Selama ini, mahasiswa selalu berfikir praktis dan
instan. Mereka berpandangan bahwa dengan kuliah dan mendapatkan selembar ijazah
akan mengantarkan mereka pada kesuksesan. Akan tetapi, dunia berkata lain,
dunia kerja tak sekadar membutuhkan hal itu saja, ada yang lebih penting yaitu soft skill.
Salah satunya yang terpenting namun sering dilupakan
adalah life skill atau kecakapan
hidup. Life skill erat kaitannya
dengan kecakapan atau kemampuan yang diperlukan sesorang agar menjadi independen
dalam kehidupan. Dalam penerapnnya di bidang pendidikan life skill sangat
diperlukan oleh pengajar guna berkomunikasi dengan siswa di lingkungan
akademik.
Life skill dapat membantu seorang pengajar untuk
menyampaikan isi materi secara lebih mendalam dan menyeluruh sehingga siswa
dapat lebih mudah memahami materi. Tidak hanya itu, pendidikan life skill harus
di ajarkan kepada siswa sebagai bekal untuk hidup independen kelak. Seorang
pendidik sudah selayaknya dituntut untuk dapat
membekalkan nilai-nilai life skill kepada siswa. Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.
membekalkan nilai-nilai life skill kepada siswa. Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.
Menurut penulis, pendidikan life skill adalah
pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar
kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna
bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life
skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar
peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap
untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.Sedangkan pelaksanaan pendidikan
life skill adalah bervariasi , disesuaikan dengan kondisi anak dan
lingkungannya, namun memiliki prinsip-prinsip umum yang sama.
Mahalnya biaya pendidikan, menuntut mahasiswa menyelesaikan studi
tepat waktu. Sehingga, segala energi dikerahkan untuk segera lulus. Jadi, study
oriented menjadi prioritas mahasiswa
sekarang.
Namun, apakah cukup dengan ijazah dan IP tinggi untuk menjalani
kehidupan setelah wisuda? ternyata tidak. Dunia kerja tidak menuntut modal itu
saja, ada hal yang lebih penting, yaitu soft skill. Kemampuan ini
terkait dengan keterampilan berkomunikasi (bahasa), bekerja satu tim, serta
kemampuan dalam hal kepemimpinan, manajemen, dan organisasi. Jadi,
berorganisasi sangatlah penting untuk menunjang hal tersebut.
Dengan alasan mengganggu kuliah, membuat mahasiswa malas untuk
berorganisasi. Memang ada mahasiswa lalai kuliah karena sibuk berorganisasi. Namun,
masih banyak aktivis organisasi yang lulus tepat waktu dengan IP memuaskan.
Jadi, hal ini hanya masalah manajemen waktu.
Diakui atau tidak, mahasiswa sekarang lebih aktif pacaran daripada berorganisasi,
lebih sering ke kantin daripada ikut diskusi di forum organisasi. Hal tersebut
menjadikan mereka gagap terhadap problematika umat, karena mereka tidak pernah
mendapat ilmu di organisasi yang mengajarkan untuk bermasyarakat.
Minimnya motivasi dosen, juga membuat mahasiswa apatis terhadap organisasi.
Sehingga, mahasiswa lebih fokus diperkuliahan saja. Padahal, ilmu dari
perkuliahan hanya 25%, sedangkan yang 75% adalah dari luar kuliah. Artinya, mahasiswa
harus mandiri mencari ilmu tersebut di luar kuliah termasuk di organisasi.
Berpijak dari fenomena di atas, sangat sulit bagi organisasi bertahan di
era globalisasi seperti ini. Untuk itu, aktivis organisasi harus mengemas kegiatan
untuk merangsang mahasiswa ikut organisasi. Jadi, sudah saatnya aktivis
berlomba-lomba untuk mempromosikan kegiatannya dengan hal baru.
Organisasi merupakan jendela kecil untuk mengenal dunia yang lebih luas.
Dengan berorganisasi mahasiswa bisa menambah khazanah intelektual dan mendapat
relasi. Di sisi lain, organisasi juga berfungsi sebagai kampus kedua (second
university) setelah PT.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah berkata; “Kejahatan kecil yang
terorganisir, akan mengalahkan kebaikan besar yang tidak terorganisir”. Jadi, aktif di
perkuliahan dan organisasi adalah keniscayaan.
Foto: UNY
0 komentar:
Post a Comment