Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Saturday, 2 August 2014

Harapan Baru Kuliah PGSD



Oleh : Hamidulloh Ibda
Peneliti Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang


Dulu, masyarakat memandang sebelah mata guru SD dan MI. Tapi sekarang, magnet kesejahteraan guru SD dan MI mulai diminati semua kalangan. Hal ini terbukti ketika banyak lulusan SMA tergoda mendaftar jurusan/program studi PGSD  jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014. Begitu pula PGMI sekarang juga memiliki daya tarik tinggi di kalangan lulusan SMA.


Ganjar Kurnia Ketua Panitia SNMPTN 2014 menyatakan pendaftar di prodi pendidikan, terutama Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, tahun ini PGSD menduduki posisi empat besar terfavorit, setelah manajemen, akuntansi dan sistem informasi (Kompas, 28/5/2014).
Meroketnya jumlah pendaftar di jurusan pendidikan guru merupakan sebuah fenomena positif. Kondisi ini harus dimanfaatkan pemerintah dengan baik untuk memaksimalkan proses seleksi calon-calon guru yang lebih berkualitas. Namun, pemerintah juga harus memperbaiki kualitas Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai kampus yang memiliki tugas menyaring bibit-bibit pendidik yang baik tersebut dengan selektif. LPTK harus memilih calon pendidik dengan cara yang benar dan berkualitas.
PGSD Tertinggi
Hasil SNMPTN telah diumumkan pada Selasa 27 Mei 2014. Di antara puluhan prodi di perguruan tinggi negeri (PTN), PGSD masuk deretan 10 prodi paling diminati. PGSD menempati peringkat keempat jurusan paling diminati dengan 81.181 peserta ujian (Kompas, 29/5/2014). Dari 10 prodi itu, PGSD menempati “peringkat tertinggi” jika dibandingkan dengan jurusan pendidikan guru lainnya.
Jumlah peminat PGSD melampaui peserta ujian untuk jurusan terkait teknologi. Semua prodi berbau teknologi tak masuk daftar 10 besar peminat terbanyak, kecuali teknik informasi. Dari data SNMPTN, ada 10 besar jurusan kuliah dengan peminat terbanyak. Jurusan itu terdiri dari Manajemen 144.374 peminat, Akuntansi 110.851 peminat, Teknik Informatika/Ilmu Komputer/Teknologi Informasi/Sistem Informasi, 97.775, PGSD 81.181 peminat, Hukum/Ilmu Hukum 70.310 peminat, Pendidikan Dokter, 60.870 peminat, Psikologi/Ilmu Psikologi 59.133 peminat, Ilmu Komunikasi 54.743 peminat, Farmasi 49.598 peminat dan Ilmu Kesehatan Masyarakat 48.162 peminat (Sinar Harapan, 28/5/2014).
Menurut pengamatan penulis, meningkatnya peminat di jurusan pendidikan guru terutama PGSD karena nasib guru semakin dianggap sejahtera dan menjanjikan. Selain itu, dari tahun ke tahun, banyak lowongan dan formasi CPNS guru SD di tiap kota/kabupaten, khususnya di Jawa Tengah. 
Di Semarang tahun 2013 kemarin, Pemerintah Kota Semarang memberikan kesempatan 35 CPNS formasi guru SD. Sedangkan jurusan lain hanya sedikit, yaitu CPNS guru SMK Teknik Mesin 5 orang. Jurusan pendidikan lain belum ada dan jarang dibuka formasi CPNS di tiap kota/kabupaten. Rata-rata kuota CPNS jalur umum/K2 tertinggi adalah guru SD, mengingat di tiap kelurahan/desa pasti ada SD di sana.
Selain CPNS jalur seleksi umum, untuk tenaga honorer (K2) paling banyak yang diangkat jadi CPNS juga formasi guru SD. Atas dasar inilah banyak lulusan SMA tertarik mendaftar jurusan PGSD dibandingkan jurusan pendidikan guru lainnya. Hal ini memberikan sinyal positif bagi LPTK, namun harus diimbangi dengan pengingkatan kualitas dan pemeritah juga harus memperhatikan nasib LTPK.
Perbaikan Kualitas LPTK
LPTK berkualitas akan melahirkan guru berkualitas. Itu sudah hukum pasti dalam jagad akademik. Namun sayangnya, kondisi LPTK di Indonesia masih “dianaktirikan” pemerintah dibandingkan dengan kampus-kampus yang memiliki prodi non kependidikan. Dari sisi anggaran, misalnya, anggaran untuk LPTK sangat kecil dibandingkan kampus lainnya. Itu LPTK negeri, apalagi LPTK swasta, nasibnya lebih mengenaskan.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) secara tertulis juga sudah memberi masukan kepada Kemdikbud terkait nasib dan kualitas LPTK. Namun, sampai saat ini, belum ada respons dan tanggapan positif terkait persoalan tersebut. Problem ini harus diselesaikan. Setidaknya ada beberapa rumusan dan solusi untuk mengatasi problem tersebut. Pertama; Kemdikbud harus serius memperhatikan nasib LPTK, baik dari segi anggaran maupun kualitas pendidiknya.
Kedua; untuk meningkatkan kualitas LPTK, Kemdikbud bisa memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas  dengan memberi peluang beasiswa S2 maupun S3, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Semakin banyak dosen yang bergelar doktor, maka kualitas lulusan juga menjadi bermutu. Ketiga; status LPTK harus jelas akreditasinya, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Pasalnya, selama ini banyak “prodi abal-abal” muncul dan hal itu justru menjadi bumerang bagi lulusannya.
Di Semarang saja, sudah banyak PGSD bermunculan sejak 2007 sampai sekarang. Seperti contoh PGSD Unnes, PGSD UPGRI, PGSD Unissula, PGSD Undaris, PGSD Universita Terbuka dan sebagainya. Selain PGSD, banyak pula prodi PGMI juga bermunculan, seperti PGMI IAIN Walisongo, PGMI Unwahas dan sebagainya. Selain di Semarang, banyak juga PGSD dan PGMI terus bersaing seperti PGSD UMS, PGSD UKSW, PGSD UMK, PGMI STAIN Kudus dan sebagainya.
Prodi-prodi itu harus jelas akreditasinya dan selalu mendesain pembelajaran sesuai perkembangan zaman. Selain itu, prodi juga harus memberi pembekalan soft skill dan memberi kesempatan show up kepada mahasiswa agar khazanah ilmu semakin luas dan mendalam. Pasalnya, banyak potensi mahasiswa yang tidak berkembang karena tidak difasilitasi kampus.
Keempat; naiknya pendaftar jurusan pendidikan guru harus direspons positif pula oleh pemerintah, terutama agar momen ini dapat dimanfaatkan membangun sistem pemetaan kebutuhan guru yang lebih baik dan terarah. Pasalnya, selama ini masih ada keluhan kekurangan guru di daerah-daerah tertentu. Kelima; calon guru tidak sekadar menguasai kompetensi pedagogi, kepribadian dan sosial dan menguasai 8 keterampilan mengajar.
Guru juga tidak hanya dituntut bisa ngrancang (merancang), mulang (mengajar). Namun guru juga harus “mendidik” dan menjadi orang tua kedua di sekolah. Karena selama ini masih banyak guru yang masih “mengajar”, belum sepenuhnya “mendidik”. Guru juga harus selalu meningkatkan kualitas lewat kuliah tambahan, seminar, diklat, rajin mengikuti penelitian, lomba karya tulis ilmiah dan sebagainya. Jika itu terlaksana, guru sebagai mercusuar pendidikan tidak sekadar menjadi mitos.
Keenam; menjadi guru memang bukan profesi untuk menjadi orang kaya. Namun jika ingin mencetak orang kaya, maka jadilah guru. Artinya, sebelum menjadi guru, para mahasiswa harus meluruskan niat untuk berjuang dan mencerdaskan bangsa. Jangan sampai mendaftar di jurusan pendidikan guru hanya untuk berorintasi uang. Para mahasiswa harus menata pola pikirnya. Artinya secara hakikat, guru tidaklah mengejar uang. Namun uang lah yang sebenarnya mengejar guru.
Mahasiswa harus meluruskan niat bahwa kuliah bukanlah sekadar mencari ilmu dan harta sebanyaknya. Namun hakikat kuliah adalah menata cara berpikir, merubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup. Menjadi guru SD juga bukan sekadar mencari recehan dan sertifikasi, namun harus menjadi alat untuk berbuat baik lebih banyak lagi dan mencari kemuliaan di hadapan Tuhan dan manusia. Guru SD bukan segalanya, namun segalanya bisa berasal dari sana!
-Dimuat di Koran Muria, 1 Agustus 2014
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Harapan Baru Kuliah PGSD Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda