(SK KD Kurikulum Al-Quran Hadis MI Kelas III Semester 2)
I. PENDAHULUAN
Dalam perkembanganya pendidikan dari masa ke masa selalu megnalami proses reformasi dan regulasi yang semakin meningkat, dari kurikulumnya, dan instrumen-instrumen lainya yang juga ikut meyesuaikan dengan perkembangan instrumen pendidikan tersebut. Dalam mata pelajaran Al-quran hadis ditingkat dasar atau tingkat MI juga harus menyesuaikan dengan perkembangan itu agar semua pembelajaran dan pelaksanaan pendidikan menjadi ideal dan maksimal. Telaah kurikulum Al-Quran ditingkat MI ini memeberikan miniatur kepada kita sebagai calon guru untuk bisa memahami dan menegerti tentang bagaimana cara kita mengajar dan mengetahui esensi dari kurikulum tersebut yang nantinya akan kita gunakan sebagai landasan dalam mengajar peserta didik di madrasah ibtidaiyah nantinya. Karena Quo Vadis kesuksesan belajar itu terletak pada gurunya bukan pada muridnya.
II. RUMUSAN MASALAH
1. SK KD Kurikulum Al-Quran Hadis MI Kelas III Semester 2
2. Isi
3. Probelem Pembelajaran
4. Metode, Media, dan Evaluasi
5. Solusi
III. PEMBAHASAN
1. SK KD Kurikulum Al-Quran Hadis MI Kelas III Semester 2
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Mata Pelajaran : Al-Quran Hadis
Kelas/Semester : III/2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih
4.1 Membaca surat al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih
4.2 Menghafalkan surat al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih
5. Memahami arti surat-surat pendek
5.1 Mengartikan surat al-Faatihah dan surat al-Ikhlaas
5.2 Menerapkan kandungan surat al-Faatihah dan al- Ikhlas
6. Memahami kaidah ilmu tajwid
6.1 Mengenal bacaan Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttasil, dan Mad Jaa’iz Munfasil
6.2 Menerapkan bacaan Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttasil dan Mad Jaa’iz Munfasil
7. Memahami hadis tentang persaudaraan secara benar dan fasih
7.1 Menghafalkan hadis tentang persaudaraan
7.2 Menerapkan perilaku persaudaraan dengan
sesama
2. Isi
a. Surat Alqoriah dan Surat At-Tin
1. SURAT ALQORIAH
1] Hari Kiamat,
2] apakah hari Kiamat itu?
3] Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
4] Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5] dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6] Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7] maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8] Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9] maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10] Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11] (Yaitu) api yang sangat panas.
2. SURAT AT-TIN
1] Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
2] dan demi bukit Sinai
3] dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
4] sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5] Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6] kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
7] Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8] Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya
b. SURAT AL-FATIHAH dan SURAT AL-IKHLAS
1. SURAT AL-FATIHAH
1] Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2] Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3] Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4] Yang menguasai di Hari Pembalasan
5] Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
6] Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7] (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
2. SURAT AL-IKHLAS
1] Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
[112:2] Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3] Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4] dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
c. Mad Thabi’i, Mad Wajib Muttasil dan Mad Jaa’iz Munfasil
1. Mad Tabi'i
Mad yang terdapat huruf hijaiah selain dari huruf Hamzah dan Sukun selepasnya dan ia dinamakan Tabi'i ialah kerana pembaca yang memiliki sifat kejadian yang sempurna tidak mengurangkan kadar Madnya iaitu dua harakat dan tidak pula melebihi dari itu.
Ketika berhenti dan Sambung Apabila huruf Mad berada dalam keadaan tetap, sambung dan berhenti, huruf tersebut dibaca secara Mad (panjang) sama ada ketika sambung dan berhenti. Begitu juga sama ada ketika berada di pertengahan kalimah seperti( مالك)
( YUSIKUM )atau di akhir kalimah seperti( ). Di dalam bahagian ini disyaratkan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.
Ketika Sambung
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja khususnya yang berkaitan dengan Mad Silah Kecil Yaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ ), begitu juga supaya huruf Ha' kinayah disambung dengan huruf Wau atau Ya', huruf Mad disyaratkan mestilah terletak di antara dua huruf yang berbaris hidup seperti kalimah ( IN HUWA )
Dalam keadaan ini huruf wau dan Ya' dibaca secara Mad sepanjang dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf Hamzah yang berasingan darinya di dalam kalimah lain) dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti ia tidak dibaca secara Mad.
Ketika Berhenti
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja akan dibaca secara panjang sekiranya huruf Mad tersebut tetap berada di dalam keadaan berhenti bukan ketika sambung. Ia dibaca panjang pada huruf-huruf Alif yang ditukar dari baris dua di atasnya (Tanwin) seperti( عليمًا حكيمًا )dengan memberhentikan bacaan pada huruf Alif
( حكيمًا )dan disyaratkan supaya Alif ini dibaca secara Mad tanpa menyambungnya dengan kalimah yang berada selepasnya.
3. MAD WAJIB MUTTASIL dan MAD JAIZ MUNFASHIL
Mad Wajib Muttasil Menurut istilah adalah: هُوَ أَنْ يَكُوْنَ الْمَدُّ وَالْهَمْزَةُ فِى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ “Adanya mad ashli dan hamzah bertemu pada satu kata. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Mursyidul Wildan: وَإِنْ تَلاَهُ الْهَمْزُ فِى كَلِمَتِهْ * فَوَاجِبٌ مُتَّصِلٌ كَجَآءَتِهْ “Apabila hamzah mengiringi mad pada satu kalimah, maka mad wajib muttasil seperti lafadz جَآءَتِهْ “. Adapun ukuran bacaan menurut Imam Abi ‘Amr, Imam Qalun dan Imam Ibn Katsir adalah 1 ½ alif (3 harakat). Sedangkan menurut Imam ‘Ashim (gurunya Imam Hafsh) adalah 1 ½ alif (5 harakat) dan menurut Imam Warsy dan Imam Hamzah adalah 3 alif (6 harakat) Contoh: شَآءَ , جَآءَ , أُولَــئِكَ
Mad Jaiz Munfasil Menurut istilah adalah: هُوَ مَا كَانَ حَرْفُ الْمَدِّ فِى كَلِمَةٍ وَالْهَمْزَةُ فِى كَلِمَةٍ أُخْرَى “Adanya huruf mad dalam satu kalimat dan hamzah pun berada pada kalimat yang lain.” Diuraikan pula dalam kibat Mursyidul Wildan. وَإِنْ تَلاَهُ وَبِأُخْرَى اتَّصَلَ فَجَائِزٌ مُنْفَصِلٌ كَلآإِلَى “Dan bila Hamzah mengiringi mad pada kalimat lain, maka mad jaiz munfasil seperti lafadz لآإِلَى.”
d. Hadis Tentang Persaudaraan
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Artinya “Tidak beriman seorang mukmin sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, (Bukhari Bukhari)
Dalil di atas telah menjelaskan betapa pentingnya arti dari sebuah persaudaraan Islam. Demikian penting dan vitalnya fungsi memperkuat persaudaraan Islam, hingga Rasulullah saw pun tidak mau mengakui orang yang tidak memiliki kepedualian terhadap urusan saudaranya sebagai umatnya. Setelah kita mengetahui urgensi dari sebuah persaudaraan di dalam Islam, mulai saat ini marilah kita mulai untuk senantiasa menyambung, mempererat, dan menjaga ikatan silaturahmi kita di jalan Islam
4. Problem Pembelajaran
1. Anak suka sulit menghafal dan mengartikan ayat-ayat tersebut, meskipun hafal tapi
hanya sekedar hafal.
2. Sulitnya membedakan bacaan mad karena saking banyaknya bacaan mad dan tajwid
di dalam al-quran.
3. Seringkali siswa mengetahui hadist-hadist tentang persaudaraan, tapi banyak diantara
mereka yang masih bertengkar dengan temnya.
5. Metode, Media, dan Evaluasi
a. Metode
Untuk mengajarkan materi al-Quran Hadits kelas III semester 2, metode yang digunakan adalah:
1) Ceramah
Metode ini digunakan setiap akan memulai pelajaran berupa pengantar materi dan keterangan sehingga anak mengerti penjelasan awal.
2) Membaca
Metode ini digunakan setiap materi membaca ayat, surat, hadits, dan sebagainya. Metode ini diawali oleh guru terlebih dahulu selanjutnya diikuti oleh siswa.
3) Tanya jawab
Metode ini digunakan untuk melatih daya ingat siswa mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan, atau dapat juga digunakan untuk mengukur daya nalar siswa dalam menggapai sebuah pertanyaan. Metode ini bisa digunakan diawal dan di akhir pelajaran.
4) Drill atau menghafal
Metode ini digunakan untuk melatih memori anak, metode ini juga seperti metode membaca, namun bacaan dibaca berulang-ulang sehingga bacaan akan dihafal dengan sendirinya.
b. Media
Media yang digunakan dalam pembelajaran al-Quran Hadits kelas VI semester 1 antara lain adalah buku teks al-Quran Hadits kelas VI, juz amma, potongan-potongan ayat dalam bentuk karton, papan tulis, dan spidol.
c. Evaluasi
Evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa adalah dengan cara: Tes lisan (membaca dan hafalan), tes tulis, bentuk instrumen (pilihan ganda, isian, pertanyaan lisan).
6. Solusi
1) Mengupayakan siswa untuk membaca, kemudian menghafal, al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih, Menghafalkan surat al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih dengan cara mengarahkan untuk melatih membacanya lewat sholat maktubah.
2) Mengajarkan bacaan Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttasil, dan Mad Jaa’iz Munfasil ferngan metode yang menyenangkan.
3) Memberikan gambaran pada meraka bahawa begitu pentingnya perdamaian.
IV. KESIMPULAN
Mad bermaksud lanjut atau lebih. Dari segi istilah ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermaksud memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bahagian mad iaiatu mad asli dan mad far'ie. Terdapat tiga huruf mad iaitu alif, wau, dan ya' dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Kepanjangan bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat. Persaudaraan Islam tidak didasarkan pada kepentingan ekonomi, ras, atau warna.. Hal ini didasarkan pada sesuatu yang tak terbatas unggul: Penolakan kepalsuan dan penerimaan Kebenaran seperti diungkapkan oleh Tuhan tunggal yang sejati.
V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Yakin usaha sampai.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Jamzury, Syekh Sulaiman. Ilmu tajwid Semarang: t.t. Tuhfatu al-Athfal. Toha Putra. Iim, 2004.
- Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung, CV. Diponegoro. 2003.
- Fata Choirul, Cinta Al-Quran dan Hadits Untuk Kelas III Madrasah Ibtidaiyah, Solo, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009,
- Suhandi, Dedi. Ilmu Tajwid. Cipasung: Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Pondok Pesantren 2002.
- http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/ (09-10-2010) 12-23. WIB
I. PENDAHULUAN
Dalam perkembanganya pendidikan dari masa ke masa selalu megnalami proses reformasi dan regulasi yang semakin meningkat, dari kurikulumnya, dan instrumen-instrumen lainya yang juga ikut meyesuaikan dengan perkembangan instrumen pendidikan tersebut. Dalam mata pelajaran Al-quran hadis ditingkat dasar atau tingkat MI juga harus menyesuaikan dengan perkembangan itu agar semua pembelajaran dan pelaksanaan pendidikan menjadi ideal dan maksimal. Telaah kurikulum Al-Quran ditingkat MI ini memeberikan miniatur kepada kita sebagai calon guru untuk bisa memahami dan menegerti tentang bagaimana cara kita mengajar dan mengetahui esensi dari kurikulum tersebut yang nantinya akan kita gunakan sebagai landasan dalam mengajar peserta didik di madrasah ibtidaiyah nantinya. Karena Quo Vadis kesuksesan belajar itu terletak pada gurunya bukan pada muridnya.
II. RUMUSAN MASALAH
1. SK KD Kurikulum Al-Quran Hadis MI Kelas III Semester 2
2. Isi
3. Probelem Pembelajaran
4. Metode, Media, dan Evaluasi
5. Solusi
III. PEMBAHASAN
1. SK KD Kurikulum Al-Quran Hadis MI Kelas III Semester 2
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Mata Pelajaran : Al-Quran Hadis
Kelas/Semester : III/2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih
4.1 Membaca surat al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih
4.2 Menghafalkan surat al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih
5. Memahami arti surat-surat pendek
5.1 Mengartikan surat al-Faatihah dan surat al-Ikhlaas
5.2 Menerapkan kandungan surat al-Faatihah dan al- Ikhlas
6. Memahami kaidah ilmu tajwid
6.1 Mengenal bacaan Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttasil, dan Mad Jaa’iz Munfasil
6.2 Menerapkan bacaan Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttasil dan Mad Jaa’iz Munfasil
7. Memahami hadis tentang persaudaraan secara benar dan fasih
7.1 Menghafalkan hadis tentang persaudaraan
7.2 Menerapkan perilaku persaudaraan dengan
sesama
2. Isi
a. Surat Alqoriah dan Surat At-Tin
1. SURAT ALQORIAH
1] Hari Kiamat,
2] apakah hari Kiamat itu?
3] Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
4] Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5] dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6] Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7] maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8] Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9] maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10] Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11] (Yaitu) api yang sangat panas.
2. SURAT AT-TIN
1] Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
2] dan demi bukit Sinai
3] dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
4] sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5] Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6] kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
7] Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8] Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya
b. SURAT AL-FATIHAH dan SURAT AL-IKHLAS
1. SURAT AL-FATIHAH
1] Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2] Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3] Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4] Yang menguasai di Hari Pembalasan
5] Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
6] Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7] (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
2. SURAT AL-IKHLAS
1] Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
[112:2] Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3] Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4] dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
c. Mad Thabi’i, Mad Wajib Muttasil dan Mad Jaa’iz Munfasil
1. Mad Tabi'i
Mad yang terdapat huruf hijaiah selain dari huruf Hamzah dan Sukun selepasnya dan ia dinamakan Tabi'i ialah kerana pembaca yang memiliki sifat kejadian yang sempurna tidak mengurangkan kadar Madnya iaitu dua harakat dan tidak pula melebihi dari itu.
Ketika berhenti dan Sambung Apabila huruf Mad berada dalam keadaan tetap, sambung dan berhenti, huruf tersebut dibaca secara Mad (panjang) sama ada ketika sambung dan berhenti. Begitu juga sama ada ketika berada di pertengahan kalimah seperti( مالك)
( YUSIKUM )atau di akhir kalimah seperti( ). Di dalam bahagian ini disyaratkan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.
Ketika Sambung
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja khususnya yang berkaitan dengan Mad Silah Kecil Yaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ ), begitu juga supaya huruf Ha' kinayah disambung dengan huruf Wau atau Ya', huruf Mad disyaratkan mestilah terletak di antara dua huruf yang berbaris hidup seperti kalimah ( IN HUWA )
Dalam keadaan ini huruf wau dan Ya' dibaca secara Mad sepanjang dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf Hamzah yang berasingan darinya di dalam kalimah lain) dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti ia tidak dibaca secara Mad.
Ketika Berhenti
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja akan dibaca secara panjang sekiranya huruf Mad tersebut tetap berada di dalam keadaan berhenti bukan ketika sambung. Ia dibaca panjang pada huruf-huruf Alif yang ditukar dari baris dua di atasnya (Tanwin) seperti( عليمًا حكيمًا )dengan memberhentikan bacaan pada huruf Alif
( حكيمًا )dan disyaratkan supaya Alif ini dibaca secara Mad tanpa menyambungnya dengan kalimah yang berada selepasnya.
3. MAD WAJIB MUTTASIL dan MAD JAIZ MUNFASHIL
Mad Wajib Muttasil Menurut istilah adalah: هُوَ أَنْ يَكُوْنَ الْمَدُّ وَالْهَمْزَةُ فِى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ “Adanya mad ashli dan hamzah bertemu pada satu kata. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Mursyidul Wildan: وَإِنْ تَلاَهُ الْهَمْزُ فِى كَلِمَتِهْ * فَوَاجِبٌ مُتَّصِلٌ كَجَآءَتِهْ “Apabila hamzah mengiringi mad pada satu kalimah, maka mad wajib muttasil seperti lafadz جَآءَتِهْ “. Adapun ukuran bacaan menurut Imam Abi ‘Amr, Imam Qalun dan Imam Ibn Katsir adalah 1 ½ alif (3 harakat). Sedangkan menurut Imam ‘Ashim (gurunya Imam Hafsh) adalah 1 ½ alif (5 harakat) dan menurut Imam Warsy dan Imam Hamzah adalah 3 alif (6 harakat) Contoh: شَآءَ , جَآءَ , أُولَــئِكَ
Mad Jaiz Munfasil Menurut istilah adalah: هُوَ مَا كَانَ حَرْفُ الْمَدِّ فِى كَلِمَةٍ وَالْهَمْزَةُ فِى كَلِمَةٍ أُخْرَى “Adanya huruf mad dalam satu kalimat dan hamzah pun berada pada kalimat yang lain.” Diuraikan pula dalam kibat Mursyidul Wildan. وَإِنْ تَلاَهُ وَبِأُخْرَى اتَّصَلَ فَجَائِزٌ مُنْفَصِلٌ كَلآإِلَى “Dan bila Hamzah mengiringi mad pada kalimat lain, maka mad jaiz munfasil seperti lafadz لآإِلَى.”
d. Hadis Tentang Persaudaraan
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Artinya “Tidak beriman seorang mukmin sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, (Bukhari Bukhari)
Dalil di atas telah menjelaskan betapa pentingnya arti dari sebuah persaudaraan Islam. Demikian penting dan vitalnya fungsi memperkuat persaudaraan Islam, hingga Rasulullah saw pun tidak mau mengakui orang yang tidak memiliki kepedualian terhadap urusan saudaranya sebagai umatnya. Setelah kita mengetahui urgensi dari sebuah persaudaraan di dalam Islam, mulai saat ini marilah kita mulai untuk senantiasa menyambung, mempererat, dan menjaga ikatan silaturahmi kita di jalan Islam
4. Problem Pembelajaran
1. Anak suka sulit menghafal dan mengartikan ayat-ayat tersebut, meskipun hafal tapi
hanya sekedar hafal.
2. Sulitnya membedakan bacaan mad karena saking banyaknya bacaan mad dan tajwid
di dalam al-quran.
3. Seringkali siswa mengetahui hadist-hadist tentang persaudaraan, tapi banyak diantara
mereka yang masih bertengkar dengan temnya.
5. Metode, Media, dan Evaluasi
a. Metode
Untuk mengajarkan materi al-Quran Hadits kelas III semester 2, metode yang digunakan adalah:
1) Ceramah
Metode ini digunakan setiap akan memulai pelajaran berupa pengantar materi dan keterangan sehingga anak mengerti penjelasan awal.
2) Membaca
Metode ini digunakan setiap materi membaca ayat, surat, hadits, dan sebagainya. Metode ini diawali oleh guru terlebih dahulu selanjutnya diikuti oleh siswa.
3) Tanya jawab
Metode ini digunakan untuk melatih daya ingat siswa mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan, atau dapat juga digunakan untuk mengukur daya nalar siswa dalam menggapai sebuah pertanyaan. Metode ini bisa digunakan diawal dan di akhir pelajaran.
4) Drill atau menghafal
Metode ini digunakan untuk melatih memori anak, metode ini juga seperti metode membaca, namun bacaan dibaca berulang-ulang sehingga bacaan akan dihafal dengan sendirinya.
b. Media
Media yang digunakan dalam pembelajaran al-Quran Hadits kelas VI semester 1 antara lain adalah buku teks al-Quran Hadits kelas VI, juz amma, potongan-potongan ayat dalam bentuk karton, papan tulis, dan spidol.
c. Evaluasi
Evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa adalah dengan cara: Tes lisan (membaca dan hafalan), tes tulis, bentuk instrumen (pilihan ganda, isian, pertanyaan lisan).
6. Solusi
1) Mengupayakan siswa untuk membaca, kemudian menghafal, al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih, Menghafalkan surat al-Qaari’ah dan surat at-Tin secara benar dan fasih dengan cara mengarahkan untuk melatih membacanya lewat sholat maktubah.
2) Mengajarkan bacaan Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttasil, dan Mad Jaa’iz Munfasil ferngan metode yang menyenangkan.
3) Memberikan gambaran pada meraka bahawa begitu pentingnya perdamaian.
IV. KESIMPULAN
Mad bermaksud lanjut atau lebih. Dari segi istilah ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermaksud memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bahagian mad iaiatu mad asli dan mad far'ie. Terdapat tiga huruf mad iaitu alif, wau, dan ya' dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Kepanjangan bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat. Persaudaraan Islam tidak didasarkan pada kepentingan ekonomi, ras, atau warna.. Hal ini didasarkan pada sesuatu yang tak terbatas unggul: Penolakan kepalsuan dan penerimaan Kebenaran seperti diungkapkan oleh Tuhan tunggal yang sejati.
V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Yakin usaha sampai.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Jamzury, Syekh Sulaiman. Ilmu tajwid Semarang: t.t. Tuhfatu al-Athfal. Toha Putra. Iim, 2004.
- Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung, CV. Diponegoro. 2003.
- Fata Choirul, Cinta Al-Quran dan Hadits Untuk Kelas III Madrasah Ibtidaiyah, Solo, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009,
- Suhandi, Dedi. Ilmu Tajwid. Cipasung: Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Pondok Pesantren 2002.
- http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/ (09-10-2010) 12-23. WIB
0 komentar:
Post a Comment