Oleh Fitria Agustin Indah Yulianti
Mahasiswa Prodi
PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung
Belakangan ini, Anda mungkin sering mendengar istilah paradigma. Terutama dalam perguruan tinggi. Tapi, sudah tahukah anda apa itu paradigma ? Secara sederhana paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap sesuatu, yang bisa mempengaruhi pola berfikir, bertingkah laku, dan bersikap. Menurut Thomas Khun paradigma merupakan termonologi kunci yang digunakan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Di dalam perguruan tinggi selalu terdapat paradigma ilmu. Apa sih itu paradigma ilmu ? Paradigma ilmu yaitu serangkaian kepercayaan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dilakukan untuk melakukan serta mengembangkan tindakan berdasarkan validitas dan kebenaran.
Dalam proses keilmuan sangat dibutuhkan sebuah paradigma ilmu karena, paradigma ilmu mempunyai fungsi untuk memberikan kerangka, mengarahkan bahkan menguji konsistensi dari proses keilmuan.
Terdapat berbagai macam model paradigma salah satunya yaitu paradigma integrasi-kolaborasi. Paradigma ini telah diterapkan di perguruan tinggi INISNU TEMANGGUNG dengan bentuk Ketupat Ilmu. Dalam Bahasa Inggris bisa disebut collaboration of science sedangkan dalam Bahasa Arab disebut takatuf al-Ulum yang berarti kolaborasi keilmuan. Pada intinya dua nomenklatur bahasa asing itu bermakna kolaborasi keilmuan yang secara metodologi “menganyam ilmu” karena gambar atau simbol yang dipilih adalah ketupat yang selanjutnya disebut “ketupat ilmu”.
Ketupat ilmu memiliki tiga konsep yang dijadikan landasan, yaitu :
Ketupat merupakan simbol local knowledge (pengetahuan local), local wisdom (kearifan local) dan local genius (kecerdasan local) di Nusantara.
Arab Digarab, artinya tidak semua yang berasal dari Arab itu ajaran Islam atau Islam.
Barat Diruwat, artinya bisa memilah budaya Barat agar tidak terlalu terpengaruh.
Dalam membuat paradigma ketupat ilmu dibutuhkan tiga kerangka, yaitu :
Landasan Ontologis
Landasan ini bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain itu juga mengambil dari nilai-nilai pendidikan Islam (ta’lim, tarbiyah, tadris, takdib, tazkiyah dan takrif).
Landasan Epistemologis
Landasan ini memiliki sumber pengetahuan, teori pengetahuan, validitas kebenaran dan metode. Dalam landasan ini terdapat dua metodologi, yaitu:
Metodologi Islam
Metodologi ini terdiri dari :
Metode Rasional (Manhaj ‘Aqil)
Metode Intuitif (Manhaj Zawqi)
Metode Dialogis (Manhaj Jadali)
Metode Komparatif (Manhaj Maqaran)
Metode Kritik (Manhaj Naqdi)
Metodologi Barat
Metodologi ini terdiri dari :
Metode Skeptis (pendekatan)
Metode Rasionalempiris
Metode Dikotomis
Metode Empirisme
Metode Rasionalisme
Metode Kritisisme
Metode Fenomenalisme
Metode Intusionisme
Metode Dialektis
Landasan Aksiologis
Landasan ini didasarkan dari :
Nilai-Nilai Ukhuwah Nahdliyah
Ajaran Tri Dharma
Nilai-Nilai Mabadi Khaira Ummah
Prinsip Dasar Aswaja
Ketupat Ilmu juga mempunyai makna filosofi metafora, diantaranya yaitu :
Ketupat merupakan lambang kearifan lokal Jawa. Kupat/Ketupat, ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan, laku papat artinya empat tindakan, yaitu lebaran (usai), luberan (meluber/melimpah), laburan (labur/kapur).
Janur dari Bahasa Arab ja'an nur (telah datang cahaya) ilmu, sifatnya putih bersih.
Ketupat termasuk bangun datar, memiliki 4 sisi sama panjang, 4 titik sudut, 2 simetri putar dan lipat dan 2 diagonal sisi (4 sisi dan 4 titik bermakna 4 mazhab, 2 simetri dan 2 diagonal bermakna kolaborasi Keilmuan dan Keislaman), namun Ketupat Ilmu hanya mengambil spirit menganyamnya dalam mengembangkan keilmuan
Secara historis, 9 sisi ketupat merupakan lambang Walisongo sebagai penyebar Islam di Nusantara
(empat) tali yang berada di sisi bawah dan atas, dan sisi kanan dan kiri, melambangkan 4 mazhab dalam Islam sebagai manhajul fikr Aswaja Annahdliyah, yaitu Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali yang membentengi atas dan bawah, kanan dan kiri, ketupat ilmu.
Sedangkan metafora/lambang Ketupat Ilmu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Warna hijau tua pada Islam dan Aswaja Annahdliyah merupakan lambang peradaban
Warna hijau setengah tua pada 2 sisi Alquran dan Assunah merupakan kesuburan yang didasarkan pada prinsip Islam sekaligus sebagai representasi pengambilan teks-teks agama
Warna biru muda pada metodologi Islam dan metodologi barat merupakan kedalaman ilmu dan metode mengembangkan ilmu pengetahuan dari sisi Islam maupun Barat
Warna hijau muda pada 4 sisi (Studi Islam dan Humaniora, Politik dan Hukum, Sains Alam dan Sains Terapan, Ekonomi dan Teknologi) merupakan kesuburan yang didasarkan pada ilmu/sains dan agama
Warna emas pada 4 (empat) tali/perisai dari 4 (empat) penjuru mata yang melambangkan peradaban ilmu sebagai identitas perguruan tinggi yang memiliki manhajul fikr Aswaja Annahdliyah, yaitu Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Maliki, dab Imam Hambali
Tulisan berwarna putih sebagai lambang kesucian ilmu:
Paradigma Ketupat Ilmu diatas menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi di INISNU TEMANGGUNG.
Strategi yang digunkan untuk proses pencapaian yaitu :
Berangkat dari dictum di NU yaitu al-Muhafadzatu ‘ala Qodimish Shalih Wal Akhdzu Bil Jadidil Ashlah (mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik)
Menerapkan konsep dan teori fungsionalisme structural Talcott Parsons.
Dari strategi di atas, INISNU Temanggung memiliki strategi pencapaian melalui berbagai langkah implementatif. Mulai dari :
Implementasi dalam visi, misi, dan tujuan INISNU Temanggung
Dari paradigma keilmuan yang dikembangkan muncullah visi sebagai berikut :
Unggul dan Terdepan dalam Kolaborasi Keilmuan dan Keislaman yang Bersumber pada Islam, Aswaja Annahdliyah dan Sains
Implementasi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
Implementasi dalam kurikulum
Implementasi dalam budaya kerja dan budaya akademik
Budaya kerja INISNU Temanggung diterapkan sesuai dengan tiga prinsip kinerja yaitu : (1) bekerja hati-hati, (2) melayani dengan hati, dan (3) mengabdi
Dalam kitab Ta’lim al Muta’alim ada etika menuntut ilmu yang dapat dijadikan sebagai budaya akademik di kampus, yaitu :
Memiliki niat yang sungguh dalam belajar
Cerdas dalam memilih guru, ilmu, teman, dan memiliki ketabahan dalam belajar
Pintar memanfaatkan waktu belajar
Kasih sayang kepada sesama para penuntut ilmu
Memiliki kesungguhan, kontinuitas dan memiliki minat yang kuat
Menghormati ilmu dan ulama
Tertib
Tawakal
Wara’
Dapat mengambil hikmah dari setiap yang dipelajari
0 komentar:
Post a Comment