Hakikat
Tujuan Pendidikan Islam
A.
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan
berproduksi. Proses produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif tapi juga
harus secara kualitatif. Agar perkembangan manusia menjadi manusia itu
manusiawi di butuhkan upaya humanisasi. Ada pendapat mengatakan bahwa salah
satu upaya untuk memanusiakan manusia adalah melalui proses pendidikan. Manusia
pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia selalu
berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Upaya humanisasi manusia melalui
proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang berperan
besar adalah orang tua. Di sekolah yang berperan besar adalah para guru,
sedangkan di lingkungan masyarakat yang berperan dalam pendidikan adalah teman
pergaulannya. Selain itu faktor individu juga berperan juga menentukan hasil
dari upaya tersebut. Mengapa manusia perlu di manusiakan lewat pendidikan? Dan
apakah pendidikan itu sendiri? Esensi pendidikan itu apa? Dan tujuan akhir dari
pendidikan yang di maksud?
B.
Hakekat Pendidikan
Ketika kita mencari suatu hakekat
maka kita akan mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam
membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang dalam
pembicaraan tentang filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan
kita tentang manusia . Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu
sendiri sebagai bagaian pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya
pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan.
Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku
selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir
sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia
agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna
seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok
dan fungsinya secara penuh sebagai manusia .
Tugas pokok dan fungsi tersebut
adalah sebagai mandataris Tuhan (khalifatullah fi al-Ardhi). Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan
adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati
realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik
pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar
dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang
ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang
apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan
bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang
mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa
pendidikan seharusnya memerdekakan, YB. Mangunwijaya yang beranggapan pendidikan
haruslah berbasis realitas sosial.
Kata Latin untuk mendidik adalah
educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha
pemuliaan. Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan
manusia . Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan)
adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi
berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.
C.
Tujuan Pendidikan
Secara bahasa tujuan adalah arah, haluan,
jurusan, maksud . Suatu contoh adalah ketika orangtua menyekolahkan anaknya
agar menjadi cerdas dan berakhlaq, maka tujuan dia mendidik anaknya ke sekolah
adalah untuk hal tersebut. Dalam skala yang lebih besar pendidikan diatur oleh
pemerintah baik sistem maupun managemennya. Di indonesia berdasarkan
undang-undang nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan mannusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan . Contoh lain tujuan pendidikan yang dipegang oleh negara adalah
konsep tujuan pendidikan di Amerika yang di keluarkan pada tahun 1989 juga.
Mereka menggunakan, konsep "clear, concise, target" untuk menyusun
tujuan pendidikan mereka.
Dalam konsep ini adalah bahwa tujuan pendidikan
itu harus jelas, ada kontroling dalam pelaksanaannya serta hasil yang akan
dicapai dalam waktu tertentu. Ide tentang hal ini sebelumnya sudah dikritik
sekali oleh Ivan Illich, dengan ide “de-sekolah-isasi masyarakat” , karena
pendidikan di Amerika telah mengharuskan sekolah menjadi satu-satunya tempat
belajar dan hanya kebanyakan melahirkan output akademik dengan biaya yang
sangat mahal. Dalam bertahan hidup seseorang harus belajar dimanapun dan
kapanpun dan tidak harus dalam kerangkeng bangku sekolah. Karena itulah Illich
mengusulkan untuk bebas dari sekolah formal. Pendidikan dimanapun dan kapanpun pada esensinya adalah sama.Hal
ini di ungkapakan oleh Robert Maynard Hutchins yaitu bahwa Satu tujuan
pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama dalam diri kita.
Unsur unsur itu pada dasranya tidak berbeda meski tempat dan waktunya
berlain-lainan. Jadi, anggapan bahwa manusia harus dididik untuk hidup di
tempat atau di zaman tertentu, menyesuaikan manusia dengan lingkungan tertentu,
adalah gagasan asing dan tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan
sejati.Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan
pengetahuan. pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama
saja .
Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah
mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang
jelas pula. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini
masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka
pengangguran di setiap tahunnya . Pada Tahun 2005 BPS mennjukkan bahwa
pengangguran lulusan Perguruan Tinggi adalah 385.418, yaitu posisi kedua
setelah lulusan SMA . Pada survey bulan Agustus 2007 menunjukkan kenaikan
menjadi 963.779 .Bila kita kembali kepada hakekat pendidikan maka pendidikan
pada esensinya juga bertujuan untuk membantu manusia menemukan hakekat
kemanusiaannya. Proses humanisasi ini adalah –meminjam istilah Freire-
pembebasan. Pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosila, hegemoni kekasaan,
cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya.
Hakekat dan tujuan pendidikan islam Pada abad ke-20 ada suatu pemberontakkan
kepada Tuhan. Dimana pernyataan Darwin bahwa manusia adalah anak-anak dari
monyet, bukan ciptaan Tuhan. Sigmund Freud yang menuhankan akal dan Nietzsche yaang
mengatakan bahwa Tuhan telah mati . Pernyataan ini adalah pertanyaan apakah
Tuhan telah gagal ataukah ada kesalahan dalam pendidikan terutama pendidikan
agama?
Dalam Islam hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedang menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah (adz-Dzrariyat:56). Imam Al-Gazali (w.1111 M).
Dalam Islam hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedang menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah (adz-Dzrariyat:56). Imam Al-Gazali (w.1111 M).
Sebagaimana disimpulkan oleh Fathiyah Hasan
Sulaiman, pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam: (1)
untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan
(2) sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup
dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Mengutip Sayyid Quth, bahwa sessunnguhnya tujuan pendidikan adalah untuk
mewujudkan manusia yang yang baik (al-insan al-shalih) yang sudah pasti bersifat
universal dan sudah pasti di akui semua orang dan semua aliran tanpa
memperosalkan di mana pun negerinya dan apapun agamanya . Banyak sekali
sebetulnya apa yang dikemukakanoleh para ahli muslim tapi kesemuanya pada
esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk
menyempurnakan akhlaq manusia.
E. Kesimpulan
Pendidikan hakikatnya tidaklah
berbuntu pada tembok sekolah saja. Lebih luas lagi kehidupan adalah pendidikan
itu sendiri. Kehidupan adalah suatu perguruan yang mahaluas. Segala sesutu yang
kita temua adalah sang guru. Namun dalam kehidupannya manusia membuat rule agar
pendidikan itu berjalan sistematis dan memenuhi harapan daripada tujuan
pendidikan itu. Bolehlah
negara membuat aturan dan syarat administratif yang njilimeti sehingga muncul
SKS, UMPTN, UN, dan sebagainya. Namun dari semua usaha itu janganlah sampai
terus terperosok dan terjebak ke dalam jurang peraturan tersebut. Segala aturan
tersebut harus kembali pada hakikat dan tujuan dari pendidikan. Janganlah
sampai kita meninggalkan fitrah kita sebagai makhluq Allah yang harus beribadah
kepadanya dan berakhlaqul karimah sebagaimana dalam pendidikan Islam.
HAKEKAT PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah
orang yang mendidik.Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang
yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam
persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional
kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan,
keterampilan. Jika menjelaskan pendidik ini selalu dikaitkan dengan bidang
tugas dan pekejaan, maka fareable yang melekat adalah lembaga pendidika. Dan
ini juga menunjukkan bahwa akhirnya pendidik merupakan profesi atau keahlian
tertentu yang melekat pada diri seseorang yang tugasnya adalah mendidik atau
memberrikan pendidikan.
A.Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.
Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah :
1)
Membimbing
peserta didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai
kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
2)
Menciptakan
situasi untuk pendidikan, yaitu ; suatu keadaan dimana tindakan-tindakan
pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
3)
Seorang
penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan keagamaan,
dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas
pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha hati
manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah :
1)
Bertanggung
moral.
2)
Bertanggung
jawab dalam bidang pedidikan.
3)
Tanggung
jawab kemasyarakatan.
4)
Bertanggung
jawab dalam bidang keilmuan.
B.Tujuan Pendidik.
Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab
untuk memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya demi mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya
sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri
sendiri. Orang yang pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
atau pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah secara
langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan
anaknya. Orang tua disebut juga sebagai
pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak mempunayai kemampuan, waktu dan
sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang
lain yang dikira mampu atau berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik.
D.
Syarat-syarat
dan Sifat-sifat yang Harus dimiliki oleh Seorang Pendidik.
Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat
Jasmani dan Sehat Rohani. Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang
pendidik yaitu :
1)
Harus
beragama.
2)
Mampu
bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.
3)
Tidak
kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang demokratis.
4)
Harus
memiliki perasaan panggilan murni.
Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang
pendidik adalah :
1)
Integritas
peribadi, peribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.
2)
Integritas
sosial, yaitu peribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.
3)
Integritas
susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila
yang dipilihnya.
Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi,
seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh beliau adalah :
1)
Memiliki
sifat Zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
ridha Allah.
2)
Seorang
Guru harus jauh dari dosa besar.
3)
khlas
dalam pekerjaan.
4)
Bersifat
pemaaf.
5)
Harus
mencintai peserta didiknya.
HAKEKAT PESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan
fitrahnya. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap
sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan
sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta
didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan,
secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini
dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak
dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu
jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara
lain :
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam
bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi
peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di
artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Seorang pendidik mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik. Seperti yang dikatakan oleh
Imam Ghazali bahwa” tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan,
menyempurnakan serta membawa hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat
dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan
dan pengarahan.
HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian
Kurikulum Pendidikan Islam
Secara
harfiah, kata kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu a little racecource yang berarti suatu jarak yang ditempuh dalam
pertandingan olah raga. Kemudian dialihkan makna ke dalam pengertian pendidikan
menjadi circle of instruction yaitu
suatu lingkaran pengajaran, di mana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata bahasa Arab, kata kurikulum
dikenal dengan kata manhaj yang
berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada
berbagai bidang kehidupannya. Jika dikaitkan dengan pendidikan, kata manhaj atau kurikulum berarti jalan
terang yang dilalui pendidik dengan orang-orang yang dididik untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. B.
Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai sejumlah
pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar
mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
Menurut Dr. Addamardasy Sarhan dan Dr. Munir kamil,
kurikulum ialah sejumlah pengalaman-pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olah
raga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan
di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam
segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Muzayyin Arifin, kurikulum ialah
sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik
dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik
untuk membimbing peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan
melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.
B.
Asas-Asas
dan Kriteria yang Harus Diperhatikan dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum pendidikan hendaknya mengandung
beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode pengajaran, dan
penilaian. Kesemuanya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan
yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan
sebagai asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan.
Menurut S. Nasution terdapat beberapa asas yang mendasari
setiap kurikulum yakni:
1. Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan
pendidikan yang sesuai dengan filsafat Negara.
2. Asas psikologis yang memperhitungkan faktor
anak dalam kurikulum.
3. Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat,
perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa
pengetahuan, dan lain-lain.
4. Asas organisatoris yang mempertimbangkan
bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
C.
Karakteristik
Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum karakteristik pendidikan Islam adalah
pencerminan nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan
termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam
praktiknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik kurikulum
pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan
dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan rasul-Nya.
Menurut al-Syaibany, di antara ciri-ciri kurikulum
pendidikan Islam itu adalah:
1. Mementingkan
tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaidah,
alat dan tekniknya.
2. Meluaskan
perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan, serta
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar.
3. Adanya prinsip
keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan
kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4. Menekankan
konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas
pada ilmu-ilmu teoritis, tetapi juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan
jasmani, latihan militer, teknik, pertukaran, bahasa asing, dan lain-lain.
5. Keterkaitan
antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan
perbedaan individual antarsiswa.
6. Di samping itu
juga keterkaitan dengan alam sekitar, budaya, dan sosial di mana kurikulum itu
dilaksanakan.
D.
Hakikat
Kurikulum Pendidikan Islam
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa
kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta
didiknya kea rah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses
kependidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara
serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna
melalui transformasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang
harus tersusu dalam sebuah kurikulum, yakni kurikulum pendidikan Islam.
E.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Kurikulum
merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didik ke
arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mental.
b) Terdapat empat
asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam
antara lain: asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asas sosial.
c) Berdasarkan
asas-asas tersebut di atas, terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
meliputi: sistem dan perkembangan kurikulum, pengarahan untuk mencapai tujuan
akhir pendidikan Islam, memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik, memelihara
kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan tetap bertopang pada cita ideal
Islami, struktur dan organisasi kurikulum tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan pertentangan dengan pola hidup Islami, kurikulum bersifat realistik,
efektif, memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islamiah.
d) Karakteristik
kurikulum dalam pendidikan Islam meliputi: mementingkan tujuan agama dan
akhlak, meluaskan perhatian dan kandungan, adanya prinsip keseimbangan antara
kandungan kurikulum, menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan, keterkaitan
antara kurikulum pendidikan Islam dengan individual siswa, keterkaitan dengan alam sekitar, budaya, dan
sosial.
e) Hakikat dari
kurikulum pendidikan Islam ialah suatu proses kependidikan Islam yang mengacu
pada konseptualisasi manusia paripurna melalui transformasi sejumlah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang tersusun dalam sebuah
kurikulum.
HAKIKAT METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui, bahwa metode merupakan unsur
yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam. Metode sangat penting untuk
mencapai tujuan karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran
yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan
dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar
menuju tujuan pendidikan Sebagai salah satu komponen operasional ilmu
pendidikan Islam, metode harus bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada
tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap demi tahap, baik
dalam kelembagaan formal maupun non formal. Dengan demikian menurut ilmu
pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak dan relevansi yang
senada dengan tujuan pendidikan Islam itu.
Adapun tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai
melalui metode ialah yang pertama membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang
mengabdi hanya kepada Allah. Kedua, bernilai edukatif yang mengacu kepada
petunjuk al qur’an. Ketiga, berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai
ajaran al qur’an yang disebut pahala dan siksaan.
B.
Hakikat
Metode Pendidikan
Banyak dan beragam pengertian tentang metode pendidikan,
baik dilihat dalam konteks mikro misalnya metode yang digunakan dalam penyajian
bahan pelajaran/pembelajaran maupun dalam konteks makro dalam arti pengembangan
pendidikan Islam termasuk didalamnya proses pembelajaran. Secara literal metode
berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosakata, yaitu meta yang
berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang
dilalui. Runes, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis
menerangkan bahwa metode adalah :
1)
Sesuatu
prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
2)
Sesuatu
teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu
materi tertentu
3)
Suatu ilmu
yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
Selain itu, juga dikemukakan beberapa pendapat mengenai
metode, yaitu:
1)
Jalaluddin
dan Usman Said (1996), metode diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada anak didik (peserta didik)
2)
Mohammad
Athiyyah al-Abrasyi (1980) mengartikan bahwa metode sebagai jalan yang kita
ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam berbagai macam pelajaran
dalam segala mata pelajaran
3)
M. arifin
(1991) metode berarti jalan untuk mencapai tujuan
Abudin nata (1997) metode pendidikan Islam adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan agama kepada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran yaitu pribadi yang Islami.
Abudin nata (1997) metode pendidikan Islam adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan agama kepada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran yaitu pribadi yang Islami.
Menurut Abudin Nata (1996) dalam bahasa arab kata metode
diungkap dalam berbagai kata, misalnya at thariqah = jalan, manhaj=system dan
al wasilah=perantara/mediator. Namun yang dekat dengan pengertian metode adalah
ath thoriqah. Menurut Muhammad Fuad Al Baqi (1987) dalam Abudin Nata (1996)
kata ath thariqah terdapat di beberapa tempat di dalam al qur’an, misalnya
surah al kaf (46) ayat 30 ath thariqah al mustaqima berarti jalan yang lurus,
surah thoha (20) ayat 77 ath thariqah fi al bahr yang berarti jalan (yang
kering) dilaut.
C.
Tujuan,
Tugas Dan Fungsi Metode
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan
hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan
menimbukan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam
melalui tekhnik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara
mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan Islam adalah
mengarahkan keberhasilan belajar, member kemudahan kepada peserta didik untuk
belajar berdasarkan minat,serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan
belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu fungsi
metode pendidikan adalah member inspirasi pada peserta didik melalui proses
hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik.
Tugas utama metode adalah membuat perubahan dalam sikap
dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan
perubahan dalam pribadi dan bagaimana factor-faktor tersebut diharapkan menjadi
pendorong kearah perbuatan nyata.
D. Asas-Asas Metode Pendidikan Islam
Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam ini
menurut al-syaibani adalah :
a. Asas agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al qur’an dan sunnah rosu
b. Asas biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik
a. Asas agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al qur’an dan sunnah rosu
b. Asas biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik
c. Asas psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan
kekuatan psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap,
keinginan, kesediaan, bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual
d. Asas social, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosia
manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan=harapan, tuntutan
kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.
E.
Macam-Macam
Metode Pendidikan
Sebagaimana metode pembelajaran umumnya, metode
pembelajaran dalam pendidikan Islam juga cukup bervariasi bahkan terdapat
persamaan antara metode pendidikan Islam dengan metode pendidikan umum. Namun
demikiam kajian metode pendidikan islam berikut mencoba menelaah beberapa konsep
dasar yang dimuat dalam al qur’an, hadis dan hasil ijtihad para filosof
pendidikan Islam mengenai metode yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam
Menurut Abdurrahman Saleh Abdulah (1994) beberapa metode pendidikan Islam yang telah diisyaratkan dalam al qur’an dan hadis paling tidak terdiri dari : a) metode cerita dan ceramah, b) metode diskusi, Tanya jawab dan dialog, c) metode perumpamaan, d) metode simbolis verbal dan e) metode hukuman dan ganjaran.
Menurut Abdurrahman Saleh Abdulah (1994) beberapa metode pendidikan Islam yang telah diisyaratkan dalam al qur’an dan hadis paling tidak terdiri dari : a) metode cerita dan ceramah, b) metode diskusi, Tanya jawab dan dialog, c) metode perumpamaan, d) metode simbolis verbal dan e) metode hukuman dan ganjaran.
Metode cerita dan ceramah adalah metode yang banyak
ditemukan dalam al qur’an berisi kisah kesejarahan atau peristiwa yang pernah
terjadi. Semua kisah, sejarah, peristiwa yang diungkap al qur’an dalam rangka
sosialisasi dan internalisasi esensi muatan materi untuk diambil manfaat,
hikmah dan kegunaanya. Metode diskusi, Tanya jawab/dialog adalah metode yang
banyak digunakan dalam al qur’an. Tipe pertanyaan yang diajukan memiiki
berbagai dimensi, misalnya dalam rangka titik awal penjelasan sesuatu lebih
lanjut, dalam rangka menciptakan diskusi/dialog guna memperdalam/ mempelajari
persoalan dan sebagainya. Metode perumpamaan atau metafora adalah metode yang
mengembangkan kemampuan analisis dalam rangka menemukan makna
Metode simbolisme verbal adaah metode yang memerlukan kemampuan anaisis sekaligus pula membiasakan para murid mengembangkan kemampuan analisisnya, karena pembelajaran diberikan dalam bentuk symbol-simbol yang verbal sehingga memerukan pemahaman Metode ganjaran-hukuman adalah metode yang digunakan al qur’an guna memberikan motivasi kepada umat manusia untuk melakukan yang baik dan memberikan ancaman hukuman atau sanksi terhadap mereka yang melakukan perbuatan jahat/kesalahan
Metode simbolisme verbal adaah metode yang memerlukan kemampuan anaisis sekaligus pula membiasakan para murid mengembangkan kemampuan analisisnya, karena pembelajaran diberikan dalam bentuk symbol-simbol yang verbal sehingga memerukan pemahaman Metode ganjaran-hukuman adalah metode yang digunakan al qur’an guna memberikan motivasi kepada umat manusia untuk melakukan yang baik dan memberikan ancaman hukuman atau sanksi terhadap mereka yang melakukan perbuatan jahat/kesalahan
F.
Simpulan
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam dunia
pendidikan karena berhasil tidaknya seorang pendidik menyampaiakan materi
pengajaran tergantung pada metode. Metode sendiri berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. Adapun asas-asas metode antara lain asas agama,
biologis, psikologis, serta asas social. Metode banyak sekali macamnya yaitu
metode cerita dan ceramah, metode diskusi, Tanya jawab dan dialog, metode
perumpamaan atau metafora, metode simbolisme verbal serat metode hukuman dan
ganjaran.
HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pendahuluan
Dalam pendidikan Islam,
tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Engan demikian kurikulum
telah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan
Islam mempunyai tugas yang berat. Di antara tugas itu adalah mengembangkan
potensi fitrah manusia (anak). Untuk mengetaui kapasitas, kwalitas, anak didik
perlu diadakan ealuasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran untuk
menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi yang baik
haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh suro dan
kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya,
evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak
akan tercapai sasarannya.
B. Pembahasan
Menurut
bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian
atau penaksiran. (John M. Echts dan Hasan Shadily, 1983 : 220). Sedangkan
menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.
Ada
beberapa pendapat lain definisi mengenai evaluasi:
a. Bloom
Evaluasi yaitu:
pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat
perubahan dalam diri pribadi siswa.
b. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses
menggambarkan, memperoleh, dan enyajikan informasi yang berguna untuk menilai
alternatif keputusan.
c.
Cronbach
Didalam
bukunya Designing Evalutor Of Education and Social Program, telah
memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain :
1. Evaluasi program
pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai
tujuannya.
2.
Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan khusus.
Bukanlah tugas evalutor memberikan rekomendasi tentang kemanfaatan suatu
program dan dilanjutkan atau tidak. Evalutor tidak dapat memberikan
pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya seorang pembimbing tidak dapat
memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor hanya memberikan alternatif.
3.
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga didalam proses
didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu
kesalahan-kesalahan.
C. Tujuan dan Fungsi
Evaluasi Pendidikan Islam
Secara
rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk membentuk al-Insan al-Kamil
atau manusia paripurna. Oleh karena itu, hendaknya di arahkan pada dua dimensi,
yaitu : dimensi dialektikal horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal.
Tujuan
program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi
terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk
mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi
bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik
saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam.
Dalam
pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap
(afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat
hal, yaitu :
a.
Sikap
dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
b.
Sikap
dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
c.
Sikap
dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
d.
Sikap
dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat,
serta khalifah Allah SWT.
Dari
keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam beberapa klasifikasi
kemampuan teknis, yaitu :
a.
Sejauh
mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah
berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
b.
Sejauh
mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup
bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin.
c.
Bagaimana
peserta didik berusaha mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan
alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan
masyarakat dimana ia berada.
d.
Bagaimana
dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi
kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Dalam
melaksanakan evaluasi pendidika Islam ada 2 cara yang dapat ditempuh
diantaranya:
a.
Kuantitatif
Evaluasi
kuantitatif adalah cara untuk mengetahui sebuah hasil pendidikan dengen cara
memberikan penilaian dalam bentuk angka. (5, 7,90) dan lain-lain.
b.
Kualitatif
Evaluasi
kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui hasil pendidikan yang diberikan
dengan cara memberikan pernyataan verbal dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup,
baik, buruk) dan lain-lain.
D. Kesimpulan
Dari
pemaparan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kata evaluasi
berasal dari kata asing “evaluation” yang berarti menilai (tetapi diadakan
pengukuran terlebih dahulu). Dari pendapat-pendapat para ahli yang
mendefinisikan tentang evaluasi. Pada hakekatnya dalam evaluasi pengajaran
memiliki tiga unsur yaitu, kegiatan evaluasi, informasi dan data yang berkaitan
dengan obyek yang dievaluasi. Tujuan dan fungsi evaluasi tidak hanya ditekankan
pada aspek kognitif akan tetapi meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif,
afektif dan psikomotorik). Yang mempunyai tiga prinsip yaitu prinsip
keseimbangan, menyeluruh dan obyektif. Dalam kegiatan evaluasi tersebut sistem
yang dipakai yaitu mengacu pada al-Qur’an yang penjabarannya dituangkan dalam
as-Sunnah.
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN KLASIK
DAN KONTEMPORER
A.
Pendahuluan
Dalam kajian pemikiran (filsafat) pendidikan Islam,
beberapa ahli pendidikan Islam menggarisbawahi adnaya tiga alur pemikiran dalam
menjawab persoalan pendidikan, yaitu:
Pertama, kelompok yang
berusaha membangun konsep (filosofis) pendidikan Islam, disamping melalui
al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama, juga mempertimbangkan kata
sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan sosial, serta
pandangan-pandangan pemikir Islam.
Kedua, kelompok yang
berusaha mengangkat konsep pendidikan Islam dari al-Qur’an dan al-Hadits,
sehingga konsep filsafatnya hanya berasal dari kedua sumber ajaran Islam
tersebut.
Ketiga, kelompok yang berusaha
membangun pemikiran (filsafat) pendidikan Islam melalui al-Qur’an dan al-Hadit,
dan bersedia menerima setiap perubahan dan perkembangan budaya baru yang
dihadapinya untuk ditransformasikan menjadi budaya yang Islami.
Disisi lain, pengembangan pemikiran (filosofis)
pendidikan Islam juga dapat dicermati dari pola pemikiran Islam yang berkembang
menjawab tantangan perubahan zaman serta era modernitas. Sehubungan dengan itu,
Abdullah (1996) mencermati adanya empat model pemikiran keislaman.
B.
Pembahasan
1.
Pendidikan
islam pemikiran klasik
Pendidikan islam masa klasik pada zaman nabi lebih
mengarah dengan memperbanyak hal-hal yang berkaitan dengan agama islam, yang
dilakukan di masjid-masjid dengan menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab.
2.
Pendidikan
islam pemikiran kontemporer
Pendidikan islam masa kontemporer lebih identik dengan
munculnya intelektual-intelektual muslim yang modernis. Menurut Fazlur Rahman
membagi proses pembahaharuan yang akan menggabungkan kedua system pedidikan,
dari pendidikan klasik (classical modernism), dan modernisasi
kontemporer (contemporer modernism).
C.
Kesimpulan
Pemikiran pendidikan klasik adalah lebih mengarah
pada pemahaman islam yang mendalam dalam arti bersifat keagamaan tanpa
mempedulikan ilmu yang bersifat dikotomik. Sedangkan pemikiran islam bersifat
kontemporer lebih mengarah pada perluasan pemikiran pendidikan yang lebih
modern yang tidak memisahkan islam dab ilmu pengetahuan pendidikan islam lebih
komplek dan dapat mengikuti perkembangan zaman.
0 komentar:
Post a Comment