Selaku mahasiswa, saya merasa prihatin oleh
ulah pendukung sepak bola di Indonesia belakangan ini. Karena itu, saya tidak
setuju ketika olahraga diidentikkan dengan kekerasan. Olahraga seharusnya menjadi
wahana untuk mendewasakan mental.
Saya tidak akan menyebutkan tim dan
kesebelasan mana yang melakukan anarkisme, dan saya juga tidak ingin
membandingkan ulah pendukung kesebelasan di Indonesia dengan di luar negeri. Pasalnya,
semua kembali kepada masing-masing individu, artinya para supporter harus
dewasa dalam melakukan aksinya.
Selain tiu, apa pun bentuknya, kalau
berakar pada kekerasan, kesebelasan tidak akan maju. Kesebelasan harus menjunjung
tinggi sportivitas, begitu pula dengan pendukungnya. Jika tidak bisa menjaga
emosi, maka tak perlu menjadi pendukung. Kalah menang merupakan hal yang wajar,
yang tidak wajar adalah meluapkan emosi dengan berbagai tindakan, seperti
lempar-melempar, menteror pendukung lawan, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, pihak berwajib harus segera
menertibkan para pendukung nakal sebuah kesebelasan. Agar tidak melakukan
tindak kekerasan, polisi harus tegas dan melakukan langkah strategis, karena
polisi merupakan “ujung tombak” dalam mengatasi keamanan di negeri ini.
Demikian curhatan saya, semoga segara direalisasikan.
Foto: Kompas.
0 komentar:
Post a Comment