Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Tuesday, 1 July 2014

Contoh Makalah Pendidikan Budi Pekerti



Berbagai kasus prilaku moral dilakukan pelajar di Indonesia akhir-akhir ini kerap terjadi, seperti penggunaan narkoba, pornografi (pelecehan seksual), perkosaan, merusak milik orang, merampas, menipu, mencari bocoran soal ujian, pembunuhan, dan yang baru saja terjadi memaki sang guru lewat jejaring sosial face book. Kejadian ini kian  meresahkan masyarakat, dan bahkan sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat merosotnya moralitas pelajar ini, tidak  lagi dipandang sepele, karena sudah menjurus kepada tindak kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar.


Berbicara moralitas pelajar ini, masyarakat berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Karena pendidikanlah yang sebenarnya paling besar memberi kontribusi terhadap situasi seperti ini. Masalah moral yang terjadi pada siswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama namun juga menjadi tanggung jawab seluruh pendidik. Sesuai dari tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang mempunyai kepribadian, beretika, bermoral, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tujuan pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Namun untuk itu perlu ditanamkan sikap jujur, saling menghargai, bertoleransi dalam diri setiap siswa, karena sikap ini mempunyai dampak luas bagi kehidupan orang lain dalam masyarakat dan negara.

Kenakalan pelajar ini juga dilandasi sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan, baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak. Kenakalan para pelajar ini juga, kebanyakan disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh lingkngan yang tidak baik dan pergaulan yang dapat menyebabkan pelajar menjadi brutal serta susah untuk diatur. Akan tetapi kenakalan para pelajar dapat diatasi dengan cara memberikan perhatian-perhatian khusus, memberikan bimbingan dan pengarahan serta dengan cara memberikan pendidikan, agar anak itu dapat berperilaku lebih baik. Karena penyebab utama terjadinya kenakalan para pelajar ini lebih disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua, anak yang broken home, pergaulan bebas, kurangnya pendekatan diri pada ilmu agama, serta yang paling banyak adalah pengaruh dari lingkungan itu sendiri.
Pendidikan budi  pekerti merupakan suatu proses pembentukan  perilaku atau watak seseorang, sehingga dapat membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk dan mampu menerapkannya dalam kehidupan para siswa. Pendidikan budi pekerti pada hakikatnya merupakan konsekuensi tanggung jawab  seseorang untuk  memenuhi suatu kewajiban. Karena budi pekerti itu itu lahir, karena fakta, persepsi atau kepedulian  untuk melakukan hubungan sosial secara harmonis melalui perilakunya. Pasalnya, untuk parameter budi pekerti yang luhur, kata Ilham, merupakan kesesuaiannya dengan norma, etika, dan ajaran agama yang dianut suatu masyarakat.
Sebenarnya pelaksanaan pendidikan budi pekerti  di sekolah  dapat dilakukan melalui dua  pendekatan, pertama, melalui integrasi dengan  pelajaran yang memiliki pokok bahasan yang sesuai seperti Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan cara menambah materi titipan, dan kedua melalui pendekatan modeling, imitasi atau keteladanan yang dilakukan oleh guru. Nah jika guru menggunakan cara yang pertama, maka guru berfungsi sebagai pengajar, sedangkan jika cara yang kedua  yang digunakan maka guru berfungsi sebagai pendidik. Seraya ia menjelaskan bila budi pekerti merupakan perilaku, bukan  pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh anak didik. Maka dari itu, kata dia, haruslah  diteladankan bukan diajarkan. Sehingga pendekatan yang kedua lah yang lebih tepat untuk menjalankan pendidikan budi pekerti ini.

B. PEMBAHASAN
Kontek tentang budi pekerti ternyata sekarang menjadi perhatian oleh banyak orang, setelah lama kita tak menyentuh permasalahan budi pekerti, besar harapan orang tua sewaktu akan menyekolahkan anaknya, agar nantinya akan menjadi anak yang tumbuh dan besar menjadi orang yang berbudi pekerti tinggi, kemudian banyak pemerhati yang membuka wacana tentang budi pekerti, tetang bagaimana sebaiknya pedidikan dalam rangka penanaman budi pekerti, apa substansi pokok pendidikan budi pekerti, bagaimana kedudukanya, bagaimana penerapannya dalam proses belajar mengajar dan bagaimana peranan pendidiknya.
Sebenarnya tanggung jawab pendidikan budi pekerti bukan hanya dipihak sekolah saja, akan tetapi yang pertama yaitu keluarga, lingkungan, masyarakat juga harus berperan aktif, ketika sianak memasuki bangku sekolah, peranan pendidik melanjutkan dan mambantu peningkatan apa yang sudah dilakukan orang tua didalam keluarga karena waktu yang terbanyak adalah dilingkungan keluarga, maka pendidikan budi pekerti harus sudah dimulai dari keluarga oleh orang tuanya terlebih dahulu sehingga jika ada persepsi bahwa tanggung jawab penanaman budi pekerti hanya pada sekolah jelas keliru.

a. Keprihatinan
Sebenarnya kita berangkat dari sebuah keprihatinan yang sedang terjadi sekarang yaitu jika kita melihat pekembangan ramaja dimasyarakat, kita sangat prihatin, banyak sekali kasus yang seharusnya tidak perlu terjadi seandainya jika budi pekerti sudah tertanam pada mereka sedini mungkin, sebagai contoh ada siswa berani pada guru, pada orang tua, perkelahian antar pelajar bahkan ada yang berani melakukan kejahatan.
Berpijak dari hal tersebut, maka marilah kita coba menyimak masalah budi pekerti menjadi sebuah wacanan yang menarik, yang perlu kita cermati Bersama-sama.
Ada tiga kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai pedoman Departemen Pendidikan Nasional, yaitu : peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan budi pekerti, dan pengambangan baca tulis.
Penanaman budi pekerti sebaiknya dimasukan pada kurikulum, agar nantinya pada siswa tertanam sikap moral, sosial, serta budi pekerti yang tinggi. Bahwa sebenarnya komitmen bangsa kita terhadap pendidikan budi pekerti cukup kuat, sepanjang sejarah budi pekerti selalu menjadi bagian dari proses pendidikan di sekolah. Dalam aplikasi pendidikan budi pekerti, pemerintah tidak menjadi pendidikan budi pekerti menjadi salah satu mata pelajaran tetapi mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran yang telah diajarkan disekolah, hal ini untuk mengindari penekanan yang berlebihan pada aspek kognitif.
Budi pekerti merupakan masalah yang pelik, bahkan sering dianggap sebagai sesuatu yang absrak karena konsep budi pekerti balum terungkap secara operasional.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, budi pekerti adalah tingkah laku, perangai akhlak ataupun watak. Sikap dan tingkah laku sesorang tercermin dalam kegiatan hidup kesehariannya seperti tampak dalam hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan alam sekitar.
Dalam buku Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur (Balai Pustaka., 1997) terdapat 56 sikap budi pekerti luhur yaitu : bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikir jauh kedepan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, tekun, tepat janji, terbuka, dan ulet.
Menurut Edi Sedyawati (1997), sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan, yaitu :
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, yaitu setiap manusia Indonesia harus kenal, ingat, berdo’a dan bertawakal kepada Tuhannya, dalam rangka pembentukan budi pekerti yang didasarkan pada keagamaan.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, yaitu setiap manusia Indonesia harus mempunyai jatidiri, agar seseorang akan mampu menghargai dirinya sendiri karena mempunyai konsep diri yang positip.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, yaitu seseorang tidak mungkin hidup tanpa lingkungan social yang terdekat yang mendukung perkembangannya, yaitu keluarga. Untuk itu perlu suatu penyesuaian diri diantara nilai yang diyakini dengan nilai yang berlaku dalam keluarga.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, yaitu sikap dan perilaku ini merupakan sikap penyesuaian diri yang diperlukan terhadap lingkungan yang lebih luas, tempat ia dapat lebih mengekspresikan dirinya secara lebih luas setelah ia dewasa.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar, yaitu seseorang tidak bertahan hidup tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai, serasi dan tepat seperti yang dibutuhkannya. Untuk itulah terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi demi menjaga kelestarian dan keserasian antara hubungan manusia dan alam sekitar.
Demikian betapa idealnya tata/norma tersebut apabila dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada anak didik kita dan betapa mulianya perilaku yang demikian tadi, akan tetapi untuk mewujudkan semua itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus kita perhatikan mulai bagaimana proses pendidikan dirumah/dilingkungan keluarga yaitu orang tua, masyarakat yaitu anggota masyarakat dilingkungan tepat pergaulan sehari-hari, dan sekolah yaitu guru dan taman-teman sepermainannya.

b. Keteladanan Guru di Sekolah
Sekolah memiliki potensi palin besar dalam rangka mendidik anak-anak, berdasarkan tugas sekolah membina bakat intelaktual, mengembangkan kemampuan menilai dengan tepat, mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, mempersiapkan kehidupan profesi, memupuk bakat dan minat anak. Maka sebaiknya pendidikan budi pekerti terintegrasikan dalam prose pembelajaran tententu atau pada mata pejaran tersendiri, kedua-duanya ada untung ruginya.
Di sekolah secara moral guru punya tanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai dan bentuk sikap yang baik kepada siswa, disini guru harus mempunyai kredibilitas yang tinggi dimata siswa, karena makin tinggi pengaruh seorang guru dapat dipercaya oleh siswa yang dibinanya, guru harus memahami profil guru yang dianggap baik oleh siswa, oleh karena itu guru harus dapat menjadi contoh, bersikap dan bertindak benar dalam hidup sesuai dengan asas : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, dalam menanamkan sikap-sikap positif kemasyarakat sekolah membutuhkan cara kreatif, cara yang berbeda dengan pengjaran formal hal itu perlu disadari oleh setiap guru, bagaimana mempengaruhi dan menumbuhkan nilai-nilai sehingga terbentuk sikap-sikap yang baik pada diri siswa.
Dalam menanamkan budi pekerti, guru harus mampu menciptakan suasana baik untuk pertumbuhan sika-sikap positif sehingga mampu mempengaruhi masyarakat disekolah, nilai-nilai dan sikap yang tumbuh dan berkembang dilingkungan sekolah merupakan akibat dari keterserapan nilai-nilai hidup yang terpancar dari guru yang dapat menciptakan lingkungan yang bersifat kondusif, unsur lingkungan sosial yang berpengaruh dan sangat penting adalah unsur manusia yang langsung dikenal dan dihadapi seseorang sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu. Jadi bila seorang guru mau menanamkan nilai-nilai dan sikap-sikap hidup positif pada masyarakat sekolah, ia harus hadir sebagai perwujudan nilai-nilai positif itu.
Seorang guru harus hadir di tengah-tengah masyarakat sekolah sebagai personifikasi nilai-nilai, ia perlu selalu mendidik diri sendiri , Proses mendidik diri sendiri harus berlangsung terus-menerus sebagai proses yang panjang. Tugas utama mengajar siswa dikelas, tetapi didalam kelas dan diluar kelas guru tetap sebagai pendidik.
Pengaruh guru terhadap siswa dalam nenanamkan nilai-nilai sehingga terbentuk sikap-sikap positif pada diri siswa cukup besar, hal itu bisa terjadi bila guru hadir di tengah-tengah siswa sebagai personifikasi nilai-nilai hidup yang ditanamkan, kepercayaan guru oleh siswa harus sungguh besar, bila kredibilitas anutan dengan baik dihati para siswa, kehadirannya akan diterima secara penuh, keteladanan dalam mewujudkan nilai-nilai hidup akan dilihat dan ditiru oleh para siswa., dengan keteladanan yang diterima para siswa, mereka akan termotivasi, akan tergerak dan terdorong mengikuti jejak guru dalam mewujudkan nilai-nilai yang benar dalam kehidupan.
Selain hal tersebut diatas sebaiknya siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya disekolah melalui berbagai kegiatan peserti Olah Raga, seni, Pramuka, Palang Merah Remaja, Kegiatan Kerokhanian, karena melaui kegiatan tersebut nilai-nilai budi pekerti dapat kita sisipkan secara tahap demi tahap, dalam suasana yang menyenangkan sehingga segala emosi akan tercurahkan pada kegiatan yang positip.
Guru merupakan figur pengganti orang tua ketika anak-anak di sekolah, yang memberikan andil yang besar dalam tumbuh  kembang anak-anak guru akan memberikan perlindungan, pengajaran dan kebiasaan-kebiasaan  baru yang mendukung.
Menurut  Covey (1997) ada empat prinsip peranan guru dalam tumbuh kembang anak-anak, yaitu:
Modelling (Example of trustworthness). Guru adalah contoh atau model bagi anak. Tidak dapat disangkal bahwa contoh guru mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak, sehingga Schweitz mengatakan bahwa ada tiga prinsip dalam mengembangkan anak  yeitu pertama contoh, kedua contoh dan ketiga contoh. Guru merupakan model bagi anak baik positif maupun negatif dan turut memberikan pola bagi way of life anak. Melalui modelling ini guru akan turut mewariskan cara berpikirnya kepada anak, oleh karena itu maka peranan modelling merupakan suatu yang sangat mendasar. Melalui modelling anak juga akan belajar tentang sikap proaktif, sikap respek dan kasih sayang.
Mentoring yaitu kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, investasi emosional atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur, pribadi dan tidak bersyarat. Guru menjadi sumber pertama di sekolah bagi perkembangan perasaan anak: rasa aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci. Ada lima cara untuk memberikan kasih sayang pada orang lain: (1) empathiing adalah mendengarkan hati orang lain dengan hati sendiri; (2) sharing adalah berbagi wawasan, emosi dan keyakinan; (3) affirming adalah memberikan ketegasan/penguatan kepada orang lain melalui kepercayaan, penilaian, konfirmasi, apresiasi dan dorongan; (4) praying  mendoakan orang lain secara ikhlas dari hati yang paling dalam dan (5) sacrificing  adalah berkorban untuk diri orang lain.
Organazing  yaitu  sekolah memerlukan tim kerja dan kerjasama antar anggota dalam memenuhi tugas-tugas atau kebutuhan sekolah dan hal-hal penting.
Teaching. Guru berperan sebagai pengajar bagi anak-anak tentang hukum-hukum dasar kehidupan. Melalui pengajaran ini, guru juga menciptakan concious competence pada diri anak yaiitu anak mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan  mengapa mereka mengerjakan itu.
Ada beberapa pola sikap atau perlakuan guru terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri. Pola hubungan antara guru dan anak yang penuh penerimaan bukan penolakan atau terlalu melindungi atau serba boleh nampaknya akan memberikan dampak yang positif terhadap kepribadian anak.

c. Peran Orang Tua
Pendidikan budi pekerti juga tanggung jawab orang tua dirumah, karena waktu dirumah adalah yang paling banyak, sehingga jelas orang tua dalam pergaulaanya dengan anaknya waktunya lebih banyak, seorang anak mulai dari masih bayi sudah dididik, yang pertama oleh seorang ibu dengan kasih sayangnya mengasuh memberikan berbagai simbul-sibul kehidupan pada sianak, setelah mulai besar diajari tentang perilaku kehidupan, kemudian saat sudah mulai dewasa ditanamkan norma-norma kehidupan di masyarakat. Dalam menanamkan budi pekerti orang tua harus memberikan suri tauladan pada anak-anaknya, karena dengan melihat perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak secara tidak langsung akan melihat dan menirunya.
Tahapan Pendidikan Budi Pekerti.
Pada masa anak-anak yaitu dengan membiasakan betingkah laku serta berbuat menurut peraturan atau kebiasaan yang umum. Jadi pada masa anak-anak mulai di dalam keluarga dan di Taman Kanak-Kanak dilatih membiasakan perilaku-perilaku yang baik, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan. Misalnya : Bangun pagi, makan bersama, mandi dua kali sehari, berpaikan rapi dan bersih, memcuci tangan setiap akan makan, berdo’a setiap akan melakukan kegiatan, berpamitan/meminta izin setiap kali akan berpergian, dll.
Pada usia beranjak dewasa yaitu mulai diberi pengertian tentang tingkah laku kebaikan dan menghindari keburukan dalam kehidupan sehari-hari, dan ditanamkanya sikap mau menginsafi dan menyadari jika melakukan kesalahan dan mau memaafkan bila ada pihak yang salah meminta maaf, ditanamkan sikap tentang sopan santun, kesusilaan, ungah-ungguh, untuk menanamkan hal tersebut dapat melalui kegiatan Kepemudaan, Pramuka, OSIS, kelompok Pencinta Alam, Kegiatan Palang Merah Ramaja, Olah Raga, Ikatan Ramaja Masjid, dll.
Pada usia dewasa yaitu mulai ditanamkan norma-norma kehidupan beragama, berbangsa, bemayaraskat, mengerti dan memahami norma etika, hukum, kesusilaan, kebudayaan, adat istiadat. Dalam penanaman budi pekerti disini harus meliputi teori dan praktek “Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” artinya bahwa dalam melaksanankan pendidikan budi pekerti haruslah tertanam pengertian yang betul betul dipahami, dan merasa sebagai suatu kebutuhan, kemudian melaksanakannya.
d. Sopan Santun
Sopan santun adalah sikap dan perilaku yang terkait dengan cara bertindak dan bertutur kata sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat.
Norma-norma dasar yang dikemukakan di atas hendaknya dapat dijadikan acuan untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam membudayakan budi pekerti di lingkungan sekolah. Penciptaan suasana yang mendukung kehidupan sekolah yang berbudi pekerti luhur sangat penting dilakukan, karena suasana sekolah akan mempengaruhi perilaku siswa.
Sebagai salah satu contoh yakni menjaga kebersihan. Dalam pembelajaran budi pekerti ditekankan betapa pentingnya menjaga kebersihan, namun dalam penerapannya di sekolah mungkin sukar dilakukan karena kamar kecil sekolah tidak tersedia cukup air sehingga ada kesulitan menyiramnya. Demikian juga peserta didik dianjurkan membuang sampah ke tempatnya, tetapi tempat sampah tidak cukup tersedia, sehingga peserta didik membuang kertas di sembarang tempat. Tentu masih ada sederet contoh lainnya yang tidak perlu dikemukakan di sini. Yang pasti, bahwa suasana yang demikian tentu tidak mendukung isi pelajaran budi pekerti yang diberikan oleh gurunya. Suasana sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan fisik sekolah tetapi juga oleh keadaan non fisik seperti perilaku guru, kepala sekolah, pegawai tatausaha, perilaku peserta didik, dan pola hubungan sosial yang terjadi.
Perlu difahami bahwa lingkungan sekolah merupakan bentuk masyarakat tersendiri, berbeda dengan masyarakat yang berada di luar lingkungan sekolah, apakah itu keluarga, kampung, atau masyarakat desa. Masyarakat lingkungan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, dan peserta didik dengan interaksi sosial yang memiliki tujuan yang sangat jelas yakni belajar.Oleh karena itu juga masyarakat sekolah dapat dikatakan sebagai masyarakat belajar dengan penjenjangan tertentu, yang tidak ditemukan dalam masyarakat biasa. Dalam hal ini Prof S. Nasution mengatakan bahwa kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan sekolah ( S. Nasution, 1983 : 73 ). Berbeda dengan masyarakat biasa seperti keluarga atau masyarakat kampung yang seetnik atau sedesa pada masyarakat sekolah, proses belajar mengajar tidak pernah terhenti, kegiatan dilaksanakan dengan terencana, ada kurikulum, ada kelas, guru, murid, dan ada peraturan dan norma sekolah yang harus diikuti. Semua ini membedakan masyarakat sekolah dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian pembinaan budi pekerti di sekolah berbeda dengan yang dilakukan di lingkungan rumah tangga, di lingkungan RT atau RW. Di lingkungan RT atau RW tidak ada warga yang tinggal atau naik kelas, hal seperti itu hanya ada di lingkungan sekolah.
Kehidupan di sekolah berlangsung dalam satu pola yang sama, kegiatan berulang ulang dan diatur dengan jadwal yang ketat. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembiasaan berdisiplin seluruh warga sekolah. Suasana sekolah yang berdisiplin tinggi akan berpengaruh besar terhadap kehidupan peserta didik terutama di lingkungan sekolah. Kehidupan berdisiplin tinggi ini harus dijalani secara konsisten oleh warga sekolah sebagai salah satu modal utama pembentukan watak peserta didik. Lingkungan sekolah yang memenuhi syarat kesehatan dan fisik sebagai satu sekolah akan turut menunjang kehidupan yang berbudi para warganya. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang sehat, keadaan fisik sekolah yang terawat baik akan memberi sumbangan yang besar terhadap suasana sekolah yang menyenangkan dan dapat menciptakan disiplin diri yang kuat. Artinya, kalau keadaan setiap ruangan, kamar atau halaman sekolah tertata rapi, akan mendorong peserta didik ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian sekolah tersebut. Ada rasa bersalah kalau tidak ikut menjaga keadaan yang sedemikian itu. Kalau keadaan ruangan atau kamar mandi misalnya tidak baik, maka peserta didik pun akan bertindak semaunya tanpa memperhatikan pentingnya menjaga kebersihan tersebut.
Suasana kehidupan di sekolah perlu dibangun bersama sama oleh warga sekolah sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing masing. Kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru dan peserta didik dapat memberikan sumbangan pembinaan kehidupan berbudi luhur melalui sikap dan perilakunya di sekolah. Dalam hal ini kehidupan yang bermoral sangat dipentingkan. Pemahaman dan pelaksanaan nilai nilai hidup di lingkungan sekolah sebenarnya lebih mudah dipolakan dengan melibatkan seluruh warga sekolah. Prof.Dr.Winarno Surakhmad mengingatkan bahwa lingkungan di mana nilai hidup tertentu telah memasyarakat secara terpola dan terarah akan mempunyai pengaruh membentuk yang kuat (Winarno Surakhmad, 1987 : 43 ). Dalam hal ini peranan para kepala sekolah dan seluruh guru sangat kuat pengaruhnya dalam pembentukan watak para peserta didik, terutama pada jenjang pendidikan dasar , dan secara taat azas berlanjut pada jenjang sekolah menengah. Pada tingkat pendidikan dasar, paling tidak pada sekolah dasar biasanya ada warung sekolah yang menjual kue atau minuman sehat yang diperuntukkan bagi peserta didik sekolah tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan yang ada di luar. Nah warung sekolah sebagai bagian dari lingkungan sekolah perlu diperhatikan kebersihannya, cara penyajiannya, dan cara peserta didik mengambil makanan atau kue serta sikap sewaktu membayarnya.
Kesempatan untuk pembinaan sopan santun pada saat peserta didik berada di kantin sekolah seperti itu perlu diperhatikan oleh kepala sekolah. Tata krama seperti itu hendaknya dipraktekkan secara taat asas oleh seluruh warga sekolah sesuai dengan fungsi masing-masing.
Keberhasilan menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk pembudayaan budi pekerti, faktor-faktor dominan yang perlu ditumbuh-kembangkan pembinaannya antara lain mengenai hal-hal berikut:
Keimanan
Keimanan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan agama masing-masing. Dengan keimanan diharapkan setiap peserta didik dapat membina dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.
Ketaqwaan
Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini kepada siswa masuk sekolah melalui berbagi kegiatan, karena pada dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai keimanan berupa perilaku yang terwujud dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya.
3. Kejujuran
Dalam berbagai hal, sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak curang, berani dan rela berkorban demi kebenaran serta mengakui kesalahan, tindakan ini harus diwujudkan dan ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri maupun dengan orang lain. Kejujuran menjadi sikap dan perilaku yang tegas yang harus dilaksanakann.
4. Keteladanan
Keteladanan merupakan salah satu kunci dalam pembudayaan budi pekerti. Kepala sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru. Guru dapat memberikan keteladanan kepada para siswanya, demikian pula kakak kelas kepada adik kelasnya. Keteladanan jauh lebih penting dari pada memberikan pelajaran secara verbal, karena keteladanan adalah memberikan contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata.
5.Suasana Demokratis
Suasana demokratis yang dimaksud adalah menghargai hak hak orang lain dalam menyampaikan pendapat, saran, berekspresi, berkreasi. Suasana di sekolah haruslah suasana yang menunjukkan adanya kebebasan mengeluarkan pendapat, dan menghargai perbedaan pendapat sesuai dengan sopan santun berdemokrasi. Adanya suasana demokratis di lingkungan sekolah akan memberi pengaruh pada pengembangan budi pekerti, terutama sikap saling menghargai dan saling memaafkan.
6. Kepedulian
Kepedulian terwujud antara lain dalam sikap empati dan saling menasehati, saling memberitahukan, saling mengingatkan, saling menyayangi dan saling melindungi sehingga setiap masalah dapat diatasi lebih cepat dan lebih mudah. Pembiasaan diri memiliki kepedulian di lingkungan sekolah perlu dimulai sejak dini.
7. Keterbukaan
Sistem manajemen sekolah harus bersifat transparan, artinya setiap kegiatan haruslah dilakukan secara terbuka, terutama yang berkenaan dengan masalah keuangan. Manajemen yang terbuka akan menghilangkan sikap saling curiga, berburuk sangka, dan menghilangkan fitnah. Manajemen terbuka ini hendaklah dipraktekkan oleh kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru, dan oleh para siswa.
8. Kebersamaan
Kebersamaan adalah suasana tata hubungan antar warga sekolah yang tercermin dari sikap dan perilaku seperti tolong menolong, tenggang rasa, saling menghormati, dan terbuka. Kebersamaan ini diarahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antara Kepala sekolah, guru, siswa dan warga sekolah lainnya sehingga terwujud suatu suasana persaudaraan dalam tata hubungan sekolah yang harmonis.
9. Keamanan
Keamanan di sini dimaksudkan sebagai rasa aman dan tenteram, bebas dari rasa takut, baik lahir maupun batin. Keamanan merupakan modal pokok untuk menciptakan suasana sekolah yang harmonis dan menyenangkan. Warga sekolah harus proaktif mengantisipasi dan mengatasi segala bentuk gangguan dari dalam dan luar lingkungan sekolah. Keamanan sekolah menjadi tanggung jawab warga sekolah, oleh karena itu yang pertama harus diciptakan ialah adanya suasana berbudi luhur dari setiap siswa. Dengan suasana yang demikian maka gangguan dari luar pun akan dapat diatasi dengan bijaksana.
10. Ketertiban
Ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan antar warga sekolah. Ketertiban antara lain harus tercermin dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, penggunaan waktu belajar mengajar, dan berhubungan dengan masyarakat sekitar. Ketertiban tidaklah tercipta dengan sendirinya melainkan harus diupayakan oleh setiap warga sekolah.
11. Kebersihan
Kebersihan adalah bagian dari iman. Suasana bersih, rapi dan menyegarkan akan memberi kesan menyenangkan bagi warga sekolah.Suasana yang demikian bukan hanya untuk waktu-waktu tertentu saja tetapi untuk seterusnya secara berkelanjutan. Kebersihan meliputi kebersihan fisik dan psikis, jasmaniah dan batiniah. Kebersihan batiniah ini sangat penting dibina antara lain ialah sikap jujur, ikhlas, jauh dari sifat dengki dan dendam.
12. Kesehatan
Kesehatan pun menyangkut aspek fisik dan psikis. Kesehatan fisik bagi warga sekolah hendaklah diupayakan dengan jalan berolah raga secara teratur, makan makanan yang bergizi. Sedangkan kesehatan psikis hendaklah dibangun dengan cara membangkitkan sikap di atas.
13. Keindahan
Keindahan di sini dimaksudkan suasana lingkungan sekolah baik ruangan kantor, ruangan guru, perpustakaan, dan ruang kelas yang mengesankan tertata rapi, maupun halaman sekolah, kebun sekolah, taman bunga dan lainnya menimbulkan kesan menyenangkan karena ada unsur estetikanya. Keindahan di lingkungan sekolah harus diciptakan oleh warga sekolah dan dijaga agar keindahan tersebut tidak sirna. Keindahan merupakan bagian dari sifat manusia yang berbudi.
C. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Budi Pekerti Luhur sangat penting, olah karena itu harus ditanamkan sejak mulai dari dalam kehidupan dilingkungan Rumah terutama orang tua yang paling banyak berperan menuntun terhadap tata nilai kehidupan yang baik pada anak-anaknya, Sekolah yaitu guru sebagai pendidik hendaknya dapat memberikan bimbingan kearah yang baik pada anak didiknya, di masyarakat hendaknya terciptanya pergaulan yang baik yaitu berkembangnya rasa tenggang rasa, saling menghormati/menghargai, dan patuh pada norma-norma yang berlaku. Sehingga akan tercipa masyarakat yang berbudi pekerti luhur.
Jika di fokuskan kepada orangnya maka seorang siswa dimana saja dia berada, haruslah dapat menunjukan penampilan yang baik, sopan santun, mempunyai tata krama, mempunyai kejujuran dengan tujuan agar dipercaya dan disenangi. Oleh karena itu seorang siswa diharapkan :
a. Bermoral / berakhlaq baik dan jujur
b. Melaksanakan tata karma yang baik
c. Melaksanakan sopan santun
d. Memberi contoh suri teladan yang baik
e. Tolong menolong dengan sesama anggota masyarakat
f. Tenggang rasa dengan sesama anggota masyarakat
g. Melaksanakan norma-norma anggota masyrakat
h. Hormat menghormati sesama anggota masyarakat
i. Berbusana yang sopan
j. Berbicara yang baik
Foto: UMY
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Contoh Makalah Pendidikan Budi Pekerti Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda