Hamidullohibda.com - “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” — Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer, seorang
sastrawan besar Indonesia, meninggalkan warisan pemikiran yang mendalam melalui
karya-karyanya. Salah satu pernyataan terkenalnya yang sering dikutip adalah
kutipan di atas, yang mengandung pesan filosofis tentang pentingnya menulis
dalam perjalanan hidup manusia.
Kajian mendalam terhadap makna dan
relevansi kutipan ini harus dijelaskan rinci. Pertama, menulis sebagai jejak
peradaban. Dalam kutipan ini, Pramoedya menegaskan bahwa menulis bukan sekadar
aktivitas individual, melainkan kontribusi bagi keberlanjutan peradaban.
Pengetahuan, ide, dan pengalaman yang tidak didokumentasikan akan mudah
terlupakan seiring berjalannya waktu. Dengan menulis, seseorang menciptakan
jejak yang bisa ditelusuri oleh generasi mendatang. Dalam konteks ini, menulis
adalah medium untuk memastikan bahwa pemikiran dan kontribusi seseorang tidak
hilang dalam pusaran waktu.
Kedua, keabadian melalui karya tulis.
Pramoedya menggunakan istilah “keabadian” untuk menggambarkan dampak menulis
yang melampaui batasan waktu. Seorang penulis dapat meninggalkan warisan yang
tetap relevan meski mereka telah tiada. Karya-karya besar seperti “Bumi
Manusia” dan “Anak Semua Bangsa” adalah contoh nyata bagaimana tulisan
Pramoedya tetap hidup dalam ingatan masyarakat Indonesia dan dunia, bahkan
setelah kepergiannya.
Ketiga, kritik terhadap pasifitas
intelektual. Pernyataan ini juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap
individu-individu yang, meskipun memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas,
tidak berusaha untuk mendokumentasikan pemikiran mereka. Pramoedya menantang
kita untuk tidak hanya menjadi pengamat atau pemikir, tetapi juga pelaku aktif
dalam menciptakan sejarah melalui tulisan. Dalam konteks ini, kecerdasan tanpa
dokumentasi dianggap tidak akan memberikan dampak yang signifikan bagi
masyarakat.
Keempat, relevansi dalam era digital.
Di era digital, menulis menjadi lebih mudah diakses dibandingkan pada masa
Pramoedya. Namun, tantangannya adalah bagaimana menghasilkan tulisan yang
bermakna dan memberikan dampak jangka panjang. Banyak tulisan yang diproduksi
setiap hari di media sosial, tetapi tidak semuanya memiliki nilai abadi.
Kutipan ini mengingatkan kita untuk menulis dengan tujuan yang jelas dan
kontribusi yang nyata bagi masyarakat.
Kelima, inspirasi bagi generasi muda.
Bagi generasi muda, kutipan ini bisa menjadi pengingat bahwa menulis bukan
hanya soal mengekspresikan diri, tetapi juga cara untuk berbagi pemikiran,
pengalaman, dan wawasan yang dapat membantu orang lain. Dengan menulis, mereka
turut serta dalam membentuk wajah sejarah dan budaya.
Kutipan Pramoedya Ananta Toer
mengajarkan bahwa menulis adalah salah satu cara paling efektif untuk
meninggalkan warisan yang berarti. Dalam menulis, seseorang tidak hanya
berbicara kepada generasi kini, tetapi juga kepada generasi mendatang. Oleh
karena itu, mari kita jadikan menulis sebagai bagian dari kehidupan, sehingga
ide-ide kita tidak hanya hidup untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan.
0 komentar:
Post a Comment