Hamidullohibda.com - “Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.” — Pramoedya Ananta Toer.
Pramoedya
Ananta Toer, seorang maestro sastra Indonesia, dikenal sebagai sosok yang tidak
hanya menginspirasi melalui karya-karyanya, tetapi juga melalui pandangannya
yang tajam terhadap peran budaya dalam kehidupan manusia. Kutipan di atas
mengandung pesan mendalam tentang pentingnya sastra dalam membentuk kemanusiaan
dan kepekaan.
Pertama, sastra sebagai pilar
kemanusiaan. Dalam kutipan ini, Pramoedya menekankan bahwa
sastra adalah elemen esensial yang membedakan manusia dari makhluk lain.
Sastra, dengan daya ungkapnya yang khas, mampu menggugah rasa empati, membangun
pemahaman mendalam tentang kompleksitas hidup, dan menghubungkan kita dengan
berbagai pengalaman manusiawi. Tanpa apresiasi terhadap sastra, seseorang
mungkin hanya memiliki kecerdasan teknis, tetapi kehilangan esensi
kemanusiaannya.
Kedua, kritik terhadap pendidikan
yang hanya berorientasi pada prestasi akademik. Pramoedya
mengkritik paradigma pendidikan yang terlalu menekankan penguasaan akademik
atau gelar tanpa menanamkan kecintaan pada sastra. Sistem pendidikan seperti
ini cenderung melahirkan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi miskin
secara emosional dan spiritual. Sastra, dalam pandangan Pramoedya, adalah
jembatan yang menghubungkan kecerdasan dengan kepekaan moral dan sosial.
Ketiga, sastra dan pengembangan
karakter. Mencintai sastra berarti membuka diri pada nilai-nilai
universal seperti keadilan, kasih sayang, dan solidaritas. Sastra mengajarkan
kita untuk memahami perspektif orang lain dan menyadari keragaman pengalaman
manusia. Hal ini sangat penting dalam membangun karakter yang berintegritas dan
mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.
Keempat, relevansi dalam dunia
modern. Di era modern, dengan kemajuan teknologi dan informasi
yang pesat, banyak orang lebih fokus pada penguasaan keterampilan teknis dan
profesional. Namun, tanpa sastra, ada risiko kehilangan keseimbangan antara
kecerdasan intelektual dan kebijaksanaan emosional. Kutipan ini mengingatkan
kita bahwa mencintai sastra bukan hanya soal membaca novel atau puisi, tetapi
juga soal memahami dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang terkandung di
dalamnya.
Kelima, inspirasi bagi generasi
muda. Kutipan ini dapat menjadi refleksi bagi generasi muda
untuk tidak hanya mengejar gelar dan pencapaian akademik, tetapi juga
meluangkan waktu untuk membaca dan memahami karya sastra. Dengan mencintai
sastra, mereka dapat mengembangkan empati, kreativitas, dan pemahaman yang
lebih mendalam tentang kehidupan.
Pramoedya
Ananta Toer mengajarkan bahwa kecerdasan akademik saja tidak cukup untuk
menjadi manusia yang utuh. Sastra adalah jalan untuk menghidupkan hati nurani
dan memperkaya jiwa. Oleh karena itu, mari kita jadikan sastra sebagai bagian
penting dalam hidup kita, sehingga kita tidak hanya menjadi individu yang
pandai, tetapi juga manusia yang bijaksana dan berperasaan.
0 komentar:
Post a Comment