Temanggung, Hamidullohibda.com - Banyak cara atau tips yang bisa dilakukan agar terhindar dari plagiasi maupun similarity dalam proses penulisan artikel ilmiah, maupun tugas akhir seperti skripsi, tesis maupun disertasi. Hal itu diungkapkan dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung Hamidulloh Ibda dalam Tadarus Literasi Mahasiswa di aula lantai 3 kampus INISNU Temanggung, Selasa (18/4/2023).
Pada kesempatan sesi pertama itu, Ibda yang juga Wakil Rektor INISNU Temanggung menyampaikan materi tentang teknik parafrasa, menghindari plagiasi dan pemilihan jurnal ilmiah. Salah satu tekniknya adalah melakukan parafrasa, karena hakikatnya plagiasi dan similarity itu beda tipis. “Plagiasi itu menjiplak, mencuri tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumber. Sedangkan similarity itu tingkat kesamaan tulisan kita dengan teks yang ada di sumber aslinya, baik jurnal, prosiding, buku, makalah, dan lainnya,” kata Ibda yang juga Reviewer di sejumlah jurnal internasional yaitu Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi, International Journal Ihya' 'Ulum al-Din, International Journal of Social Learning, dan Reviewer Cogent Education – Taylor & Francis.
Menurut saya, kata Ibda, similarity itu intinya kemiripan atau kesamaan tulisan artikel kita dengan artikel di blog, jurnal online, media online, majalah online, koran online, atau di website ketika dicek melalui aplikasi. “Mulai dari kata, frasa, kalimat, hingga paragraf yang secara umum disebut orang atau menurut aplikasi sebagai plagiasi meski kita menyadur dan memiliki buku yang kita sadur,” tegas dia.
Untuk bebas dari similarity itu, kata Ibda, maka harus dilakukan parafrasa. Dalam paparannya, Ibda menjelaskan bahwa menurut Kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionary, disebutkan parafrasa merupakan cara mengekspresikan apa yang telah ditulis dan dikatakan oleh orang lain dengan menggunakan kata-kata yang berbeda agar membuatnya lebih mudah untuk dimengerti.
“Sedangkan menurut KBBI V, kalau frasa itu adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misal aku sayang. Sayang siapa tidak jelas. Sedangkan parafrasa merupakan pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa mengubah pengertian. Parafrasa juga disebut sebagai penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan. Simpelnya, parafrasa adalah menulis kembali ide/gagasan penulis lain dengan menggunakan bahasa perspektif sendiri makna yang tersembunyi,” kata Ibda yang pernah jadi Juara I Lomba Artikel Tingkat Nasional Kemdikbud 2018 dan Juara I Lomba Esai Tingkat Nasional Fakultas Filsafat UGM 2018 tersebut.
Untuk bebas similarity, lbda memberikan sejumlah tips, yaitu baca sumber asli dan pahami intinya, rekam sesuai pemahaman lalu ditulis, menulis dengan pemahaman sendiri jangan segelondong ditulis sama persis, baca kutipan dan menulis tanpa menulis teks aslinya, setelah ditulis, bandingkan dengan teks asli sumber kutipan. “Terakhir yaitu baca berulang kali, edit, edit, edit, sampai 100 persen tidak sama perkata, frasa, dan kalimat,” kata dia
Sedangkan larangan dalam mengutip, Ibda menjelaskan jangan sampai ada niat plagiasi, jangan malas membaca, jangan buru-buru menulis dalam satu waktu, jangan mengutip dengan kutipan langsung, jangan malas membaca, menulis, mengedit, membaca, menulis, mengedit sampai bosan. “Terakhir adalah jangan berhenti mengulangi baca-edit tulisan, dan jangan lupa endapkan,” kata dia
Pihaknya juga membagikan aplikasi berbasis website untuk membantu parafrasa yaitu Quillbot, RepostSEO, Rephrase, SEO Magnifier dan lainnya. “Dibanding keuntungannya, melalukan plagiasi itu banyak ruginya. Kalau ketahuan, kita akan malu dan nama kita selamanya akan buruk, apalagi di era digital saat ini dengan mudah banyak rekam jejak digital yang tidak bisa dibohongi,” tegas Pjs Direktur Utama LPPL Temanggung TV tersebut.
Sementara itu pihaknya juga mengatakan banyak penyebab mahasiswa atau dosen melakukan plagiasi, bisa dimulai karena malas, stres, instan, sistem kebut semalam, menyepelekan, tidak tahu, bodoh, tidak fokus, sengaja, tidak punya gagasan, tidak punya etika, tidak menghargai karya orang lain, kepepet dan mentok. “Terakhir adalah ingin masuk neraka, karena plagiator itu hukumnya sama seperti mencuri, yaitu haram,” tegas dia.
Untuk itu, pihaknya membagikan sejumlah aplikasi untuk cek similarity setelah karya ditulis lengkap sebelum disubmit di jurnal, yaitu aplikasi berbasis online (website) yang dapat digunakan untuk mengecek similarity artikel Anda, baik secara utuh dalam bentuk file atau per halaman. Ada yang gratis, ada yang berbayar. “Ada banyak, namun saya lebih menyarankan yang familiar adalah Turnitin dan Grammarly,” kata peraih penghargaan Dosen of the Year tahun 2023 bidang penelitian tersebut.
Dalam kesempatan itu, Ibda membagikan tips melakukan parafrasa dan praktik secara langsung dengan memberikan contoh sebanyak tiga model teknik parafrasa agar mahasiswa bisa bebas tulisannya dari similarity maupun plagiasi. “Bagi pemula, sejelek apapun tulisan kita akan lebih puas daripada bagus tapi hasil plagiasi,” tukas dia.
Setelah penyampaian materi tahap pertama, materi dilanjutkan oleh Dr Husna Nashihin yang menyampaikan materi manajemen referensi dan Sigit Tri Utomo dengan materi strategi penulisan dan submit artikel di jurnal ilmiah dengan sistem OJS yang dihadiri puluhan mahasiswa, alumni dan guru dari wilayah Kabupaten Temanggung dan Magelang. (*)
0 komentar:
Post a Comment