawab dan dialog, metode perumpamaan atau metafora, metode simbolisme verbal serat metode hukuman dan ganjaran.
HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
A.           Pendahuluan
Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Engan demikian kurikulum telah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam mempunyai tugas yang berat. Di antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (anak). Untuk mengetaui kapasitas, kwalitas, anak didik perlu diadakan ealuasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh suro dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.

B. Pembahasan

Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian atau penaksiran. (John M. Echts dan Hasan Shadily, 1983 : 220). Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.
Ada beberapa pendapat lain definisi mengenai evaluasi:
a. Bloom
Evaluasi yaitu: pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.
b. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan enyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
c. Cronbach
Didalam bukunya Designing Evalutor Of Education and Social Program, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain :
1. Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
2. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evalutor memberikan rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidak. Evalutor tidak dapat memberikan pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya seorang pembimbing tidak dapat memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor hanya memberikan alternatif.
3. Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.
C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Secara rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena itu, hendaknya di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal.
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat hal, yaitu :
a.       Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
b.      Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
c.       Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
d.      Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :
a.       Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
b.      Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin.
c.       Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana ia berada.
d.      Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Dalam melaksanakan evaluasi pendidika Islam ada 2 cara yang dapat ditempuh diantaranya:
a. Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif adalah cara untuk mengetahui sebuah hasil pendidikan dengen cara memberikan penilaian dalam bentuk angka. (5, 7,90) dan lain-lain.
b. Kualitatif
Evaluasi kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui hasil pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan pernyataan verbal dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup, baik, buruk) dan lain-lain.
D.  Kesimpulan
Dari pemaparan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kata evaluasi berasal dari kata asing “evaluation” yang berarti menilai (tetapi diadakan pengukuran terlebih dahulu). Dari pendapat-pendapat para ahli yang mendefinisikan tentang evaluasi. Pada hakekatnya dalam evaluasi pengajaran memiliki tiga unsur yaitu, kegiatan evaluasi, informasi dan data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi. Tujuan dan fungsi evaluasi tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif akan tetapi meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif, afektif dan psikomotorik). Yang mempunyai tiga prinsip yaitu prinsip keseimbangan, menyeluruh dan obyektif. Dalam kegiatan evaluasi tersebut sistem yang dipakai yaitu mengacu pada al-Qur’an yang penjabarannya dituangkan dalam as-Sunnah.

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN KLASIK

DAN KONTEMPORER

A.                                Pendahuluan
Dalam kajian pemikiran (filsafat) pendidikan Islam, beberapa ahli pendidikan Islam menggarisbawahi adnaya tiga alur pemikiran dalam menjawab persoalan pendidikan, yaitu:
Pertama, kelompok yang berusaha membangun konsep (filosofis) pendidikan Islam, disamping melalui al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama, juga mempertimbangkan kata sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan sosial, serta pandangan-pandangan pemikir Islam.
Kedua, kelompok yang berusaha mengangkat konsep pendidikan Islam dari al-Qur’an dan al-Hadits, sehingga konsep filsafatnya hanya berasal dari kedua sumber ajaran Islam tersebut.
Ketiga, kelompok yang berusaha membangun pemikiran (filsafat) pendidikan Islam melalui al-Qur’an dan al-Hadit, dan bersedia menerima setiap perubahan dan perkembangan budaya baru yang dihadapinya untuk ditransformasikan menjadi budaya yang Islami.
Disisi lain, pengembangan pemikiran (filosofis) pendidikan Islam juga dapat dicermati dari pola pemikiran Islam yang berkembang menjawab tantangan perubahan zaman serta era modernitas. Sehubungan dengan itu, Abdullah (1996) mencermati adanya empat model pemikiran keislaman.
B.                                 Pembahasan
1.   Pendidikan islam pemikiran klasik
Pendidikan islam masa klasik pada zaman nabi lebih mengarah dengan memperbanyak hal-hal yang berkaitan dengan agama islam, yang dilakukan di masjid-masjid dengan menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab.
2.   Pendidikan islam pemikiran kontemporer
Pendidikan islam masa kontemporer lebih identik dengan munculnya intelektual-intelektual muslim yang modernis. Menurut Fazlur Rahman membagi proses pembahaharuan yang akan menggabungkan kedua system pedidikan, dari pendidikan klasik (classical modernism), dan modernisasi kontemporer (contemporer modernism).
C.                                 Kesimpulan
Pemikiran pendidikan klasik adalah lebih mengarah pada pemahaman islam yang mendalam dalam arti bersifat keagamaan tanpa mempedulikan ilmu yang bersifat dikotomik. Sedangkan pemikiran islam bersifat kontemporer lebih mengarah pada perluasan pemikiran pendidikan yang lebih modern yang tidak memisahkan islam dab ilmu pengetahuan pendidikan islam lebih komplek dan dapat mengikuti perkembangan zaman.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Resume Filsafat Pendidikan Islam Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda