Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Sunday, 24 October 2021

ANALISIS ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF PAUL ERNEST


Oleh Hamidulloh Ibda

A. Pendahuluan

Dalam pendidikan dengan berbagai disiplin ilmu apapun hampir dipastikan ada aliran, faham atau manhaj, atau ideologi yang berkembang di dalamnya. Dalam pendidikan matematika meski dikenal sebagai ilmu pasti tidak terlepas pula dari aliran pendidikan. Artinya, pendidikan materi yang berkembang sangat ditentukan dari aliran, konsep, dan teori yang melatarbelakanginya. 

Dalam konteks kurikulum dan materi, pendidikan dilandasi pandangan filosofis tertentu. Filsafat merupakan sumber dan awal bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai negara di dunia.  Ernest (1991) memiliki pandangan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan melalui komunikasi, oleh karenanya pendidikan matematika harus membantu perkembangan konstruksi pengetahuan melalui keterkaitan aktif dan interaksi siswa. Dalam konteks ini, penulis menyimpulkan bahwa belajar tentang teori matematika merupakan teori perubahan konseptual atau konstruktivisme. Bentuk pendidikan matematika memainkan peran yang sangat penting dalam menghasilkan kembali hirarki sosial, atau bisa jadi menantang hirarki sosial. Pendidikan matematika mampu mengubah hirarki sosial.

Dalam konteks ini, Ernest (1991) memiliki pandangan mengenai pembelajaran juga terkait dengan pandangan mengenai ilmu yang dipelajari, dalam hal ini yaitu matematika. Perbedaan dalam memandang matematika menyebabkan perbedaan dalam membelajarkannya kepada siswa. Ernest (1991) menyatakan dalam peta pendidikan yang dibuatnya terdapat lima ideologi yang menjadi karakter suatu bangsa. Lima ideologi pendidikan matematika yaitu industrial trainer, technological pragmatism, old humanist, progressive educator, dan public educator.

Dalam artikel sebagai tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar ini, penulis membahas matematis, kemampuan, dan hirarki sosial dalam beberapa kategori. Peta pendidikan menurut Ernest (1991) kelima ideologi tersebut dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

 


Industrial Trainer

Technological Pragmatist

Old Humanist

Progressive Educator

Public Educator

Politics

Radical right

Conservative

Conservative/ liberal

Liberal

Democracy

Mathematics

Body of knowledge

Science of truth

Structure of truth

Process of thinking

Social activities

Moral Value

Good vs Bad

Pragmatism

Hierarkhies paternalistics

Humanity

Justice, Freedom

Theory of Society

Hierarchy, Market orientation

Hierarchy

Hierarchy

Well-fare

Un-Justice need a reform

Genesis of Students

Empty Vessel

Empty Vessel

Character Building

Student Orientation

To develop/grow seed plant

Theory of Students’ Ability

Talent and Effort

Talent

Talent Development

Need

Aspect of Culture, Relatives

Aim of Mathematics Education

Back to basic (arithmetic)

Certification

Transfer of knowledge

Creativity

To develop people comprehensively through math

Theory of Learning

Work hard, Exercises, Drill, Memorize

Thinking and Practice

Understanding and application

Exploration

Discussion, Autonomy, Self

Theory of Teaching

Transfer of knowledge (transmition)

External motivation

Expository

Construction

Discussion, investigation

Resources

White Board, Chalk, Anti calculator

Teaching aid

Visual teaching aid for motivation

Various resources/

Environment

Social Environment

Evaluation

External test

External test

External test

Porto-folio, Assessment

Porto-folio, social context

Diversity

Monoculture

Desentralisation

Competent Based

Curriculum

Multiple Solution, Local Culture

Heterogonomous


Aliran atau peta pendidikan di atas, menunjukkan pentingnya analisis pada tataran teoretis maupun praktis sebagai cara pandang pendidikan SD untuk menguatkan pembelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya. Jika guru dapat menganalisis aliran atau peta pendidikan tersebut maka akan memudahkan menganlisis rumpun disiplin ilmu lainnya di pendidikan dasar.

B.Kajian 
1.Aliran Industrial Trainer
Industrial Trainer secara konseptual yaitu berupa aliran atau faham pendidikan yang menekankan kepada pelatihan atau training industri. Arah dari pelatihan ini lebih menekankan link and math antara pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri. Dalam konteks pembelajaran matematika atau di dalam pendidikan dasar, aliran industrial trainer yang dimaksudkan yaitu suatu kegiatan pelatihan yang dilakukan kepada siswa. Pelatihan tersebut misalnya metode latihan, hafalan, dan praktek. Pelatihan ini merupakan bagian dari persiapan yang dilakukan guru untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Ini bertujuan untuk membantu siswa dalam menanamkan kemampuan-kemampuan dan nilai-nilai yang sesuai dengan dunia atau tantangan kerja di masa depan. Di industrial trainer, pendidikan tinggi di masa depan siswa tidak begitu diatur atau diperhatikan.

Ketika dikaitkan dengan kurikulum 2013 pembelajaran menurut aliran industrial trainer tidak relevan. Alasannya, pada industrial trainer guru menerapkan metode ceramah dan siswa hanya pasif selama pembelajaran atau dengan kata lain siswa merupakan wadah kosong yang harus diisi oleh guru dengan berbagai ilmu matematika. Guru sangat berperan di tahap ini, karena guru bertugas untuk mentransfer ilmu matematika yang dimilikinya kepada siswa. Pembelajaran seperti inilah yang menyebabkan siswa tidak memahami konsep dari matematika itu karena, mereka lebih cenderung menghafal. Maka ketika aliran diterapkan kurang begitu sesuai.

2.Aliran Technological Pragmatist
Aliran Technological Pragmatist merupakan kelompok modern yang turun dari industrial trainer yang bertugas untuk mempromosikan ideologi versi modern dengan tujuan utilitarian yaitu asas kebergunaan atau kemanfaatan. Dalam konsepnya, Technological Pragmatist ini dapat disebut sebagai faham, aliran, atau sikap dan perilaku politik yang tidak menginginkan adanya perubahan yang berarti mendasar dalam sebuah sistem. Sikap ini biasanya dianut oleh mereka yang tengah menikmati posisi istimewa atau kekuasaan dalam sebuah struktur atau paling tidak merasa sangat diuntungkan oleh sistem yang ada.

Kelompok pada aliran ini khawatir dengan perkembangan pendidikan pada tahap industrial trainer makanya, mereka membuat kelompok baru yang menerapkan perkembangan teknologi. Secara epistemologis, perspektif teknologi pragmatis dilihat sebagai sebuah pengetahuan yang dapat diterapkan dalam aplikasi praktis dan punya nilai guna. 

Ketika dikaitkan dengan matematika, aliran ini menganggap bahwa matematika merupakan science of truth atau ilmu yang dianggap benar. Dengan kata lain, matematika dipandang sebagai sesuatu yang tetap dan mutlak. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Immanuel Kant yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika itu lebih mementingkan logika, bukan sebuah pengalaman.

Ketika dikaitkan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013, pembelajaran menurut aliran Technological Pragmatist tidak sesuai. Alasannya, pembelajaran menurut Kurikulum 2013 itu lebih mementingkan pengalaman siswa selama belajar matematika. Dalam konteks ini siswa memperoleh pengetahuan tentang matematika melalui kegiatan atau pengalaman selama belajar  matematika. Sedangkan, pembelajaran pada aliran ini tidak mementingkan pengalaman melainkan lebih mementingkan logika. 
Pembelajarannya dalam konteks ini lebih mengutamakan hasil yang diperoleh daripada proses pelaksanaannya. Padahal, pada technological pragmatist ini, peserta didik masih merupakan bejana kosong. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran matematika menjadi bermakna, siswa tersebut harus dituntut untuk mencari pengalaman sendiri dalam belajar matematika, bukan mementingkan hasilnya saja.

3.Aliran Old Humanist
Aliran ini sering disebut “humanis lama” atau “humanis tua”. Kelompok ahli lama menganggap ilmu pengetahuan murni menjadi berguna hanya pada kebenarannya sendiri. Akan tetapi realitasnya, ahli matematika lama menganggap matematika sebagai barang berharga dan juga sebuah unsur  pusat kebudayaan. Dalam matematika pembuktian logika, struktur, abstraksi, penyederhanaan memiliki nilai. Berdasarkan nilai ini, tujuan pendidikan matematika adalah komunikasi dari metematika itu sendiri. Ideologi kelompok ini dipisahkan kemutlakan nisbian.

Dalam konteks ini, kaum old humanist, memiliki pandangan yang berpusat pada diri manusia, bukan pada Tuhan. Matematika dipandang sebagai Structure of truth (struktur kebenaran). Nilai moral diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini memandang orang tua memiliki peran dalam menentukan moral anaknya.

Kelompok humanis tua merupakan kelompok yang mementingkan penyempurnaan diri sendiri dengan cara membangun karakter kemanusiaan. Jika dikaitkan dengan pembelajaran matematika, menurut aliran ini pembelajaran yang dilakukan hendaknya dapat membangun karakter siswa sehingga, siswa juga memiliki  karakter yang baik di masa depan selain mereka ahli di bidang matematika. Pembelajaran menurut aliran ini sudah mementingkan pemahaman konsep matematika, tetapi pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah. Menurut aliran ini, matematika dianggap sebagai nilai kebenaran sendiri. Hal ini sejalan dengan bahasa analog dari matematika yaitu matematika merupakan “ratu ilmu pengetahuan”. Dalam matematika ketelitian, bukti logis, struktur, abstraksi, kesederhanaan, keanggunan yang dihargai.

Pada kurikulum 2013 ketika pembelajarannya dikatikan perspektif humanis tua dapat disimpulkan sudah sedikit mengarah kepada pelaksanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013 karena, selain mementingkan ilmu matematika karakter siswa juga harus diperhatikan. Teori pembelajarannyapun sudah memperhatikan pemahaman konsep siswa tentang matematika dan penerapan ilmu matematika terhadap kehidupan sehari-hari siswa. Namun, di aliran humanis tua ini, guru masih menerapkan metode ceramah. Menurut Kurikulum 2013, pembelajaran matematika itu hendaknya dilakukan oleh siswa sendiri agar, pemahaman konsep tentang matematika itu dapat dimengerti siswa dengan tepat.

4.Aliran Progressive Educator
Dari beberapa literatur, aliran progressive educator sering disebut juga sebagai aliran pendidikan progresif. Dalam hal ini pendidikan progresif berlandaskan pada progresivisme yang beranggapan bahwa pendidikan harus didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang paling baik belajar apabila berada dalam situasi kehidupan nyata dengan orang lain. Teori progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif. Pada teori ini, belajar yang paling baik itu apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata siswa. Pembelajarannya juga harus terpusat pada siswa.

Dalam konteks pembelajaran matematika, maka tujuan pendidikan matematika menuntut kreativitas siswa dan dalam pembelajaran melibatkan keatifan siswa. Teori pembelajarannya adalah eksplorasi. Teori pengajarannya adalah konstruktivis atau membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Berdasarkan pada kebutuhan siswa, pola pendidikan ini menggunakan alat atau fasilitas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dirinya dan membangun pengetahuannya sendiri.

Dari kajian di atas, maka terlihat bahwa pembelajaran pada aliran ini jauh berbeda dengan pembelajaran menurut aliran industrial trainer, technological pragmatist, dan old humanist. Berarti jika dikaitkan dengan pelaksanaan pembelajaran menurut Kurikulum 2013, pembelajaran ini sudah sesuai karena, pada aliran ini pembelajarannya berorientasi pada siswa (students centered). Pada aliran ini, siswa merupakan subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya menerima semua pengetahuan dari guru, tetapi mereka mencoba mengeksplorasikan atau mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri. 

Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa siswa diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena mereka belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Siswa memang banyak berbuat dalam menentukan proses belajar, namun mereka bukan penentu akhir. Siswa juga membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya. Jadi, dengan kata lain kerjasama antara guru dan siswa serta siswa dan siswa juga dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan guru dengan cara menerapkan model pembelajaran yang dapat menjalin kerjasama tersebut misalnya, model pembelajaran problem based learning dan cooperative learning.

Dalam konteks aliran ini, sumber pembelajarannya dapat menggunakan apa saja, seperti buku, diktat, buku daras, modul, LKS ataupun dari lingkungan. Ini nantinya akan menuntut siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penilaian yang dapat dilakukan pada pembelajaran ini yaitu portofolio. Berdasarkan Kurikulum 2013, penilaian ini dianggap lebih reliable dan valid daripada penilaian pada umumnya. Pasalnya, portofolio dipandang sebagai proses penilaian yang tidak mengutamakan hasil saja, melainkan prosesnya juga dilihat secara empiris

5.Aliran Public Educator
Secara konseptual, public educator merupakan kelompok atau kaum yang berideologi demokrasi. Pada aliran ini, pendidikan dapat dimiliki oleh siapapun. Dengan kata lain, pendidikan itu tidak melihat gender, ras, jenis kelamin, status sosial, dan lainnya. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan ini laiknya pendidikan inklusif yang mengarusutamakan Gender Equality, Disability and Social Inclusion (GEDSI). Sebagai praktisi pendidikan inklusif, penulis sependapat dengan paradigma aliran ini.

Menurut public educator pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Pada hakikatnya masyarakat adalah terbaik, namun masyarakat yang demokratis merupakan masyarakat terbaik dimana terdapat kesempatan untuk setiap pekerjaan dan dalam demokrasi tidak mengenal adanya stratifikasi sosial.

Menurut aliran ini, matematika merupakan suatu kegiatan sosial yang didasarkan pada konsep-konsep matematika. Ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pengalaman dalam menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi maupun sosial yang berkaitan dengan matematika. 

Pendidikan didapat saat anak terlibat aktif dan menyatu dengan semua kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungannya. Orang tua tidak mengisolasi anak-anaknya di dalam sekolah. Maksud lain dari public educator ini adalah masyarakat turut berperan sebagai mentor dan guru bagi si anak. Teori pembelajarannya adalah diskusi sehingga siswa diberi kebebasan sesuai dengan kemampuannya. Teori pengajarannya adalah diskusi dan investigasi.

Ketika ditinjau dengan pelaksanaan pembelajaran menurut Kurikulum 2013, pembelajaran menurut aliran public educator ini sudah sesuai berdasarkan Kurikulum 2013 karena, sifat pembelajaran yang dilakukan telah mengacu pada enam pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan, dan mencipta. Peserta didik dalam hal ini dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan, bukan menerima pengetahuan. Sementara model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dan dirumuskan dalam kurikulum baru meliputi discovery/inquiry learning, project based learning di mana siswa menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah, serta collaborative learning.

C.Penutup
Dalam analisis aliran atau ideologi perspektif Paul Ernest yang penulis kaji, maka ditemukan lima ideologi yang mendasari dunia pendidikan, yaitu industrial trainer, technological pragmatist, old humanist, progressive educator, dan public educator. Dalam pendidikan global, lima lairan ini atau lima ideologi pendidikan matematika perspektif Paul Ernest masih terdapat dalam kurikulum pendidikan khususnya kurikulum 2013. 

Jika disimpulkan maka pembelajaran matematika pada 3 ideologi atau aliran pertama (industrial trainer, technological pragmatist, dan old humanist) lebih berpusat kepada guru dan cenderung mengutamakan hasil, dibanding proses. Jika dikaitkan dengan kurikulum 2013, pembelajaran ini belum sesuai dengan pembelajaran yang dituntut pada kurikulum 2013. Sedangkan, pembelajaran pada 2 ideologi selanjutnya (progressive educator dan public educator) lebih berpusat pada siswa dan cenderung memperhatikan proses juga, selain memperhatikan hasil. 

Ketika dikaitkan dengan kurikulum 2013, pembelajaran ini belum sesuai dengan pembelajaran yang dituntut pada kurikulum 2013, karena pembelajarannya telah berasaskan pada enam pengalaman belajar, seperti yang dituliskan pada Kurikulu 2013, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, mengkomunikasikan, dan mencipta. Dalam konteks kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah maka relevan jika merujuk atau mengembangkan aliran ini khususnya dalam pendidikan dasar.

Referensi
Dewey, John. (1916). Democracy and Education. New York : Macmillan, Originally Published.
Ernest, Paul. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. British: Taylor and Francis e-Library.
Marsigit. Philosophy, Psychology, Spiritual, Character, Mathematics Education, Lesson Study, Indonesia. Artikel, http://powermathematics.blogspot.com diakses pada 25 Oktober 2021.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: ANALISIS ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF PAUL ERNEST Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda