Oleh Ratna Sari
Mahasiswa Prodi PGMI INISNU Temanggung
Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, (KBBI) paradigma adalah model dalam teori ilmu pengetahuan. Atau dapat diartikan sebagai cara berpikir seseorang untuk menilai sesuatu. Sedangkan Paradigma keilmuan diartikan sebagai seperangkat kepercayaan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan untuk melakukan sekaligus mengembangkan tindakan berdasarkan kebenaran dan validitas. Dalam konteks paradigma keilmuan ini, dapat digunakan dalam ilmu sebagai model. Yang akan dibahas dalam artikel ini yaitu paradigma kelimuan atau model paradigma yang dipakai di perguruan tinggi INISNU Temanggung. Paradigma yang digunakan yaitu paradigma integrasi - kolaborasi dengan model paradigma ketupat ilmu.
Paradigma integrasi - kolaborasi yaitu model paradigma keilmuan yang dibangun INISNU Temanggung. Nama lain dari integrasi-kolaborasi adalah paradigma Ketupat Ilmu, Kolaborasi Keilmuan, collaboration of science, atau Takatuful Ulum. Secara filosofis, dapat dijelaskan melalui skema anyaman ilmu, collaboration of science, takatuful ulum (kolaborasi ilmu). Ketiganya memiliki desain yang sama, yaitu sama-sama menggerakkan atau mengembangkan ilmu dan agama secara bersamaan hanya berbeda bahasa.
Ketupat Ilmu merupakan bentuk paradigma dengan model integrasi-kolaborasi. Dalam Bahasa Inggris bisa disebut collaboration of science, dalam Bahasa Arab takatuf al-Ulum yang berarti kolaborasi keilmuan. Pada intinya dua bahasa asing itu bermakna kolaborasi keilmuan yang secara metodologi “menganyam ilmu” karena gambar atau simbol yang dipilih adalah ketupat yang selanjutnya disebut “ketupat ilmu”.
Paradigma Integrasi-Kolaborasi ini memiliki makna tersendiri didalam tiga landasan ilmu filsafat, dalam landasan ontologis utamanya bersumber dari Alquran, As-Sunnah. Landasan ontologi kedua dari nilai-nilai pendidikan Islam (taklim, tarbiyah, takdib, tadris, tazkiyah, takrif). Dalam landasan epistemologi, dalam mengembangkan kerangka epistemologis dibutuhkan metodologi islam maupun metodologi barat. Landasan aksiologis dalam konteks ini hakikatnya juga dapat didasarkan dari (1) prinsip dasar aswaja, (2) nilai-nilai mabadi khaira ummah, (3) nilai-nilai ukhuwah nahdliyyah, dan (4) nilai-nilai/ajaran tri dharma dari kanjeng gusti pangeran adipati arya) mangkunegara 1 alias pangeran sambernyowo.
Filosofi metafora ketupat ilmu terdiri dari beberapa hal yaitu modelnya yang berbentuk ketupat yang berasal dari jawa. Ketupat sendiri terbuat dari janur yang merupakan serapan dari bahasa arab dengan arti putih bersih, ketupat Ilmu hanya mengambil spirit menganyamnya dalam mengembangkan keilmuan. 9 sisi ketupat dalam ketupat ilmu merupakan lambang dari para wali penyebar Islam di tanah jawa yaitu Walisongo. Kemudian ada 4 tali dipojok ketupat ilmu yang melambangkan 4 mahzab yaitu Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali yang membentengi atas dan bawah, kanan dan kiri, ketupat ilmu.
Ada juga lambang atau metafora ketupat ilmu yaitu terdiri dari beberapa unsur warna. Warna hijau tua pada islam dan aswaja annahdliyah merupakan lambang peradaban, warna hijau setengah tua pada 2 sisi Alquran dan Assunah merupakan kesuburan yang didasarkan pada prinsip Islam sekaligus sebagai representasi pengambilan teks-teks agama, warna biru muda pada metodologi islam dan metodologi barat merupakan kedalaman ilmu dan metode mengembangkan ilmu pengetahuan dari sisi islam maupun barat, warna hijau muda pada 4 sisi (Studi Islam dan Humaniora, Politik dan Hukum, Sains Alam dan Sains Terapan, Ekonomi dan Teknologi) merupakan kesuburan yang didasarkan pada ilmu/sains dan agama, warna emas pada 4 (empat) tali/perisai dari 4 (empat) penjuru mata angin yang melambangkan peradaban ilmu sebagai identitas perguruan tinggi yang memiliki manhajul fikr Aswaja Annahdliyah, yaitu Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali, Tulisan berwarna putih sebagai lambang kesucian ilmu.
Terakhir yaitu implementasi paradigma kelimuan, Paradigma keilmuan Integrasi-Kolaborasi ini diterapkan dalam berbagai hal yaitu Implemestasi dalam visi, misi, dan tujuan INISNU Temanggung, Implementasi dalam penerapan kurikulum, Implementasi dalam budaya organisasi, dan Implementasi dalam budaya akademik.
Implemestasi dalam visi, misi, dan tujuan INISNU Temanggung dalam hal ini visi yang dikembangkan yaitu unggul dan terdepan dalam kolaborasi keilmuan dan keislaman yang bersumber pada islam, aswaja annahdliyah dan sains. Sedangkan indikator pencapaian misi diantaranya pengembangan kurikulum pendidikan tinggi berdasarkan KKNI, SN Dikti, BAN-PT, merdeka belajar kampus merdeka, dan manhaj Aswaja Annahdliyah. Mengokolaborasikan proses pembelajaran berbasis IPTEKS dan IMTAK yang mencakup fikrah (pemikiran), aqidah (keyakinan), amaliyah (tradisi/ibadah), dan harakah (gerakan), dan beberapa hal lainnya.
Implementasi dalam penerapan kurikulum diantaranya Dilakukan peninjauan kurikulum mengacu KKNI-SN, perubahan ini bertujuan mencirikan kampus yang benar-benar menjunjung tinggi moderasi mulai dari cara berpikir, hingga perilaku karena saat ini banyak ormas Islam mengaku Aswaja namun mereka tidak menjadikan rasa sebagai metode berpikir.
Implementasi dalam budaya organisasi, dalam mewujudkan paradigma keilmuan inisnu Temanggung maka dibutuhkan skema implementasi paradigma keilmuan ketupat ilmu ke dalam budaya organisasi. Untuk mewujudkan institut luar biasa, perlu dijabarkan budaya organisasi yang terdiri atas budaya nilai/karakter budaya mutu dan budaya kerja. Mutu di dalam implementasi dari budaya mutu yang sudah ditetapkan dengan rincian dan indikator sebagai berikut yaitu profesional, disiplin, kreatif, konsisten, pelayanan berkualitas, transparan, dan bermoral
Implementasi dalam budaya akademik, tempat ilmu ini tidak lepas dari tradisi atau khazanah keilmuan pesantren dan kearifan lokal di Indonesia. Maka dari itu, budaya akademik di industri Temanggung dikembangkan dari kitab besar karangan ulama-ulama yang sudah ditetapkan lama di pesantren. Dalam budaya akademik ini terdiri dari beberapa hal yaitu akhlak seorang pelajar terhadap dirinya sendiri akhlak seorang pelajar terhadap pendidik, akhlak seorang pelajar terhadap pelajarannya, akhlak seorang pendidik, akhlak pendidik dalam mengajar, akhlak pendidik terhadap pelajar, dan akhlak menggunakan kitab-kitab yang akan digunakan dalam belajar.
0 komentar:
Post a Comment